***
"Sudah selesai mencurahkan isi hatinya, Nyonya Pevita Pearce?"
Suara itu terdengar dari seorang pemuda, sebelum kemudian pemuda itu memutar kursi kekuasaan yang sedang ia duduki. Sehingga Pevita bisa menatap wajahnya, dan terkejut melihat pemuda itu bukanlah Al. Melainkan.......
"Iqbal.?!!" Gumamnya terkejut. "Sedang a--apa, apa yang kamu lakukan disini?"
Iqbal. Yah, pemuda yang sedang duduk dikursi kekuasaan CEO Kohler Group's adalah Iqbal Ramadhan Kohler, putra asuh Al si penguasa Kohler Group's. Pukul 23.00 tadi malam Iqbal tiba di Jakarta atas suruhan sang Papah.
Iqbal tersenyum manis sebelum bergumam. "Ohh, apa saya tidak salah mendengar? Ini kantor Papah saya, jadi saya berhak ada disini. Dan seharusnya saya yang bertanya, sedang apa anda disini? Ada keperluan apa?"
"Owh.." Pevita tersenyum miring, dan menatap Iqbal tak suka. "Sombong sekali. Ingat sama posisi kamu, Iqbal. Kamu hanya anak jalanan yang di pungut oleh Al, bukan anak kandungnya. Kamu akan tahu posisi kamu yang sebenarnya setelah Al menikah. Karena setelah itu, Al akan menendang mu dari kehidupannya. Karena apa? Karena dia akan memiliki anak darah dagingnya sendiri, bukan kamu wahai anak kecil!"
Iqbal seketika bangun dari duduknya. Dia menatap Pevita dengan tajam, telunjuknya menuding kejam ke wajah Pevita, hingga membuat wanita terserang rasa takut mendadak. Keduanya terdiam dan saling bertatapan cukup lama. Tatapan yang berbeda. Satu menatap penuh kemarahan, dan yang satu lagi penuh ketakutan.
...
Al mengepalkan tangannya dengan penuh amarah. Semua ucapan dan hinaan yang dikatakan Pevita untuk Iqbal sudah Al dengar. Pria itu berada didalam satu ruangan bersama Iqbal dan juga Pevita. Hanya saja dia berada di kamar yang biasa ia gunakan untuk beristirahat ketika sedang lelah dikantor. Ia sengaja bersembunyi disana agar Pevita tidak mengetahui keberadaannya.
Al terdiam dengan sekujur tubuh menegang. Kenapa tidak ada suara dari putranya lagi ketika wanita itu menghinanya? Dimana anakku? Kenapa diam saja? Apa dia terluka disana? Apa dia menangis dengan hinaan Pevita? Pertanyaan-pertanyaan itu berlalu lalang dikepala Al. Ia ingin memastikan keadaan diluar, dia ingin melihat keadaan putranya, Iqbal pasti terluka. Dan baru saja Al hendak berdiri untuk melihat putranya, suara Iqbal terdengar dan mengurungkan niatnya.
"TUTUP MULUTMU WAHAI KAU PEREMPUAN.!!!" Suara Iqbal terdengar keras dan lantang, hingga membuat Pevita sekaligus sang Papah yang sedang bersembunyi disana ikut terlonjak kaget. Iqbal berjalan pelan mendekati Pevita dengan tatapan menyala-nyala. "Yah, benar apa katamu. Saya akan ditendang, dicampakkan dari hidup Papah setelah Papah menikah. Tetapi semua itu terjadi jika Papah MENIKAHI WANITA SEPERTIMU..!!!"
Iqbal mengarahkan telunjuknya tepat diwajah Pevita diakhir kalimat, dan seketika berhasil membuat wanita cantik berambut panjang itu meninggalkan ruangan milik CEO Kohler Group's tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari bibir indahnya.
...
"Selamat pagi para penumpang yang terhormat, selamat datang di penerbangan Garuda Indonesia dengan tujuan Palangkaraya / Kalimantan Tengah, bersama saya 'Purser Cabin' Yuki Maura Albert. Penerbangan ini di pimpin oleh kapten pilot Mr. Maxime, dan co pilot Mr. Kevin Julio. Penerbangan ke Palangkaraya akan kita tempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam dan 30 menit, dengan ketinggian jelajah 42.000 kaki diatas permukaan air laut. Perlu kami sampaikan kepada anda bahwa penerbangan Garuda Indonesia ini tanpa asap rokok. Alarm akan berbunyi apabila anda merokok didalam kabin pesawat. Sebelum lepas landas, kami persilahkan kepada anda untuk menegakkan sandaran kursi, menutup dan mengunci meja-meja kecil yang masih terbuka dihadapan anda, memasang sabuk pengaman, menon-aktifkan ponsel, dan membuka penutup jendela. Atas nama kapten pilot dan seluruh awak yang bertugas selamat menikmati penerbangan ini, dan terima kasih atas pilihan anda untuk terbang bersama Garuda Indonesia."
