Kaila yang bosan di rumah akhirnya memutuskan untuk mengajak gus Arsha jalan-jalan. Namun, gadis itu tidak ingin hanya berdua saja maka dari itu mereka akan mengajak Sania. Mereka juga khawatir dengan keadaan gadis itu.
"Mas, kayaknya seru kalau ke tempat wisata terus nanti ke bioskop," usul Kaila.
Arsha yang hanya bisa manut mengangguk saja, yang penting adiknya bahagia. Lagian dirinya juga lagi mumet-mumetnya masalah pekerjaan, belum lagi soal ta'arufnya dengan gadis pilihan abinya.
"Kira-kira Sania lagi apa ya?"
"Mungkin rebahan," sahut Gus Arsha tenang, tetapi dalam hatinya dia berharap bahwa sepupunya baik-baik saja dalam keluarga seperti itu.
Tidak lama dalam perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah Sania. Mereka tersenyum seraya keluar dari mobil. Sementara di sisi lain kedua saudara itu merasa panic ketika melihat mereka keluar dari mobil. Rasya dan Cantika langsung menuju gudang untuk mengecek kondisi Sania. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat kondisi Sania.
"Sania!"
Mereka pun langsung membalikkan posisi Sania yang tadi lemas menelungkup kini menjadi kepalanya menghadap ke langit-langit dengan terpejam. "Mbak, kok bisa samapi gini, sih?"
"Ya gak tau, ini ide siapa cobaa, hah?" Rasya membentak Cantika.
Cantika menunduk kesal sekaligus sedikit menyesal. "Sekarang gimana caranya ngebangunin dia?" Berfikir sejenak, kemudian Cantika berusul, "Siram aja."
Rasya terdiam kemudian merespon, "Ini biar Mbak yang urusin, kamu sana alihin dulu perhatian mereka."
***
Ini sudah kedua kalinya mereka mengucapkan salam. Namun, belum ada yang menjawabnya, keduanya saling menatap dengan heran. Dicoba sekali lagi, tetap saja tidak ada jawaban.
"Coba ditelpon, Kai." Kaila menurut dan baru deringan pertama pintu sudah terbuka dengan Cantika yang menjawab salam. Gadis itu tersenyum gugup.
"Eh, Gus Arsha sama Ning Kaila. Ada apa?" Gadis itu bertanya sembari memegang erat gagang pintu.
"Mau ketemu Sania, ada?" Gua Arsha menjawab.
Kaila mentap Cantika dengan tatapan menyelidik, sama seperti Sania, Kaila juga tidak terlalu suka dengan keluarga Ibu tirinya Sania. Akhirnya gadis itu hanya membiarkan Abangnya dan Cantika saja yang berbicara.
"Oh, Mbak Sanianya masih tidur, tunggu di ruang tamu dulu ya. Aku banguni dulu Mbak Sanianya nggeh."
Setelah menyilakan kedua putra putri kiai itu duduk, Cantika segera berjalan menuju gudang untuk mengecek keadaan. Dia baru bisa bernapas lega ketika melihat Sania sudah sadar dan menatap mereka dengan linglung.
Sania hanya mengingat dirinya terkurung di gudang dan terlntas di benaknya perkataan sang sahabat ketika di pondok. Dalisa pernah berkata kepadanya, "Sania, ketika kamu sedang sedih jangan terbawa emosi selama-lamanya apalagi sampai mengakhiri kehidupan ini, bayangkan pas kamu mau mengkhiri hidup terus malaikat Izrail mampir dan bertanya, 'Mau pulang sekarang atau nanti?' kita engga tahu apa yang akan terjadi kepada kita, apa yang akan menjadi cobaan kita. Namun, kuncinya satu berfikir positif dan percaya kepada allah."
Setelah itu Sania terisak dan kehilangan keasadarannya. Kini gadis itu menatap tajam kedua saudara tirinya. Siap untuk meluapkan kemarahan. "Sebenarnya apa yang kalian mau dari saya?!" jeritnya.
Cantika dan Rasya panic mendengar jeritan itu, mereka takut Kaila dan Arsha yang berada di ruang tamu mendengarnya dan image mereka dihadapan saudara-saudara ayahnya menjadi semakin buruk.
"Sutt, Mbak. Cantika minta maaf ya, tadi kita cuma bercanda aja."
Mendengar itu Sania semakin greget, dasar drama queen. "Bercanda kata kamu, Cantika? Saya hampir mati di sini dan kamu bilang bercanda?!" Sania menarik rambut Cantika, ia mengerahkan sekuat tenaga. "Nih, bercanda! Yang kaya gini bercanda yang kamu maksud kan?"
Rasya terbebelak dan segera mendorong Sania. "Apa-apaan sih, Sania!"
Sadar jika Rasya juga terlibat gadis itu mendorong Rasya dengan sisa tenaga. "Jangan kalian piker gue lemah! Gue kuat! Kalian harus tahu itu!" Sania menjerit frustasi.
Suara Sania kali ini berhasil terdengar oleh Arsha dan Kaila. Menyadari ada yang tidak beres, mereka pun berlari menuju ke sumber suara.
"Kalian gak pernah jadi gue! Dikurung di ruangan kotor dan gelap bukan hal yang bisa kalian bercandakan. Tau apa kalian tentang trauma orang lain! Tau apa kalian tentang ketakutan orang lain, hah! Kalian gak pernah merasakan itu semua!"
Sania menangis dan terus berbicara, dan perkataan Sania kali ini Rasya yang membalasnya. "Justru karena kita pernah merasakan, jadi lo juga harus merasakan Sania! kita gak mau lo bahagia! Kalau kita gak bahagia, maka lo juga gak berhak bahagia."
Menggeleng tidak mengerti Sania berujar lemah, "Kebahagiaan aku gak ada di tangan kalian! Kebahagiaan kalian juga ada di tangan kalian sendiri. Jangan pernah merebut kebahagiaan orang lain dengan membuatnya menderita!" Napas Sania semakin memburu, dia muak dengan ini, mengapa mereka tidak mengerti?
"Kalau kalian mau bahagia, cari! Ciptakan kebahagiaan sendiri! Mustahil kalian tidak menemukan kebahagiaan selain dengan cara menyakiti orang lain." Mereka saling mengintimidasi satu sama lain. Kemudian Sania berbisik, "Dengan kalian perlakukan aku kaya gini, kalian bahagia?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Gus Arsha (5) {ON GOING}
Chick-Lit🌻Update setiap Malam Ahad jika tidak ada kendala♥️ Sania berhasil dibuat jatuh cinta oleh sepupunya, Gus Arsha. Di sebuah mimpi buruknya, Sania nekat melakukan suatu hal yang membuat Gus Arsha yang selalu bersikap baik kepadanya merasa begitu kecew...