💙MAT 5💙

3.1K 157 4
                                    

Cahaya matahari sudah hampir naik untuk menyinari bumi dengan kehangatannya.

Sedangkan Gita masih belum merasakan kehangatan dari lelaki yang ada di sampingnya, Gavin Mahendra.

Mereka berdua tengah melakukan olahraga pagi di depan rumah Gavin. Karena hari ini adalah hari minggu.

Hari dimana semua umat para pekerja dibebaskan dari pekerjaannya. Walaupun cuma sehari.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Gavin sembari menggerakkan peregangan untuk melemaskan otot-ototnya.

"Ya mau olahraga juga lah, Kak." Gita pun sama menirukan gerakan apa yang dilakukan oleh Gavin.

"Kenapa harus di sini?"

"Emang dunia ini milik Kak Gavin? Sampe aku gak boleh berdiri di atas tanah ini?"

Gavin menghela. "Bukannya cari kerjaan!"

Mendengar pernyataan dari mulut Gavin, membuat Gita langsung menatapnya heran.

Apa tidak ada hal lain selain menyuruhnya untuk mencari pekerjaan? Bosan sekali rasanya kuping Gita mendengar hal itu.

"Kalau ini bukan hari minggu, aku juga bakalan cari kerjaan, kok! Lagi pula, kantor mana sih yang buka dihari minggu?"

Gavin terlihat terdiam sejenak. Sepertinya dia lupa kalau ini adalah hari minggu. Namun, dia kembali diam seolah tak ada apa-apa.

"Kenapa aku nggak kerja di kantornya Kak---" Belum sempat Gita melanjutkan apa yang akan ia bicarakan, tiba-tiba suara deringan diponselnya berbunyi.

Gita segera menerima panggilan dari seseorang. Lalu menempelkannya di telinga.

"Woy, Ta!" Gita segera menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Anj!r! Gak usah teriak-teriak gitu pengang kuping gue!"

"Borring banget nih, gue. Mabar, yuk!"

"Mate lu mabar! Masih pagi ege!"

"Mumpung libur, Taa. Lo mah enak jadi pengangguran gak ada beban kerjaan."

"Enak dari mana! Tiap hari gue nyari tuh kerjaan sampe gempor nii kaki gue. Tapi gak ada satu pun yang mau nerima gue!"

"Lagian lu gada kerjaan banget. Udah enak gak punya kerjaan malah mau nyari kerjaan kan kurang kerjaan lo mah, Ta! Udah bener biar gue aja yang nanggung semua kebutuhan hidup lo. Lo nya gak mau."

"Bac0d bet ya, ente!"

"Jalan, kuy! Gue ke rumah lo, ya?"

"Jalan ke mana?"

"Kemana aja. Yang penting bareng lo hehe."

"Sakarepmu!"

"BTW, lo ada duit dua puluh rebu gak? Buat beli bensin."

"Kampr3t lo emang, ya! Bilangnya aja mau nanggung semua kebutuhan hidup gue, bensin aja minta sama gue. Lawak!"

"Hehe, lagi boke gue. Ya udah, jalan-jalan aja deh keliling komplek sembari joging. Nanti gue beliin telur gulung!"

"Sekarang banget?"

"Ente nanya?! Ya sekarang lah, Ta!"

"Jangan sekarang dong, gue lagi sama Kak Gavin."

"Alah! Paling lo gak dianggep. Pokoknya gue otw jalan ke rumah lo. Bye!"

"Loh, Do! Aldo!" Gita mendapati kalau panggilan itu terputus sepihak.

Gita kembali menatap Gavin yang masih melakukan peregangan otot.

"Kak, aku diajak jalan nih, sama Aldo," kata Gita.

"Terus? Kenapa bilang ke Saya?"

"Menurut Kak Gavin aku harus terima ajakan Aldo atau jangan, ya?"

"Kalau mau kencan. Sana!"

Gita sedikit memanyunkan bibirnya dengan ekspresi sedang berpikir.

"Enggak, deh. Aku mau di sini aja. Gangguin Kak Gavin," ucap Gita dengan senyuman manisnya yang khas.

"Sana. Saya mau ketemu sama Sarah."

Satu nama yang berhasil membuat mood Gita langsung menurun.

"Sekretaris julid kayak dia masih aja dipelihara!"

"Gita! Saya gak suka kamu ngomong gitu!"

"Iya, maaf ... tapi dia emang julid, Kak."

Bertepatan dengan itu, seorang laki-laki tiba di hadapan mereka dengan pakaiaan olahraga.

"Oy! Ayo!" ucapnya kepada Gita.

Gita menoleh ke arah Gavin. "Pilih aku atau Sarah?"

Gavin yang dihadapkan dengan pertanyaan itu membuatnya merasa bingung. Maksudnya apa Gita menanyakan hal ini?

"Sarah," jawab Gavin.

Lagi, satu nama yang keluar dari mulut Gavin mampu membuat mood Gita benar-benar anjlok sangat menurun.

"Ayo, Do!" ucap Gita menarik tangan lelaki itu.

"Kak, duluan, ya!" pamit lelaki itu kepada Gavin.

Sementara Gavin hanya menganggukkan kepalanya seraya tersenyum tipis.

Bersambung...

HAYOO! ADA YANG OLENG GITA KE ALDO NGGAK? ATAU KALIAN MASIH DUKUNG GITA SAMA KAK GAVIN?

KOMEN DI SINI, YA!

My Annoying Tetangga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang