Satu bulan telah terlewati semenjak kepergian orangtua Gita. Namun, gadis itu masih setia dengan dunianya sendiri. Sibuk menyendiri dan bersedih.Seperti saat ini. Gavin hendak berangkat ke kantor, tetapi setelah melihat Gita tengah melamun di balkon kamarnya. Ia jadi tak tega melihat kondisinya yang tak ada perubahan. Diam, sunyi dan sepi. Tidak ada lagi Gita si pengganggu yang bawelnya tidak tertolong.
Sebuah tangan memegangi pundak Gavin dari belakang. Lalu Gavin menoleh ke arahnya.
"Biar Mama yang jagain Gita. Kamu berangkat ngantor aja."
Gavin membuang nafas. "Gavin kangen Gita yang dulu, Ma."
"Oh, iya. Sekretaris kamu masih ada di kantor?"
"Gavin lupa mau pecat dia. Mama kan tau sendiri, aku ke kantor cuma setengah hari. Gavin cuma khawatir aja sama kondisi Gita, Ma," ucap Gavin, melihat ke atas balkon kamar Gita. Dimana gadis itu masih setia melamun sambil memegangi sebuah boneka.
"Sudah, kamu beresin dulu urusan kantor. Nanti kalau ada apa-apa Mama kasih tau kamu."
Gavin mengangguk. Setelahnya, ia pergi setelah mencium tangan sang ibu.
💙💙💙
"Bibiii!" teriak seorang wanita dengan sangat keras.
Tak lama kemudian, datanglah wanita paruh baya menghampiri wanita yang tengah duduk--- di meja makan.
"Ada apa, Non?"
"Bibi masak apa, sih! Gak ada yang enak semuanya!"
Mendengar penuturan darinya. Wanita paruh baya itu hanya bisa membungkuk ketakutan.
Dari belakang, wanita dengan style 'sosialita' berjalan menghampiri keduanya.
"Kenapa, Sarah? Pagi-pagi kok udah ngomelin bibi aja, sih?" tanyanya.
"Aku tuh nggak suka sama lauknya, Mom!"
"Bi, sana balik ke belakang," kata momy Sarah.
"Baik, Nya." Si bibi pun pergi dari sana.
"Momy rasa ini bukan lauknya yang gak enak. Kenapa?"
Sarah menghentakkan kaki sekali, menyalurkan rasa kekesalannya. "Momy tau kan, kalau aku itu suka banget sama Gavin. Semua cara udah aku lakuin buat dapetin dia, tapi semuanya gagal!"
Mendengar penuturan dari anaknya. Ia memutar matanya malas. "Kayak nggak ada laki-laki lain aja."
"Masalahnya, aku mau-nya cuma dia! Pokoknya, apa yang aku mau harus ada!"
"Kenapa gak kamu jebak dia aja?" usul sang Momy.
"Udah, Mom. Tapi adaaa aja halangannya."
"Ah, udahlah! Aku berangkat ke kantor dulu, Mom." Sarah berdiri dari tempat duduknya dan berjalan keluar.
"Oke! Good luck, Honey!" teriaknya, menyemangati anak semata wayangnya.
Dirinya sudah biasa membebaskan perlakuan anaknya. Bahkan, tentang pergaulan Sarah pun dia tidak peduli. Yang terpenting, dirinya sudah mengurus Sarah.
Mau Sarah ingin memilih ini-itu. Dia tidak pernah melarangnya. Karena itu bentuk dari hak pembebasan terhadap anak. Menurutnya begitu.
Jadi, jika Sarah ingin itu. Maka dia harus mendapatkan itu. Jika dia menginginkan Gavin, maka apapun caranya akan dia lakukan sampai keinginannya tercapai.
Soal kejadian yang lalu, saat Sarah mengatakan ingin menjenguk adiknya di rumah sakit. Itu hanyalah sebuah kebohongan agar dirinya mendapat perhatian dari Gavin saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Tetangga [END]
Historia Corta[JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE, DAN KOMEN YA! KARENA DUKUNGAN KALIAN SANGAT BERHARGA💙] "KAK GAVIN, TERIMA AKU JADI PACAR KAKAK SEKARANG JUGA. AKU GAK NERIMA PENOLAKAN, YA!" Gita berteriak dari balkon kamarnya melihat ke bawah. Dimana Gavin baru saja pu...