***
Pria itu masih berusaha menahan tawa melihat ekspresi sang kekasih yang sedang menggembungkan pipi, memajukan bibirnya hingga beberapa senti sambil merengek-rengek seperti anak kecil. Wanita itu terus merengek kepada Al agar tidak terlalu sibuk dalam pekerjaan. Lah bagaimana tidak harus sibuk? Wong Al merupakan CEO Kohler Group's. Dia yang mengatur dan memimpin seluruh bisnis-bisnis majunya, so pasti harus sibuk kan?
"Jangan terlalu sibuk pak bos, aku enggak suka dicuekin."
Al tersenyum. Lalu membawa wanita itu ke dalam dekapannya. Dia mengelus rambut Yuki dengan tangan kirinya, sementara tangan kanan masih menggerakkan setir mobil. Yuki pun tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dia menyandarkan kepalanya dibahu kiri Al, seraya merangkulkan kedua lengannya dipinggang sang kekasih. Tak lama Yuki pun terlelap disana.
"Dasar manja." Gumam Al nyaris tak bersuara setelah melihat Yuki yang sudah memejamkan mata. Dia lalu menurunkan volume musik di mobilnya yang pada saat itu sedang mengalunkan lagu See You Again milik Wiz Khalifa Feat. Charlie Puth. Al melihat ponselnya yang berdering di atas dashbord lalu mengambilnya.
"Ya." Jawab Al pada si penelfon setelah mengaktifkan headseat ponselnya.
"Maaf mengganggu, Tuan Al. Saya hanya ingin memberitahu bahwa pihak perusahaan P.E ingin segera mengadakan pertemuan dengan pihak perusahaan kita, Tuan."
Wajah Al seketika memerah, sekujur tubuhnya menegang mendengar nama perusahaan yang bahkan tak ingin ia dengar lagi selama ia masih bernafas.
"LANCANG...!!!!!!!" Bentak Al keras kepada sang manager hingga mengusik Yuki yang sedang terlelap dalam dekapannya. Al menarik nafas panjang untuk mengurangi amarah, kemudian menenangkan Yuki yang sejak tadi merengek seperti anak kecil karena tidurnya telah terusik. "Ssssshhhhtttttt... Bobok lagi, bobok." Bisiknya lembut.
Yuki yang sejak tadi merengek tak jelas pun, akhirnya kembali terlelap saat Al menenangkannya. Nafasnya terdengar teratur dan santai, membuat Al bernafas lega dan kembali berbicara pada managernya.
"Tunggu saya dikantor!"
...
Brraaakkkkkkkkk!
Suara gebrakan meja yang cukup keras didalam gedung pencakar langit milik Perusahaan Ternama Kohler Group's mengagetkan ketiga pria yang sedang berada didalam ruangan tempat dimana suara gebrakan itu berasal. Ruangan itu adalah ruangan milik CEO Kohler Group's, Al Kohler. Mereka menunduk, tak berani menatap mata sang big boss yang tampak menyala-nyala penuh emosi.
"Dari jauh-jauh hari saya sudah mengatakan, bahwa saya Al Kohler sudah membatalkan kerjasama dengan Pevita Enterprises! Lalu apa ini?!" Al membanting keras berkas permohonan meeting yang dikirim oleh pihak P.E di lantai. "Arrgghhhh..!!!!" Teriaknya keras sebelum kemudian duduk dikursi kekuasaannya dengan penuh amarah.
"Maaf Tuan. Pihak P.E terus meminta kita agar mengadakan pertemuan." Ucap Andrew sambil terus menunduk tanpa berani menatap sang CEO. Ya walau CEO nya itu tampan, namun ketika sedang marah maka aura nya pun terlihat cukup menakutkan.
"Jika kalian masih menyebut nama perusahaan milik wanita itu, maka saya akan mengeluarkan kalian dari perusahaan ini! Sekarang, lebih baik kalian keluar! KELUAR!!!"
Ketiga pemuda itupun akhirnya meninggalkan ruangan sang CEO dengan wajah penuh rasa takut. Mereka terus menundukkan kepala sampai keluar. Sesampainya didepan pintu kokoh milik CEO, ketiga pria itu melihat seorang wanita cantik yang sudah tidak asing lagi bagi mereka berdiri didekat pintu ruangan CEO. Mereka pun menunduk hormat kepada wanita cantik tersebut.
...
"Pesan tiket penerbangan keberangkatan Medan - Jakarta atas nama Iqbal Ramadhan Kohler!"
Al meletakkan ponselnya diatas meja setelah selesai menelfon pekerjanya. Dia menunduk sambil terus memijat pelipisnya. Wajah tampannya masih terlihat memerah menahan amarah. Pevita. Nama wanita itu membuat Al ingin menghajarnya hidup-hidup jika saja si pemilik nama berjenis kelamin laki-laki. Entah apa yang diinginkan oleh wanita itu. Al sudah menolak mentah-mentah untuk bekerjasama dengannya, tetapi..? Oh tidak!
