***
"Jangan kayak anak kecil, Yuki!"
Al membentak keras. Kecewa karena ucapan Yuki, dan kecewa karena wanita itu terlalu keras kepala tidak mau memberi kesempatan bagi Al untuk menjelaskan semua yang terjadi. Tapi ketika melihat Yuki terlonjak kaget karena bentakannya, spontan lelaki itu melembut.
"Sayaanngg.. Pleas dengerin dulu, biar aku jelasin."
"Dengerin apalagi?!!" Bentak Yuki. Dan kali ini Al yang terlonjak terkejut. "Dengerin betapa nikmatnya kamu di peluk sama wanita tadi, iya?!!"
Al mendesah frustasi tak tau harus berbuat apa. Lelaki itu lebih memilih diam daripada harus membalas kemarahan Yuki. Jika bukan ia yang mengalah, keadaan malah akan semakin buruk. Menurut Al, menghadapi amarah Yuki saat ini benar-benar membutuhkan kesabaran yang cukup ekstra. Ia lebih memilih untuk tetap diam dan mengalah saja pada kekasihnya yang sangat keras kepala itu.
Al kembali tersentak kaget ketika terdengar suara pintu mobil yang sengaja ditutup dengan sangat kuat. Tak lama, BMW bewarna hitam legam itu melaju dengan sangat kencang dan meninggalkan area parkir gedung mewah kepunyaan Perusahaan Ternama Kohler Group.
Al mengambil ponselnya dari dalam saku, kemudian menelfon salah satu bodyguard nya yang berjaga di kawasan kantor.
"Tolong ikutin mobil BMW hitam dengan nomor plat B YU K1 yang baru saja keluar dari parkiran!"
...
Stefan sedang duduk diam di sudut sofa, mengamati sang kakak yang duduk di kursi kekuasaannya sambil memijat tulang hidungnya. Ia sedang berada di ruang kerja Al.
Beberapa saat yang lalu pemuda itu baru saja tiba di kantor sang kakak. Namun ketika hendak keluar dari dalam mobil, Stefan melihat sang kakak sedang bertengkar hebat dengan tunangannya. Dan itu membuat Stefan mengurungkan niatnya, lalu memilih untuk tetap stay di dalam mobil sampai keadaan memungkinkannya untuk keluar.
"Kak.." Panggil Stefan dengan suara pelan. Al melihat ke arah adiknya, lalu hanya berdehem sebagai jawaban.
"Elo nggak seharusnya ngebentak kayak gitu tadi, kak."
Al berdecak kesal. Matanya menyorot Stefan dengan tajam.
"Gimana gue enggak marah. Seenaknya dia bilang ke gue untuk membatalkan pertunangan ini. Dia pikir pertunangan ini hanya main-main apa?!"
Stefan terdiam mendengar penjelasan kakaknya. Benar juga sih apa yang di ucapkan oleh sang kakak. Yuki enggak seharusnya bicara begitu, karena pertunangan ini kan bukan untuk main-main.
"Terus, dia tadi mau kemana? Lo nggak coba untuk ngehubungin dia kak?"
"Enggak!" Jawab Al. "Buat apa gue ngehubungin dia? Toh dia udah nggak ngehargain gue, nggak ngehargain cincin yang udah gue kasih buat dia."
Stefan tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia tau, jika sudah begini kakaknya itu pasti sudah marah besar. Ia memilih untuk tiduran di sofa, sambil bermain game di smartphone nya.
Tak lama, ponsel milik Al berbunyi yang menandakan ada sebuah panggilan. Al melihat ke layar ponsel, dan orang yang menelfonnya adalah sang bodyguard yang ia tugaskan untuk mengikuti mobil Yuki. Tujuannya untuk memastikan wanita itu baik-baik saja menyetir dalam keadaan emosi yang sedang meluap-luap.
"Ya."
"Tuan, mobil milik Nona Yuki berhenti di kantor maskapai penerbangan Garuda Indonesia."
...
Wanita itu baru saja tiba di kantor maskapai penerbangan Garuda Indonesia tempatnya bekerja. Walau ia tau hari ini tidak ada jadwalnya untuk bertugas, namun ia tetap ke kantor untuk menemui Verrell, sang CEO.
Verrell mengernyit bingung melihat kedatangan Yuki ke ruangannya. Bingung karena memang Yuki tidak ada jadwal untuk hari ini, dan bingung karena melihat mata Yuki yang sembab seperti baru saja menangis.
Bukankah semalam dia baru saja bertunangan dengan kak Al? Seharusnya ia bahagia kan? Kenapa sekarang...? Pikir Verrell bertanya-tanya.
"Maaf, Tuan Verrell jika saya mengganggu." Gumam Yuki dengan wajah tertunduk lesuh.
"Silahkan duduk!" Perintah Verrell. Yuki pun langsung menuruti perintah atasannya.
"Ada apa? Bukannya jadwal penerbangan kamu besok pagi? Apa kamu lupa? Kamu akan terbang ke Australia besok pagi dengan kapten pilot Maxime. Seharusnya kamu beristirahat dirumah, jaga stamina kamu sebelum menempuh penerbangan yang cukup jauh itu."
"Saya tidak lupa, Tuan. Saya cuma ingin bertugas hari ini. Kemanapun itu. Saya mohon."
Verrell semakin bingung dan bertanya-tanya. Ada apa sebenarnya? Kenapa Yuki seperti habis menangis? Dan kenapa wanita ini memaksa untuk bekerja seperti sengaja ingin pergi dan menghindar dari seseorang? Apa ini semua ada hubungannya dengan kak Al?
"Ok sebentar. Saya cek dulu!" Verrell mulai membuka komputernya untuk melihat jadwal penerbangan khusus hari ini.
"Hmm.. Untuk hari ini, jam tiga sore ada penerbangan maskapai kita tujuan Medan di bawah pimpinan kapten pilot Brandon. Kamu bisa ikut mereka jika kamu mau. Asal kamu juga jangan lupa, kalau besok kamu ada penerbangan ke Australia." Gumam Verrell dengan pandangan masih tertuju pada komputer.
"Baik Tuan. Terima kasih, saya permisi Tuan."
...
Lagu milik Coldplay yang berjudul A Sky Full Of Stars berkumandang di dalam mobil Al dengan volume cukup keras. Lelaki tampan itu sedang dalam perjalanan pulang ke rumah untuk beristirahat dan menenangkan otaknya yang seharian sedang tidak beres karena Yuki. Emosi Al benar-benar terpancing disaat Yuki mengatakan akan membatalkan pertunangan ini.
Dasar wanita keras kepala. Tak mau mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu. Tak tahukah dia bagaimana seorang Al jika sedang kecewa dan marah besar?
Al berteriak sambil memukul keras roda kemudinya sebagai pelampiasan emosinya.
"Arrrggghhhhhh!!! Kenapa kamu keras kepala banget sih jadi cewek?!! Kenapa kamu enggak dengerin aku dulu, Yuki?!! Kenapaaa?!! Kamu nggak tau gimana sayangnya aku, cintanya aku sama kamu?!! Kamu bener-bener udah mancing emosi aku Yuki! Kamu sudah membuat sosok Al Kohler yang sebenarnya keluar! Dan aku harap kamu tidak menyesal!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Pramugari
Любовные романыCerita ini aku ambil dari facebook ka Alkivers Mom's seinget aku nama aslinya ka ella tapi sekarang sudah jarang aktif di facebook semoga jika ka ella liat aku izin ya ka untuk update disini mengobati kangen ketika story alkivers lagi boming di fac...