Pertengkaran itu tidak luput dari pandangan Kaila dan Arsha, kemarin-kemarin mereka hanya mendengar jika Sania sering bertengkar dengan saudaranya. Namun, saat ini mereka menyaksikan langsung bagaimana saudara itu berdebat.
Arsha menyadari ini semua sama-sama tidak mudah baik bagi Sania maupun saudara tirinya. Arsha yang keluarganya cemara tidak bisa begitu menebak apa yang telah mereka alami sampai bisa sesakit ini. Namun, yang arsha sangat sadari yaitu ini semua adalah dampak buruk dari broken home.
Sementara di sisi lain, Kaila justru berpihak kepada Sania, mau semenderita apapun saudara tirinya, tetaplah memperlakukan orang lain dengan buruk adalah tindakan yang salah. Orang bijak seharusnya bisa mengambil sisi positif ketika diberi cobaan, bukannya justru melampiasakan amarah kepada orang lain.
Sania menyadari kehadiran arsha dan Kaila, gadis itu mengelap air matanya dengan malu. Kaila menyadari jika ini sangat berat untuk sepupunya, dengan penuh pengertian Kaila tersenyum sembari merentangkan tangannya. Sania pun membalasnya dengan senyuman kecut dan memeluk Kaila.
"Maaf, kalian harus lihat ini," ujarnya menyesal.
Rasya dan Cantika yang menyaksikan itu begitu kesal dalam hatinya. Rasya berdecak, kemudian pergi diikuti sang Adik. "Kenapa sih, Sania harus punya orang lain yang sayang kepadanya?" Rasya menggerutu sepanjang jalan.
"Gak tau, apa sih hebatnya dia sampai banyak yang sayang gitu? Pinter engga, cengeng iyaa." Cantika ikut merutuki.
"Seharusnya kita yang dapat kasih sayang seperti itu, secara kita lebih menderita dibandingkan dia!"
Tidak memepedulikan saudara Sania, Kaila berdecih kemudian mengelus lembut punggung Sania yang bergetar. "Mbak kuat banget, hebat loh."
Sania tertawa pelan meresponnya. "Allah yang nguatin aku Ning, kalau engga mungkin aku sekarang udah kehilangan nyawa."
Arsha menimpal dengan tersenyum teduh, "Alhamdulillah, Sani harus kuat seperti ini terus sampai nanti. Harus inget ada Allah yang selalu bersama Sani."
Ucapannya begitu menenangkan sehingga Sania tidak bisa beralih dari tatapannya, sejenak tatapan keduanya terkunci sebelum lirikan Kaila membuat Arsha sadar lantas beristighfar lalu berdeham dan memutuskan untuk menunggu di luar.
Sadar dengan penampilannya yang begitu lusuh Sania meringis malau. "Ning Kaila, aku jelek banget ya sekarang?"
Kaila tertawa lantas menggoda, "Malu ya sama Gus Arsha? Cantik kok ah."
Sania tertawa dengan candaan itu. "Yaudah yuk ke kamar! Anggap aja kejadian ini engga pernah Ning Kaila lihat yaa. Maaf banget aku malah nunjukin ini nggeh."
Menggeleng tidak masalah Kaila mengangguk lalu menggandeng tangan sang sepupu untuk menuju ke kamarnya. Kini dirinya tidak tahu apa yang akan dipikirkan gus Arsha ketika melihatnya tadi, dirinya yang kacau, dulu memang laki-laki itu pernah melihat dirinya yang lebih kacau dari ini. Namun, mereka sekarang sudah sama sama dewasa.
Setelah gadis itu ganti baju, Sania duduk di sebelah Kaila, gadis itu memakai kaos kakinya dengan melamun. Setelan yang kini Sania kenakan adalah Rok plisket berwarna hitam beserta baju berwarna cream senada dengan kerudung segi empatnya. Ciri khas gadis itu jarang sekali memakai Abaya atau gamis.
Sambil menunggu Ning Kaila memainkan ponselnya, sementara Sania bermake up natural. Sejenak gadis itu melihat dirinya sendiri di cermin. Batinnya mulai bertanyadan kepalanya begitu berisik oleh tanda tanya itu. Namun, diantara banyaknya pertanyaan yang menjadi atensi Sania adalah "Apakah perempuan seperti dirinya berhak bahagia? Apakah perempuan seperti dirinya berhak untuk dicintai?"
Kaila tersenyum memperhatikan room chatnya dengan sang Abang. Terlihat sekali bahwa Gus Arsha sangat khawatir. Namun, malu untuk mengungkapkannya secara langsung.
![](https://img.wattpad.com/cover/296457607-288-k756197.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Gus Arsha (5) {ON GOING}
Literatura Feminina🌻Update setiap Malam Ahad jika tidak ada kendala♥️ Sania berhasil dibuat jatuh cinta oleh sepupunya, Gus Arsha. Di sebuah mimpi buruknya, Sania nekat melakukan suatu hal yang membuat Gus Arsha yang selalu bersikap baik kepadanya merasa begitu kecew...