Sejak Yuki selalu mencurigainya karena Pevita, Al mulai menjauhi CEO P.E tersebut. Bahkan ia tidak berniat untuk melanjutkan kerjasama diantara kedua perusahaan karena takut akan berpengaruh buruk pada hubungannya dengan Yuki. Yah, memang Yuki tidak melarang Al untuk bekerjasama dengan perusahaan Pevita, tapi ketika dilihat dari matanya saat Yuki berbicara beberapa waktu yang lalu, Yuki tidak menyukai hal itu. Dia tidak mau Al dekat-dekat lagi dengan Pevita.
"Apasih mau lo, Pevita Pearce?!" Desis Al tajam. Sebelum kemudian melangkah ingin meninggalkan ruangannya. Namun baru saja Al sampai di depan pintu, ia dikejutkan oleh kehadiran sosok wanita. Wanita cantik yang baru beberapa jam ia antarkan kerumah.
"Yuki."
Wanita itu membeku disana, menatap Al dengan tatapan kosong. Wajahnya nampak seperti orang yang benar-benar terkejut. Atau jangan-jangan dia sudah mengetahui bagaimana sosok Al Kohler jika sedang marah? Sudah berapa lama dia disini? Astagaaaaa!
"Sayang.." Al menepuk-nepuk pelan pipi Yuki seraya membawa wanita itu ke dalam ruangan. Dia mendudukkan Yuki disofa, lalu memberikan segelas air mineral kepada tunangan cantiknya itu.
Tadi, setelah Al mengantarnya pulang. Yuki diam-diam mengikuti mobil Al dari belakang, tetapi Al tidak menyadarinya. Yuki penasaran, ada masalah apa Al dikantor hingga membuatnya marah ketika menerima telefon dimobil tadi.
"Kamu kenapa? Kenapa kamu marah, kenapa kamu murka sama karyawan kamu?" Al terdiam. Dia bingung untuk menjawab apa. Benar apa dugaannya, Yuki mendengar Al yang sedang murka beberapa saat lalu. "Aku enggak suka liat kamu seperti itu. Aku enggak suka liat kamu marah-marah. Aku takut."
Ohh, wanita ini memang belum tahu sosok Al yang sebenarnya. Sosok pemuda tampan namun kejam, keras kepala, menakutkan, angkuh, dingin, dan datar. Dia memiliki tatapan mata yang cukup tajam, hingga membuat rekan bisnis yang bertatapan langsung dengannya menciut ketakutan. Namun sikap-sikap itupula, yang membawanya pada kesuksesannya saat ini.
"Aku minta maaf, aku kelepasan. Maafin aku. Maafin aku udah buat kamu takut, sayang.." Pemuda itu bergumam lembut seraya melingkarkan kedua lengannya dipinggang sang kekasih, sambil terus mengecupi puncak kepala wanita yang tak lama lagi akan menjadi istrinya dengan penuh kasih sayang.
...
Keesokan harinya....
Sosok wanita cantik berambut panjang baru saja turun dari mobil mewahnya yang bewarna hitam mengkilap. Dia mengibaskan rambut panjangnya sebelum melangkah masuk ke dalam gedung mewah bertingkat tinggi milik Kohler Group's. Wanita itu sempat melirik mobil dengan plat B 05 AL, dan ia pun tersenyum bahagia.
Dia sudah didalam, dan menantikan kedatangan ku. Gumamnya didalam hati dengan pede.
"Al... Ternyata kamu sudah menungguku. Dan ternyata kamu sudah membaca sms ku tadi malam." Gumamnya setelah sudah berada diruangan CEO Kohler Group's.
Dia menatap sosok pemuda yang sedang duduk dikursi besar itu dengan posisi membelakangi dirinya. Sehingga ia tidak dapat melihat wajah si pemilik ruangan.
"Al.. Kenapa kamu membatalkan kerjasama yang sudah kita sepakati sebelumnya? Kenapa Al? Kenapa kamu terkesan seperti sedang menghindar dari diriku? Kenapa Al? Aku Pevita mu? Aku kekasih lama mu, tolong maafin kesalahanku dimasa lalu, Al. Aku masih mencintaimu."
Wanita itu terus saja mengutarakan isi hatinya. Sampai dia tidak menyadari sosok yang ia ajak bicara sejak tadi bukanlah Al.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Pramugari
RomanceCerita ini aku ambil dari facebook ka Alkivers Mom's seinget aku nama aslinya ka ella tapi sekarang sudah jarang aktif di facebook semoga jika ka ella liat aku izin ya ka untuk update disini mengobati kangen ketika story alkivers lagi boming di fac...