Suara Yuki terdengar mengalun tenang didalam kabin pesawat. Hari ini dia kembali bertugas sebagai pramugari, dan akan melakukan penerbangan ke Palangkaraya.
"Para penumpang yang terhormat, kami mohon perhatian anda sejenak. Sesuai dengan peraturan penerbangan sipil kami harus memberitahukan kepada anda bagaimana cara mengenakan sabuk pengaman, masker oksigen, pintu darurat, baju pelampung dan kartu keselamatan. Saat ini seharusnya sabuk pengaman anda telah terpasang. Apabila tekanan udara didalam kabin berkurang secara tiba-tiba, maka masker oksigen akan keluar dari tempatnya sehingga terjangkau. Tarik dengan kuat masker oksigen kearah anda, pasang penutup dimulut dan hidung, kaitkan karetnya dikepala dan bernafaslah seperti biasa. Bagi penumpang yang membawa anak-anak, dianjurkan untuk mengenakan masker oksigen terlebih dahulu, setelah itu baru kenakan masker oksigen pada anak anda. Pesawat ini dilengkapi dengan delapan pintu darurat. Dua pintu darurat dikabin bagian depan, empat pintu darurat dikabin bagian tengah, dan dua pintu darurat dikabin bagian belakang. Baju pelampung ada dibawah kursi anda dan hanya dipakai pada saat pendaratan darurat di perairan. Cara menggunakannya, kalungkan baju pelampung, kancingkan dan eratkan. Untuk mengembangkannya, tarik sekerasnya kedua ujung merah atau dapat juga dikembangkan dengan meniup kedua pipa karet. Lampu akan menyala jika sumbat baterai terlepas dan baterai terendam dalam air. Baju pelampung ini dikembangkan sesaat sebelum anda keluar melalui pintu darurat. Selanjutnya dikantung kursi anda telah tersedia kartu instruksi mengenai cara-cara penyelamatan diri dalam keadaan darurat. Kami mohon kepada anda untuk membacanya dengan seksama sebelum pesawat ini lepas landas. Terima kasih atas perhatian anda dan selamat menikmati penerbangan ini."
Kimberly, Chika, dan tiga pramugari lainnya sudah selesai memperagakan tata cara penyelamatan diri dalam keadaan darurat melalui suara instruksi dari Yuki yang berkumandang didalam kabin. Pesawat sudah berada dilandasan pacu bersiap untuk segera take off. Para pramugari kembali memeriksa kursi-kursi penumpang, saat semua sudah siap Chika mengacungkan jembol ke arah Yuki. Dan suara Yuki pun kembali terdengar memberitahukan kepada sang kapten untuk segera mengambil posisi take off.
"Take off position!"
Maxime melajukan pesawatnya dengan perlahan-lahan, melaju kesana dan kemari dengan pelan, sampai pada akhirnya pihak Air Traffic Control di bandara mengizinkannya untuk take off, membuat ia semakin mempercepat lajunya dan akhirnya pesawat itupun terbang dengan gagahnya di udara.
...
Al keluar dari kamar/ruang istirahatnya dikantor setelah kepergian Pevita dari ruangannya. Dia melihat Iqbal berdiri dengan kepala tertunduk.
"Iqbal.." Gumamnya pelan setelah meletakkan tangan kanannya menyentuh bahu putranya itu. Iqbal menoleh, menatap Al dengan pandangan mengabur karena matanya sudah dipenuhi oleh sesuatu yang sebentar lagi akan dia tumpahkan.
"Pa--pah.." Iqbal memeluk Al dan menumpahkan tangisannya. Suara tangisannya terdengar sangat memilukan di telinga Al. Suara tangisan yang sama seperti beberapa tahun yang lalu saat Al menemukan Iqbal kecil dipinggir jalan, dan merintih kelaparan.
"Papah... Iqbal anak jalanan, Pah. Iqbal anak jalanan. Iqbal bukan anak Papah." Tangisan Iqbal pecah dalam pelukan Al. Dia memeluk Papahnya dengan erat. Seakan takut jika Al akan meninggalkannya. Sepertinya Iqbal benar-benar terluka dengan perkataan Pevita beberapa saat yang lalu. Pevita. Ah ya ampun wanita itu. Apasih maunya?
Melihat dan mendengar tangisan Iqbal, tanpa sadar Al pun meneteskan airmata namun buru-buru ia langsung menghapusnya. Dia mengusap-usap rambut putranya sambil bergumam dengan suara yang amat sangat lembut.
"Kamu anak Papah, sayang. Kamu bukan anak jalanan. Kamu Iqbal Ramadhan Kohler, putranya Papah. Dan sampai kapanpun akan menjadi putranya Papah."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Pramugari
RomanceCerita ini aku ambil dari facebook ka Alkivers Mom's seinget aku nama aslinya ka ella tapi sekarang sudah jarang aktif di facebook semoga jika ka ella liat aku izin ya ka untuk update disini mengobati kangen ketika story alkivers lagi boming di fac...