💙MAT 20💙

3.4K 117 18
                                    


Gavin melangkah cepat menyusul Pak Erwin yang tepat berada di hadapannya tengah berjalan dengan rekan-rekan bisnisnya.

"Pak Erwin, tunggu!" Gavin segera mempercepat langkahnya, kala Pak Erwin dan yang lain melihat ke arahnya.

"Saya perlu bicara dengan Anda," kata Gavin kepada Pak Erwin.

Melihat itu, yang lainnya pun lantas kembali melanjutkan langkahnya.

"Ada apa ya, Pak Gavin?"

"Langsung saja ke intinya. Flashdish yang Anda punya itu adalah milik Saya, kan?"

Pak Erwin mengerutkan keningnya. Seolah merasa heran dengan apa yang diucapkan Gavin barusan.

"Lho, bukannya Pak Gavin sendiri yang memberikannya kepada saya. Supaya saya mau melanjutkan kerjasama kita yang kemarin saya batalkan karena ulah dari Pak Gavin sendiri."

Sontak saja, Gavin merasa sangat bingung dengan ucapan Pak Erwin.

"Jangan berputar-putar. Saya sama sekali tidak pernah memberikan flashdish itu kepada Anda."

"Mungkin Pak Gavin bertanya-tanya mengapa saya ada di sini padahal kerjasama kita dibatalkan. Nah itu, saya kembali ke sini untuk melanjutkan kerjasama kita dengan Pak Satya, tetapi saya rasa Pak Gavin kurang terampil sehingga Pak Satya tidak tertarik dengan kerjasama ini."

"Siapa yang memberikan flashdish itu?" tanya Gavin tergesa-gesa.

"Dapat saya lihat dari pakaiannya, sepertinya dia OG. Kemarin dia datang ke cafe dekat sini dan menyerahkan flashdishnya dengan imbalan, saya harus melanjutkan kerjasamanya. Begitu."

"Siapa namanya?"

Pak Erwin kembali mengingat seseorang. Seseorang yang bertemu di cafe.

"Rambutnya lumanyan panjang, bawahnya ikal. Mata besar, hidung mancung, bibir kecil berisi. Dan tingginya, mungkin sebahu Pak Gavin. Kalau tidak salah namanya ... Gita!"

"Gita?"

"Iya. Kalau tidak ada lagi. Saya permisi." Pak Erwin membungkukkan sedikit kepalanya lalu pergi dari sana.

Gavin pun memutuskan untuk ke ruangannya saja. Ia ingin masalah ini segera teratasi. Gita benar-benar sudah diluar batas, dia sungguh kelewatan.

Apa dia pikir ini adalah main-main? Apa dia pikir ini adalah hal yang kecil?

Gadis itu sesekali harus dikasih pelajaran. Tidak semua apa yang dia inginkan harus terlaksana. 

Saat di perjalanan. Gavin tak sengaja melihat laki-laki tengah memeluk seorang perempuan di bangku panjang. Ia pun berhenti dan memperhatikan orang itu. Lebih tepatnya, kepada si perempuan itu.

Ternyata itu adalah Gita dan Aldo. Seketika Gavin memperhatikannya lebih lanjut dari belakang. 

Apa Gita senyaman itu saat berada di dekapan Aldo?

"Saya masih gak nyangka. Ternyata masih ada perempuan seperti kamu, Gita. Menginginkan dua lelaki sekaligus. Benar-benar rakus!"

Seolah telah dirasuki roh. Gavin pun tersadar dengan apa yang dikatakannya barusan.

"Astaga, Gavin! Sadar!"

Gavin mengambil ponsel lalu menekan satu nama untuk dia telpon. Dan kembali melanjutkan langkahnya. 

Sementara itu, Gita masih berada di dekapan Aldo. Ia merasa kalau ponsel yang berada di dalam tasnya bergetar.

Gita pun segera merogoh dan melihat nama 'Tetangga Annoying' berada di layar ponselnya.

"Siapa?" tanya Aldo.

"Kak Gavin," jawab Gita dengan sedikit malas.

"Angkat aja. Siapa tau penting."

"Gak. Gue masih kesel sama dia!" Gita kembali mengingat kejadian tadi pagi, saat Gavin mendorongnya dengan kuat.

"Tapi kalo itu urusan kerjaan gimana?"

Gita tertawa sebentar. "Gue ini cuma OG. Bukan orang penting."

"Siapa tau ...."

Karena tidak dijawab. Akhirnya ponsel Gita pun berhenti bergetar. Berganti dengan sebuah pesan.

[Ke ruangan Saya. Sekarang!]

Begitulah isi pesannya.

"Dia nyuruh gue ke ruangannya," kata Gita kepada Aldo.

"Ya udah, sana!"

"Kira-kira dia mau ngapain, ya? Atau ... dia mau minta maaf sama gue?"

Aldo melihat Gita tersenyum senang karena ekspetasinya sendiri.

"Gak usah mikir jauh dulu. Belum tentu juga. Lagian, Kak Gavin orangnya gak mudah untuk bilang maaf."

Gita kembali lemas dan seperti tidak bergairah untuk hidup, setelah mendengar perkataan Aldo barusan. Karena yang dibilang lelaki itu memang benar adanya.

Mau tidak mau. Gita harus menuju ke ruangan Gavin. Karena jika tidak, mungkin bisa jadi dirinya akan dipecat. Sedangkan Gita masih membutuhkan pekerjaan.

"Ya udah, gue ke sana dulu ya, Do."

Aldo tersenyum dan mengangguk.

Aldo menatap kepergian Gita sampai benar-benar menghilang dari pandangannya.

Entahlah, Aldo benar-benar sangat mengagumi sosok Gita yang satu ini.

Meskipun Aldo sudah menyatakan perasaannya setiap hari kepada Gita. Namun, hanya penolakan yang ia terima. Bahkan, Gita hanya menganggap itu hanya sebuah lelucon semata.

Dirinya sendiri pun heran. Bagaimana bisa dia mencintai wanita yang sudah mencintai lelaki lain? Dan anehnya, rasa itu masih bertahan sampai sekarang.


Bersambung .....

WAH, KAYAKNYA KAK GAVIN KALI INI BENER-BENER MARAH DEH SAMA GITA!

YUK!

MAU NGOMONG APA SAMA KAK GAVIN?🔥

MAU NGOMONG APA SAMA GITA?🔥

MAU NGOMONG APA SAMA ALDO?🔥

SEE U💙

My Annoying Tetangga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang