1 minggu sudah berlalu, punggung tangan bright juga sudah mulai membaik, itu semua karena win yang rajin mengganti perban dan mengolesi obat. Hari ini bright sudah bebas dari perban, dia juga tidak mau berlama-lama memakai perban, karena hal itu justru membuat orang-orang menatapnya kepo.
"au! Yang! Pelan-pelan, sakit" win memutar bola matanya, belum juga kapasnya menyetuh luka bright, tapi bibir bright sudah berteriak duluan.
"belum kena loh padahal" kata win
"sshh, cium dulu, mungkin jadi ga seberapa sakit" kata bright iseng, win yang mendengar lekas menekan kapasnya kuat-kuat pada salah satu luka bright.
"Yang! Buset, tega banget"
"makanya!, jangan godain terus" omel win, dia malu sekali saat mendengar bright memanggil nya 'yang', rasanya ada jutaan kupu-kupu yang menari diperutnya. Sedangkan bright berdecak sebal, padahal memang sakit, dan dia memang mau minta cium win, kan win pacarnya.
"inget, ini belum sembuh total, please jangan macem-macem lagi" ujar win memperingati bright setelah selesai mengolesi obat, kemudian win raih tangan bright yang sudah diobati, dan dia kecup sekilas.
Bright menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis, win gemas dibuatnya.
"bri, pernah gak ada yang larang kamu untuk senyum?" tanya win, bright mengeryitkan dahinya, pertanyaan win aneh.
"enggak tuh, kenapa?"
"bagus, kalo gitu mulai sekarang jangan senyum! Nanti anak orang suka sama kamu, emang bisa kamu tanggung jawab?!" omel win, bright tertawa keras mendengarnya, astaga pacarnya ini kenapa mendadak posesif?
"kamu kenapa sih sayang? Hmm? Posesif banget, tumben" kata bright sambil meraih pinggang win yang berdiri didepannya, win berdecak, kalau saja bright tau berapa jumlah fans nya dibumi ini, mungkin kalau dia jadi win juga akan sama posesif nya.
"kamu gk boleh ya bri senyum sembarangan! atau kalau gak pake aja masker seharian!" omel win sambil mencoba melepaskan lengan bright dipinggangnya, bright lekas berdiri, kembali menarik pinggang win, kali ini jarak meka sangat amat dekat, bahkan bagian bawah mereka sudah bersentuhan.
Win meremang, dia gugup dengan jarak yang terlampau dekat ini.
"sayang, dengerin aku, senyum ku ini cuma untuk kamu, kalau ada yang gak sengaja lihat, berarti mereka lagi hoki aja" kata bright, win memutar matanya, bright memang jago gombal, kalau ada kejuaraan gombal, pasti bright juara 1.
"oh iya, kamu juga, jangan senyam senyum! Kamu pikir dulu siapa ya yang sukses bikin adik tingkat bucin? Sampai nitipin coklat segala ke Jj" lanjut bright, mengungkit kisah cinta win dan love.
Win menunduk malu, sial, bright masih saja ingat.
"ish, udah jangan dibahas!" kata win malu, bright meraih dagu win, membawa win untuk menatap mata bright.
"dengar baik-baik ya metawin, kamu punya aku, jangan berani-beraninya kamu bikin orang lain bucin ke kamu selain aku" kata bright memperingati win, win tersenyum mendengar ancaman bright, yang terdengar manis itu.
"emang kenapa? Apa yang bakal kamu lakuin?" tantang win, bukannya dia mengangguk patuh, bright menarik bibirnya, menampilkan smirk nya.
"gak ada, tapi aku pastiin, kamu gak akan bisa bangun dari kasur" kata bright sambil tersenyum nakal.
"anjir!" umpat win bergidik ngeri, dasar bright mesum!
Bright tertawa renyah, kemudian dia berikan ciuman ringan dileher win berkali-kali hingga membuat win berteriak karena geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
FanfictionBright rasanya mau mati ketika mendengar win berkata "..Lo udah janji, jadi tolong.. Please terima dia, Tepatin janji lo ya bri.." setelah mereka having sex, membuat bright sesak. "but win, can we still together after that?" bright masih mencoba u...