Gavin tengah memijat pelipisnya yang terasa sedikit pusing. Ia duduk di kursi putar yang ada di ruang kantornya.Matanya melirik jam tangan yang sudah pukul jam sembilan malam. Harusnya, jam kerjanya sudah berakhir sejak satu jam yang lalu. Namun, dirinya masih setia berada di ruangan tersebut.
Pikirannya kemana-mana. Memikirkan perusahaannya yang setengah porak poranda. Memikirkan ibunya yang masih ingin tetap bekerja padahal usianya tak lagi muda.
Terakhir, memikirkan kondisi Gita.
Gavin membuang nafas. Mengingat kejadian yang telah berlalu tadi siang dengan Gita.
Sepertinya perempuan itu memang harus dikasih pelajaran supaya tidak berbuat seenak dan semaunya.
Gavin juga sangat yakin. Jika Gita sekarang sedang marah. Paling dua atau tiga hari lagi dia akan kembali seperti biasanya.
Hal itu sering terjadi sejak dulu. Bilangnya saja tidak mau bertemu dengan Gavin. Namun nyatanya, satu atau dua hari. Empat hari paling lama. Gita pasti kembali untuk mengganggu dirinya lagi.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk!" titah Gavin.
Seorang wanita keluar dari balik pintu.
Dia berjalan mendekat ke meja Gavin. "Saya kira bapak sudah pulang."
"Ada apa, Sarah?"
"Saya butuh beberapa dokumen yang lalu untuk melengkapi pekerjaan saya, Pak."
"Nanti saja, besok."
"Bukannya saya disuruh untuk lembur, Pak? Katanya, kita harus kejar target," kata Sarah dengan hati-hati. Takut Gavin akan emosi. Karena Sarah tau, kalau dari wajahnya saja sudah kelihatan jika Gavin tengah bedmood.
Gavin menarik nafas lalu menghembuskannya. Dan berdiri seraya mengambil jas yang ia taruh disandaran kursi.
"Ikut Saya." Gavin berjalan ke luar yang diikuti Sarah dari belakang.
"Kita mau ke mana, Pak?"
Gavin menghentikan langkahnya lalu berbalik. "Kamu tadi minta dokumen, kan? Dokumennya ada di rumah saya," kata Gavin, bernada sedikit judes.
Sarah mengangguk. "Oh, iya, Pak."
Gavin pun melanjutkan langkahnya.
Kali ini, Sarah yang berhenti melangkah. Gavin pun ikut berhenti dan melihat ke arah Sarah.
Seolah bertanya. Ada apa?
"Maaf, Pak. Bapak duluan saja. Tas saya tertinggal."
Tanpa berkata lagi. Gavin kembali melanjutkan langkahnya dengan sedikit cepat.
💙💙💙
Mereka telah sampai di rumah Gavin setelah memakan waktu lima belas menit dari kantor menuju rumah.
Gavin langsung mengajak Sarah untuk masuk ke dalam.
"Di sini nggak ada pembantu. Jadi kalau kamu mau minum ambil aja."
Sarah tersenyum dan mengangguk. Setelahnya, Gavin berjalan menaiki anak tangga untuk mengambil dokumen yang Sarah butuhkan, di kamarnya.
Sarah berjalan-jalan di ruang tamu Gavin. Lalu ia berjalan menuju kulkas dan menuangkan air putih ke gelas. Satu untuknya, dan satu lagi untuk Gavin.
Sarah melihat-lihat ke arah tangga. Untuk memastikan kalau Gavin belum turun.
Ia tersenyum setelah melihat sebuah bubuk yang dikeluarkan dari dalam tasnya. Lalu menuangkannya ke salah satu gelas itu. Yang akan diberikan kepada Gavin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Tetangga [END]
Short Story[JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE, DAN KOMEN YA! KARENA DUKUNGAN KALIAN SANGAT BERHARGA💙] "KAK GAVIN, TERIMA AKU JADI PACAR KAKAK SEKARANG JUGA. AKU GAK NERIMA PENOLAKAN, YA!" Gita berteriak dari balkon kamarnya melihat ke bawah. Dimana Gavin baru saja pu...