Bab 36

182 11 1
                                    

***

Pagi hari dikediaman mewah Al Kohler. Tampak wanita cantik sedang berjalan menuruni tangga sambil menyenandungkan sebuah lagu. Dia sangat fresh dengan kaos oblong bewarna kuning bermotif pikachu yang sangat lucu dilengkapi hotpans bewarna senada. Rambut sebahunya yang masih basah ia biarkan tergerai dengan indah. Dan wanita itu adalah Yuki Maura Kohler, istri dari si pemilik rumah mewah tersebut.

Sesampainya diujung tangga, Yuki berpapasan dengan wanita berperut buncit yang nampaknya senang melihat keberadaannya disana.

"Kak Yuki.!" Natasha menyerukan nama Yuki dengan bersemangat, seraya memeluk kakak iparnya itu dengan hangat.

Yuki tersenyum dan membalas pelukan Natasha. "Apa kabar, Nata?"

"Baik kak, kakak sendiri gimana?" Natasha melepaskan pelukannya dan tersenyum lembut menatap Yuki.

"Kakak juga baik, Nata." Tatapan Yuki lalu mengarah pada perut Natasha yang nampak membuncit. "Wah, udah mulai kelihatan dede bayi nya."

Natasha mengikuti arah pandangan Yuki, dan tersenyum. "Iya nih.. Kak Yuki buruan nyusul dong. Ayo kerja keras terus kak sama pak bos. Hihihi." Godanya, yang langsung mendapat cubitan halus dari Yuki.

"Apaan deh, Nata. Yaudah kakak mau kedapur dulu ya, mau siapin sarapan buat kak Al."

"Kak Yuki, Nata boleh ikut?"

Sejenak, Yuki nampak berpikir lalu mengizinkan Natasha untuk ikut dengannya didapur, menyiapkan makanan untuk suami mereka yang masih terlelap.

...

"Hallo, Iqbal!"

Suara itu milik Al. Dia sudah rapi dengan setelah kantornya, dan saat ini sudah berada di meja makan. Disampingnya, ada Yuki yang nampak menyiapkan nasi goreng di piringnya.

"Ya, Papah. Ada apa?" Suara Iqbal terdengar disana. Ternyata Al menelfon putranya.

"Jam berapa pulang, nak? Udah pesen tiket belum?" Sambil bergumam Al menunjuk ayam goreng, saat sang istri menyuruhnya memilih udang atau ayam goreng. Sang istri lalu meletakkan paha ayam yang sudah digoreng dipiring sang suami.

"Emm.. Belum tau, Pah. Kayaknya sore deh, Pah. Masih sibuk, ini juga Iqbal lagi cek pabrik. Belum sempet pesan tiket, Pah. Belum cek kebun juga."

Al mengangguk-angguk. Ternyata anaknya ini sangat bertanggung jawab pada pekerjaan. Memang di Medan, ada pabrik pengolahan minyak kelapa sawit sekaligus perkebunan yang luasnya diluar akal sehat jika kita menghitungnya, dan semua itu masih kepunyaan Al. Hanya saja Al mempercayakannya pada Iqbal. Iqbal merupakan direktur utama disana. Sama halnya dengan Iqbal. Perusahaan batubara dikalimantan, juga masih atas kepunyaan Al. Namun dia mempercayakannya pada sang adik, Stefan. Al hanya fokus pada usaha berlian nya. Selain membutuhkan biaya yang besar, keuntungan yang didapat Al juga tak kalah menguntungkan. Usaha berlian ini, harus sangat ekstra hati-hati dan teliti. Al tidak bisa mempercayakannya kepada siapapun, bahkan istrinya sendiri.

"Yaudah. Entar Papah pesenin tiket ya, sayang. Papah tutup dulu telfonnya."

"Ok, Pah."

Telfon ditutup. Al menikmati sarapannya, sambil menatap penampilan Yuki pagi ini. Pikachu! Unyu sekali.

"Hey, Nyonya Yuki Pikachu!"

Yuki menoleh pada Al. Dan menaikkan alisnya. "Nyonya Pikachu?"

Al mengangguk. "Tuh, ada Pikachu."

Stefan dan Natasha terkekeh melihat Al menggoda istrinya.

"Apaan sih.." Rengek Yuki, yang membuat sang suami terkekeh geli disana.

"Kak Al, yaudah yuk buruan." Stefan sudah selesai. Dia mengajak Al untuk pergi ke kantor. Stefan akan menemui rekan bisnisnya dari Singapura di kantor Kohler Group's pagi ini. Dan tentunya Al akan ada juga pada meeting itu, karena dia merupakan CEO di Kohler Group's.

"Ok." Al meneguk habis segelas susu nya, dan Yuki menghapus sisa susu yang menempel dibibir sang suami.

Al melihat Stefan yang sudah pergi ke halaman bersama Natasha. Dan dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk menjahili istrinya. Dengan gemas, Al mendudukkan Yuki dipangkuannya dan menciumi wanita itu tanpa ampun. Rupanya sejak tadi, Al sangat gemas dengan Yuki dan penampilannya yang memakai kaos pikachu itu. Menurutnya sangat lucu, hanya saja disana ada Stefan dan Natasha. Jadi Al menahan keinginannya untuk mengganggu sang istri.

"Ampuuunnn...!!!! Geli tau...." Yuki berteriak sambil terkikik karena geli dengan ulah Al yang menggesek-gesekan hidung mancungnya dileher Yuki. Wanita itu terus tertawa, namun Al tak peduli. Dia terus melancarkan aksinya.

"Kak Al..!! Buruan dong!"

Suara teriakan Stefan dari luar membuat Al berdecak kesal, tetapi itu sangat menguntungkan bagi Yuki. Karena berkat Stefan, Al sudah melepaskannya. Yuki menarik nafas legah.

"Urusannya kita belum selesai yah! Kita lanjut nanti malam. Ok?" Pria itu mengedipkan matanya genit pada sang istri.

"Bodo amat!" Yuki melengos, kemudian pergi ke dapur, meninggalkan sang suami yang masih terkekeh disana.

"Enak banget ya punya istri, bisa dikerjain kapan aja tanpa takut dosa. Bener-bener surga dunia!" Al bergumam seorang diri, dia tersenyum nakal kemudian melangkah keluar rumah.

...

Pukul 20.00 Wib. Al nampak berjalan menuruni tangga. Dia baru selesai mandi, dan akan menemui Andrew dibawah. Keadaan rumah nampak sepi karena Stefan dan Natasha sedang berkunjung ke rumah Mama Ellen. Yuki, sedang menonton televisi didalam kamarnya. Tadi, Al juga menonton televisi bersama sang istri namun ketika dia melihat jam, Al baru teringat akan sesuatu.

"Andrew! Andrew!"

Dalam sekejap, pria yang disebutkan namanya tadi pun muncul dihadapannya. Pria itu setengah menunduk hormat pada Tuan besarnya.

"Ya, Tuan besar."

"Tolong suruh supir siapin mobil dan jemput Iqbal di bandara. Pesawatnya sudah take off sejak pukul lima sore tadi dari Medan, dan kurang lebih tiga puluh menit lagi dia landing. Jangan sampai dia yang menunggu kalian disana!" Perintah Al dengan suaranya yang dingin dan berwibawa.

Andrew mengangguk. "Baik Tuan besar."

Al kembali melangkah menuju kamarnya.

"Dari mana?" Yuki bertanya saat melihat Al kembali ke kamar.

Pria itu belum menjawab. Dia naik ke atas ranjang, mengecup pipi Yuki dan ikut berbaring disana. Al memeluk Yuki yang tidur menyamping.

"Iiisshh hihihihi.. Apaan sih?!" Yuki terkikik saat Al mulai menjahilinya. Pria itu menggelitiki leher Yuki dengan hidung mancungnya tanpa ampun.

...

Bandara Soekarno Hatta. Pesawat dari maskapai penerbangan Garuda Indonesia baru saja mendarat dengan gagahnya di Jakarta pada pukul 20.30 Wib.

Iqbal bersiap untuk turun. Wajah tampannya terlihat lesuh karena kecapean.

"Nona Prilly, koper anda ada dibagasi kabin. Mau saya ambilin, atau--" ujar salah satu pramugari yang sepertinya sangat mengenal wanita yang dipanggilnya Prilly tadi.

"Biar saja ambil sendiri!"

Sang pramugari pun menunduk, kemudian meninggalkan Prilly.

Iqbal mengernyit ketika mendengar sahutan ketus dari gadis bernama Prilly yang disebut salah satu pramugari barusan. Suara itu, sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga Iqbal. Dengan penasaran, dia menoleh ke belakang.

Dan benar saja! Suara itu milik seorang gadis cantik, ah ralat-ralat! Suara itu milik gadis menyebalkan, yang ia temukan di Medan kemarin. Dan gadis itu, ya ampun dia lucu sekali. Iqbal hampir tertawa melihat gadis itu yang nampak kesusahan mengambil kopernya dibagasi kabin yang lumayan tinggi. Gadis itu lompat-lompat tidak jelas untuk mengambil kopernya.

"Ck ck ck!" Iqbal mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu mengambil kopernya di bagasi kabin. "Lain kali kalau minum susu, pilih yang membuat tubuh kita tumbuhnya ke atas, bukan ke samping!"

***

Sang PramugariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang