💙MAT 4💙

3.1K 162 2
                                    


Langit yang awalnya cerah dan cahaya matahari yang sangat terik. Kini sudah tergantikan oleh angin yang sangat sejuk dan disinari oleh cahaya rembulan.

Gita yang baru saja sampai di rumahnya, setelah seharian mencari pekerjaan. Dirinya benar-benar merasa lelah dengan hari ini.

Banyak sekali penolakan yang Gita terima saat melamar.

Dirinya mendudukkan tubuhnya di atas bangku luar yang ada di depan rumahnya.

Gita memejamkan matanya. Rasanya seluruh badan sudah terasa remuk akibat berjalan seharian.

Suara mesin mobil mengalihkan kesunyian yang ada sebelumnya.

Gita membuka matanya. Melihat ke rumah tetangganya yang baru saja pulang bekerja.

Gita melihat Gavin turun dari mobil. Lalu Gita juga melihat ada seorang perempuan yang ikut turun menyusul Gavin.

"Cewek tadi, tuh?" gumam Gita, seraya berjalan menghampiri mereka.

"Mbaknya ngapain di sini malem-malem?" tanya Gita kepada Sarah.

"Loh, kamu yang mau ngelamar tadi siang, kan?" balas Sarah.

"Eh! Siapa juga yang mau ngelamar kerja di kantor yang nantinya akan jadi milik Saya?"

Gavin menghela nafas. Sudah bosan sekali rasanya Gavin mendengar kata-kata yang seperti itu keluar dari mulut Gita.

"Ayo, masuk dulu, Sarah." Gavin berjalan masuk ke dalam rumahnya, yang disusul oleh Sarah --- sekretarisnya.

Gita pun ikut masuk ke dalam.

Sarah mendudukkan tubuhnya di sofa yang ada di ruang tamu. Sementara Gavin, dia naik ke atas tangga menuju kamarnya untuk mengambil sesuatu.

Sarah melirik Gita sekilas yang hanya berdiri di sampingnya.

Gita juga sesekali melirik Sarah, yang menurutnya cara berpakaiaan Sarah itu terlalu ketat dan terbuka.

Gita tau, meskipun dia bekerja di kantoran dan harus berpakaiaan formal. Namun, apa harus seketat dan sependek itu?

"Dasar! Cewek gatel!" gumam Gita dengan sangat pelan.

Ternyata, suara Gita masih terdengar oleh Sarah.

"Bilang apa kamu? Cewek gatel? Kamu ngatain Saya cewek gatel?"

Gita tersenyum sinis. "Lah, emang iya 'kan? Kalau nggak gatel. Ngapain coba ada di rumah laki malem-malem gini."

"Kamu kayaknya gak ada kaca ya, di rumah? Ngaca dong! Siapa yang cewek gatel? Kamu! Kamu yang dari tadi maksa buat deketin Pak Gavin. Padahal Pak Gavin sendiri sama sekali gak tertarik sama kamu! Kasian banget, deh!"

Gita yang mendengarnya langsung merasa kesal dan emosi kepada Sarah. Ingin sekali rasanya Gita menjambak rambut panjangnya itu.

"Heh! Lo itu gak tau siapa gue! Jadi gak usah sok tau soal gue sama Kak Gavin! Paham?!" ucapnya sembari menunjuk wajah Sarah.

Sarah yang hendak akan bangun untuk memberi pelajaran pada Gita. Seketika ia urungkan niatnya kala melihat Gavin turun dari tangga dengan beberapa map di tangannya.

Gavin yang melihat Gita menunjuk Sarah. Ia pun merasa tidak suka dengan tingkah Gita yang semakin hari semakin menjadi-jadi menurutnya.

"Gita!" panggilnya dengan suara tinggi.

Gita membalikkan badannya, melihat mata Gavin yang menatapnya dengan tatapan marah. Hal itu mampu membuat nyali Gita menjadi ciut.

"Kamu gak kenapa-napa, Sarah?"

Mendengar pertanyaan itu dari Gavin. Membuat Gita membulatkan kedua bola matanya.

Kenapa dia bertanya seperti itu? Kayak seakan-akan Sarah ini sudah diapa-apakan oleh Gita.

"Ya nggak kenapa-napa lah, Kak. Orang aku nggak ngapa-ngapain dia, kok!"

"Saya gak bicara sama kamu. Sana, keluar!"

"Aku gak akan pergi sebelum dia juga pergi!" Gita menyilangkan kedua tangannya.

Gavin mengambil oksigen sebanyak mungkin.

"Ini berkas-berkas yang kamu minta. Tolong kamu urus untuk meeting besok," ucap Gavin seraya menyodorkan map itu kepada Sarah.

Sarah menerimanya. "Baik, Pak!"

"Nah, udah kan? Sana pulang lu!" kata Gita kepada Sarah.

"Gita! Saya tidak suka kamu bicara seperti itu kepada Sarah!"

"Loh, kenapa mesti gak suka? Mbak Sarah ini kan cuma sekedar sek-re-ta-ris! Gak lebih!"

Ah, sudah. Lebih baik Gavin mengabaikan apa yang dikatakan Gita saja.

"Maaf, Pak. Kalau tidak mengganggu apa Saya boleh diantarkan pulang? Soalnya ini sudah malam. Saya takut terjadi apa-apa sama diri Saya," ucap Sarah, yang menurut Gita ekspresinya itu sangatlah menyebalkan. Sok imut!

"Ya sudah, ayo. Gita, kamu pulang. Karena Mama Saya lagi gak ada di rumah."

"Nggak mau. Aku mau tidur di sini!"

"Gita, pulang!" tekan Gavin.

"Nggak!"

"Gita Aulia pulang!"

Jika Gavin sudah menyebut nama lengkapnya. Gita sudah tak berani mencoba untuk membantah. Karena ia tahu, kalau sudah begini tandanya lelaki ini benar-benar sedang marah.

"Iya!" Gita keluar dari sana dengan menghentakkan kakinya dengan keras.

Bersambung.....






MENURUT KALIAN SARAH INI GIMANA SIH, ORANGNYA?


JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN DISETIAP PARAGRAFNYA, YA🔥

My Annoying Tetangga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang