💙MAT 8💙

2.7K 123 4
                                    

"Kak Gaviiiin!" teriak Gita memasuki ruang kerja Gavin. Lalu ia pun berjalan masuk tanpa seizin Gavin.

Gavin sama sekali tak bergeming. Ia hanya acuh dan cuek dengan di sekelilingnya.

Gita menarik kursi dan duduk di sana, bersebelahan dengan Gavin yang sibuk dengan layar laptop di depannya.

"Kak Gaviin." Kali ini Gita memanggilnya dengan pelan, berharap agar Gavin mau menjawab. Namun nyatanya, tidak. Lelaki itu masih sibuk dengan laptopnya.

"Kak Gaviiin." Gita merengek seperti anak kecil sambil menarik-narik tangan Gavin.

"Gita! Saya sedang sibuk!"

Gita langsung melepaskan tangannya dari tangan Gavin setelah lelaki itu membentak dirinya.

Gita bangkit dari sana dan duduk di sofa menjauh dari Gavin. Lalu ia membuka ponselnya dan menelpon seseorang.

"Assalamualaikum, Tan ...."

"....."

"Kak --- Kak Gavin jahaaaat! D--dia bentak-bentak Gitaaa!"

Gita mengadukan semua ini kepada Ibunya Gavin. Biar tau rasa dia! Pasti setelah pulang nanti, dia akan diceramahi sepanjang malam oleh Ibu nya.

Gavin langsung mengarah kepada Gita. Yang saat itu juga tengah melihatnya. Seolah matanya berkata "Sukurin! Emang enak aku aduin!"

Ah, sudahlah. Lagi pula Gavin sudah terbiasa akan hal ini.

Sepertinya Gita sudah selesai mengadukan hal ini kepada Ibunya.

Gavin kembali melihat ke arah Gita yang tengah melipatkan kedua tangannya. Merajuk mungkin.

"Bukannya cari kerja!"

Tak ada sahutan sama sekali dari Gita.

"Ibu Saya gak akan marah-marah. Karena kamu yang bikin ulah."

"Ish! Nyebelin!"

"Sana!" usir Gavin.

"Ke mana?"

"Cari kerja!"

"Capek! Lamar sana-sini, sekalinya dipanggil malah ditolak. Kan nyesek! Kenapa aku gak kerja di sini aja sih, Kak?"

Ceklek!

Pintu terbuka menampilkan sosok Sarah dengan berkas-berkas di tangannya.

"Gak sopan banget sih, masuk tanpa ketuk pintu!" ucap Gita.

Sarah melihat ke arah Gita. Huh, kenapa harus ada dia di sini, sih!

Jujur saja, Sarah sama sekali tidak suka jika Gita selalu mendekati Gavin. Karena, dirinya sudah lama menantikan Gavin sebagai pasangan hidupnya. Namun, Gita. Ah, membuatnya kesal saja.

Sarah berjalan menuju meja Gavin lalu meletakkan beberapa map di atas mejanya.

"Ini berkas yang Pak Gavin minta," ucap Sarah dengan lembut.

"Iya," jawab Gavin dengan singkat.

"Emm, maaf, Pak, jika Saya lancang. Tadi Saya kebetulan mendengar kalau dia sedang mencari pekerjaan. Apa boleh dia bekerja di sini, Pak?"

Gita langsung mengarah pandangannya ke Sarah.

"Bukankah kantor kita sedang tidak membuka lowongan?" balas Gavin.

"Iya, betul, Pak. Tapi, tadi ada yang bilang ke Saya kalau kita kekurangan OG atau OB, Pak. Kalau dia minat menjadi OG di sini, apa dia boleh bekerja di sini?" ungkap Sarah.

"Eh! Apa-apaan, nih!" Gita berjalan maju ke arah meja Gavin.

"Oh, iya. Nama kamu siapa?" tanya Sarah.

"Ngapain lo nanya-nanya nama gue? Ngefans lo sama gue?" balas Gita.

Gavin langsung menatap tajam mata Gita. Karena ia tak suka jika Gita berkata tidak sopan seperti itu.

"Tentu kamu sudah mendengar percakapan Saya dengan Pak Gavin, kan? Katanya, kamu sedang mencari pekerjaan? Nah, kebetulan sekali di sini kita kekurangan OG. Apa kamu minat dengan kerjaan itu?"

Sarah sengaja akan membuat Gita menjadi OG di sini. Biar malu dan tau rasa dia.

"Heh! Yang bener aja lo gue jadi OG!" ucap Gita tak terima.

"Sudah, cukup! Peraturan bekerja di kantor ini adalah attitude. Saya tidak ingin menerima pekerja yang sama sekali tidak mempunya sopan santun!" kata Gavin, menatap ke arah Gita.

"Baik, Pak!" ucap Sarah membungkukkan kepalanya.

Gita benar-benar kesal dengan wanita itu. Pasti dia sengaja ingin mempermalukan dirinya. Dan nantinya, pasti dia akan disuruh-suruh setelah menjadi OG di sini.

Tapi tunggu! Kalau dirinya bekerja di sini, otomatis dia akan selalu bertemu Gavin setiap saat. Dan dia tidak akan membiarkan wanita mana pun yang ingin mencoba untuk mendekati Gavin.

"Saya, Permisi, Pak!" ucap Sarah.

"Oke! Aku mau kerja di sini," ucap Gita.

Sarah menatapnya. "Jadi OG?"

"Yups!"

"Oke, mulai besok kamu harus kerja. Permisi." Setelah itu, Sarah pun pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Gita memperhatikan kepergian wanita itu. Hah! Mau coba-coba bermain dengan seorang Gita? Lihat saja nanti, siapa yang akan kalah dalam permainan ini.

Gita akan beralih ke sofa tadi. Namun, tatapan dari Gavin membuatnya terhenti.

"Ngapain liatin aku segitunya? Ooh! Udah mulai naksir ya, sama aku?"

"Kamu yakin?"

"Yakin apa? Oh! Iya aku yakin. Aku yakin kalau jodoh aku itu Kak Gavin!"

Gavin menghela nafas. "Nanti kamu jangan buat keributan. Satu saja ada kesalahan, kamu Saya pecat."

"Gapapa dipecat jadi OG, yang penting gak dipecat jadi istrinya Kak Gavin." Gita tersenyum lebar kepada Gavin.

Gavin kembali fokus pada kerjaannya dan menghiraukan Gita.

Bersambung.....

JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMEN, YA🔥

See u💙

My Annoying Tetangga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang