Keesokan paginya, Gavin kembali berangkat ke kantor seperti biasanya. Kali ini ia tak telat. Karena Gita tidak menumpang.
Awalnya, Gita memang sempat menyuruhnya untuk menunggu agar berangkat bersama. Karena Gita terlalu lama bersiap-siap. Akhirnya, lelaki itu meninggalkannya.
Cewek emang gitu kali, ya. Giliran ditungguin dandannya laaamaaa banget. Udah kayak seabad!
Gavin menduga, pasti Gita akan marah kepadanya karena hal ini.
Setelah keluar dari mobil. Gavin terkejut bukan main saat motor tiba-tiba saja hampir menyerempet tubuhnya.
Motor itu terhenti, terparkir sempurna. Motor yang ditumpangi dua orang. Lalu si pengendara membuka helm dan membenarkan rambut panjangnya yang sedikit ikal dibagian bawah.
Sedangkan si penumpang yang duduk di belakang langsung turun sambil memegangi dadanya.
Gavin memperhatikan mereka. Hampir saja tubuhnya ini mungkin akan tergores luka jika terserempet motor tadi.
Sepertinya, Gavin mengenali mereka berdua. Gavin semakin fokus memperhatikan mereka. Dan ternyata, orang itu adalah Aldo dan Gita. Seketika matanya langsung terbuka lebar.
Gita? Bawa motor? Ugal-ugalan? Gak beres, nih!
"Wah, gila lo bawa motor!" maki Aldo.
"Gimana? Keren kan, gue?" tanya Gita dengan bangganya.
"Keren ndasmu! Lo ini bukan cuma bawa motor doang, Gita! Tapi lo juga lagi bawa nyawa! Nyawa loh nyawa!" tekan Aldo.
"Ya, gapapa. Biar kita ketemu Tuhan lebih cepet!"
Aldo tak menyangka jika Gita bisa berkata seperti itu. "Mwatamu!"
Gita tertawa pelan melihat ekspresi Aldo yang ketakutan seperti ini.
Gita juga merasa heran. Kok ada ya, cowok yang bawa motor kecepatan tertingginya hanya 50 kilometer?
Gita akui. Kalau soal bawa kotor, Aldo benar-benar lemah!
Mereka pun berjalan meninggalkan tempat itu. Namun, saat berjalan mereka berpapasan dengan Gavin yang berdiri di depan mobilnya.
"Selamat pagi, Pak!" sapa Aldo.
"Ya," balas Gavin, tanpa mengalihkan pandangannya dari Gita.
Sepertinya Gita merajuk. Hal itu bisa Gavin lihat dari ekspresinya yang terus saja cemberut sejak tadi.
Tiba-tiba dari dalam mobil Gavin. Sarah keluar dari sana.
Oh, ya ampun! Gavin sampai lupa akan membukakan pintu untuk Sarah. Saking fokusnya dengan Gita.
"Saya tadinya mau membukakan pintu. Maaf," ucap Gavin.
"Nggak apa-apa, kok," balas Sarah.
Gita yang melihat Sarah turun dari sana dan mengampiri Gavin. Seketika matanya melebar sempurna.
Oh, jadi ini alasannya Gavin tidak mau berangkat bersama dengannya. Karena dia mau berangkat bersama Sarah?
Hah, sulit dipercaya!
"Oh, gitu, ya?"
"Gitu kelakuan Kak Gavin di belakang aku?"
"Jadi, Kak Gavin gak mau berangkat sama aku karena mau berangkat bareng dia? Iya? Jawab aku, Kak!"
"Aku gak nyangka Kak Gavin bener-bener tega! Tega kamu, Mas! Tega!" ucap Gita secara mendramatis, seolah dirinya adalah orang yang paling tersakiti.
Semuanya terperangah melihat tingkah kekonyolan Gita.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Tetangga [END]
Short Story[JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE, DAN KOMEN YA! KARENA DUKUNGAN KALIAN SANGAT BERHARGA💙] "KAK GAVIN, TERIMA AKU JADI PACAR KAKAK SEKARANG JUGA. AKU GAK NERIMA PENOLAKAN, YA!" Gita berteriak dari balkon kamarnya melihat ke bawah. Dimana Gavin baru saja pu...