Gita masih terpaku di tempatnya, berdiri di ambang pintu. Matanya masih memperhatikan dua jenazah yang diiringi lantunan surat Yasin oleh orang-orang di sekitarnya.Rasanya ini seperti mimpi. Jika, ya. Tolong bangunkan ia dari mimpi ini.
Rina yang melihat kedatangan Gita. Buru-buru dia bergegas menghampirinya.
Tangannya terulur untuk memeluk pundak Gita.
"Mereka siapa, Tante ...? Kenapa mereka ada di rumah ini?" tanya Gita, lirih.
Rina juga tak kuasa menahan tangisnya, sama seperti Gita.
"Tante tau ini berat. Tapi tolong, yang kuat, ya."
Gita benar-benar lemas. Kakinya sudah tak bisa lagi menopang badannya, sehingga badannya terjatuh perlahan.
Ia terisak. "Jadi ini kejutannya?" Bahunya bergetar hebat. Tak lama, pandangannya mulai gelap.
"Gita," ucap Rina, yang melihat Gita memejamkan matanya. Pingsan.
Gavin tiba menghampirinya dari belakang. "Gita!"
"Kamu bawa dia ke rumah, ya!" titah Rina.
Gavin mulai menggendong tubuh Gita dan membawa ke rumahnya.
Setelah sampai, Gavin merebahkan Gita di atas kasur tempat tidurnya.
Ia menggenggam tangan Gita dengan kedua tangannya. "Pasti berat, ya?"
💙💙💙
Gita mulai tersadar setelah sepuluh menit tak sadarkan diri. Dirinya mulai membuka mata. Hal yang pertama ia lihat adalah Gavin.
Ia bergerak untuk duduk. Kepalanya terasa sedikit pusing.
Gavin bergerak membantu Gita. "Kamu kenapa?"
Gita menatap mata Gavin. "Ibu ... sama ayah ...."
Gavin ikut duduk di sebelah Gita. Dan mulai memeluk Gita dari samping. "Saya tau ini berat, tapi kamu harus kuat."
"Kenapa Kak Gavin gak bilang sebelumnya?"
Lantas Gavin pun langsung melihat mata Gita yang tengah menatap dirinya.
"KENAPA KAK GAVIN GAK BILANG SEBELUMNYA KALAU IBU SAMA AYAH NGASIH KEJUTAN INI!" teriak Gita, dan langsung membanjiri pipinya dengan air mata.
Ia menatap Gavin dalam-dalam. "Kak Gavin udah tau, kan?"
Tiba-tiba tante Rina masuk dan mendudukkan badannya di sisi Gita.
"Tante yang minta Gavin untuk nggak kasih tau ke kamu."
"Kenapa?" sela Gita.
"Tante nggak mau lihat kamu syok, Gita."
"Apa ada bedanya sama sekarang? Nggak, kan?"
Rina mengelus pelan rambut Gita. "Maafin, tante ...."
"Tante juga masih nggak percaya sama semua ini, Gita. Tante juga sama terpukulnya seperti kamu."
"Apa penyebab mereka pergi?" tanya Gita, lalu Rina mulai menceritakan semuanya dari awal dirinya ditelpon pihak rumah sakit sampai kepulangan jenazah.
Gita menutup wajahnya dengan kedua tangan. Menahan suara isakan yang keluar dari mulutnya.
"Dengar, ini bukan salah siapa-siapa. Ini sudah jadi takdir mereka. Kalau kamu sedih, mereka juga ikutan sedih. Udah ya, nangisnya. Kata ibu kamu. Gita itu anak kuat yang hebat. Jadi, gak boleh lemah kayak gini, ya? Kita doakan saja supaya mereka diberi tempat yang bagus di sisi-Nya."
Gita mulai menatapnya dengan tatapan sendu. "Aku nggak sekuat itu. Aku belum siap ditinggal mereka. Kalau mereka pergi -- Gita nggak punya siapa-siapa lagi, Tante. Gita nggak punya keluarga lagi."
"Ada tante dan Gavin yang selalu akan menemani langkah kamu. Ikhlas, ya, Sayang. Kasihan mereka kalau lama-lama masih di sini. Mereka harus pulang ke rumahnya yang baru dan bagus. Sudah saatnya mereka untuk istirahat. Ya?"
Rina menghapus air mata Gita, lalu tersenyum menguatkan hati Gita.
💙💙💙
Gita mulai mengurus kedua orangtuanya. Mulai dari memandikan sampai mengantar ke liang lahat.
Setelah selesai doa. Orang-orang mulai pergi satu persatu dari sana, hingga menyisakan Gita, Rina dan Gavin.
Sejak tadi Gita tak pernah berhenti menangis sampai matanya mulai membengkak.
Gavin mengelus pelan pundak Gita. Berharap agar dia bisa lebih tenang.
"Kenapa harus secepat ini? Kenapa kalian tega sama Gita ...."
"Gita nggak suka kejutan kalian!"
Dunianya benar-benar runtuh. Tiang penyangganya sudah hancur. Dirinya merasa sudah tak berselera untuk hidup lagi. Yang dia inginkan saat ini adalah menyusul kedua orangtuanya pergi ke tempat yang bagus, yang kekal dan abadi.
Bersambung .....
KASIAN BANGET LIAT GITA😭
MAU NGOMONG APA SAMA GITA?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Tetangga [END]
Nouvelles[JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE, DAN KOMEN YA! KARENA DUKUNGAN KALIAN SANGAT BERHARGA💙] "KAK GAVIN, TERIMA AKU JADI PACAR KAKAK SEKARANG JUGA. AKU GAK NERIMA PENOLAKAN, YA!" Gita berteriak dari balkon kamarnya melihat ke bawah. Dimana Gavin baru saja pu...