Gavin tak menyangka kalau dorongannya akan sekuat itu. Hampir saja Gita tersungkur ke belakang jika tidak dengan sigap Aldo segera menangkap bahu Gita.Dapat Gavin lihat dari tatapan mata yang Gita berikan kepadanya. Kalau gadis itu pasti benar-benar merasa kecewa atas tindakannya tadi.
Gavin juga tak menyangka kalau hal itu akan terjadi. Semua diluar kendalinya. Gita diperlakukan seperti tadi oleh Gavin. Sungguh pemandangan dipagi hari yang sangat indah.
Lagi pula, Gita pantas mendapatkannya! Suruh siapa mau bermain-main dengan seorang Sarah yang hebat ini! Haha!
Gavin nampak murung. Merasa bersalah karena sudah mendorong Gita dengan kuat dan hampir saja terjengkang ke belakang. Namun, ia segera menepis rasa bersalah itu.
Gavin memejamkan mata dan menggeleng kecil untuk menepis rasa bersalah. Ia pun mulai melangkah menuju ruang kerjanya.
Setelah sampai di dalam. Gavin mendudukkan tubuhnya di bangku putar, singgasananya.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk!"
Gavin melihat Sarah disebalik pintu dan berjalan ke arahnya.
"Maaf, Pak. File dokumentasi untuk meeting nanti ada di mana, ya?"
"Sebentar." Gavin menarik laci di bawah meja kerjanya. Namun, benda yang ia cari ternyata tidak ada.
"Kenapa, Pak?"
"Saya yakin. Flashdish berisi file dokumentasi itu saya taruh di sini. Kenapa tiba-tiba tidak ada?"
"A--apa sudah dicari dengan benar, Pak?" tanya Sarah dengan ragu.
"Tidak ada. Tapi saya yakin, saya naruhnya di sini."
"Bagaimana ini, Pak. Beberapa menit lagi meeting akan dimulai," panik Sarah.
Diluar saja terlihat panik, tapi dalam hatinya. Dia bersorak gembira karena rencananya untuk mengusir Gita dari kantor ini akan berjalan dengan mulus.
"Saya rasa tidak mungkin kalau harus mengulang lagi dari awal, Pak."
"Jelas tidak mungkin! Kamu tau kan kalau file itu sangat penting. Itu berisi informasi meeting kita hari ini, Sarah!"
"Bahkan, mereka datang langsung dari Singapura untuk meeting ini." Gavin terlihat sangat frustasi.
"Lantas, kita harus apa? Apa ada solusinya?"
"Kamu harusnya bantu saya memikirkan jalan keluar! Bukan malah menanyakan hal itu!"
Sarah merunduk. "M--maaf, Pak."
"Tidak usah meminta maaf."
"Apa kita harus jujur saja?"
"Ya, tidak ada jalan lain." Gavin terlihat sangat pasrah sekarang.
"Sekarang kamu temui mereka di ruang meeting. Suruh tunggu Saya lima menit."
Sarah mengangguk. "Baik, Pak!"
Lagi, Sarah tersenyum lebar dan menikmati udara sebanyak-banyaknya untuk ia hirup setelah keluar dari ruangan Gavin.
"Permainan akan segera berakhir, Gita!"
***
Di meja panjang. Berjejer para lelaki dengan berpakaian berjas sangat formal.
Mereka tengah melakukan meeting secara berlangsung. Di sana juga ada Pak Erwin --- klien yang membatalkan kontrak kerja samanya bersama Gavin kemarin.
Gavin terkejut melihat hasil presentasi yang Pak Erwin berikan. Seharusnya itu yang akan ia bicarakan untuk presentasi ini.
"Saya yakin, dengan brand nama baru yang saya berikan ini. Dan model yang sangat bagus dan keren serta kekinian. Banyak peminat yang ingin memiliki sepatu keren ini. Baik dikalangan muda maupun yang tua.
Saya yakin. Jika brand ini segera launching, pasti akan langsung melesat tinggi menjadi brand ternama nomor satu. That's all from me, thank you."
Suara riuh tepuk tangan yang diberikan untuk Pak Erwin. Membuat Gavin tersadar dari pikirannya.
Pak Erwin lalu duduk kembali ke kursinya. Dan menatap sekilas ke arah Gavin.
"Wow, that's great. Hopefully so,"[Waw, itu bagus. Semoga begitu] ucap pria dengan rambut tipis di wajah bagian pipinya.
Dia adalah klien yang datang dari Singapura, namanya Satya.
Ternyata, Pak Erwin sudah bekerja sama dengannya --- Satya. Dan maksud adanya meeting ini adalah untuk menjalin kerja sama lagi dengan perusahaan Gavin.
"Now it's your turn, Mr Gavin." [Sekarang giliran Anda, Pak Gavin] Satya mempersilakan Gavin untuk maju ke depan dengan gerakan tangannya.
Gavin nampak gugup, namun ia mencoba untuk tetap tenang.
Hah, bagaimana bisa Pak Erwin mengatakan apa yang sudah ia rancang sebelumnya. Apa yang flashdish Pak Erwin punya adalah milik Gavin? Atau ini memang kebetulan saja? Tapi, tidak mungkin.
"Sorry, I have prepared this from a long time ago. However, a minor incident had occurred. Flashdish that contains the document for now has been lost. Once again I'm sorry sir Satya," [Maaf, saya sudah menyiapkan ini sejak lama. Namun, insiden kecil terjadi. Flashdish yang berisi dokumen untuk saat ini telah hilang. Sekali lagi saya minta maaf, Pak Satya] ucap Gavin.
Tuan Satya nampak terkejut mendengarnya. "Wow, how come? Why are you so careless sorry, I don't think I will work with performance like you." [Wah, bagaimana bisa? Kenapa Anda begitu ceroboh? Maaf, saya tidak berpikir saya akan bekerja dengan kinerja seperti Anda]
Tuan Satya langsung pergi sana setelah menundukkan kepalanya kepada Gavin. Lalu diikuti oleh yang lainnya.
Sarah berdiri dari tempat duduknya dan menghalangi langkah Tuan Satya.
"S--sorry, sir. Can't talk about this anymore?" [M--maaf, Pak. Apa tidak bisa dibicarakan lagi?] Sarah mencoba untuk menahan Tuan Satya.
"Sorry, I can't. Excuse me." [Maaf, saya tidak bisa. Permisi] Tuan Satya kembali melanjutkan langkahnya.
"Sir, wait!" Sarah mencoba kembali untuk mencegah. Namun, terhenti saat Gavin memanggil dirinya.
"Sarah, sudah!"
"Maaf, Pak. Saya tidak bisa melakukan hal bany---" Sarah menggantung perkataannya ketika mendapati Gavin yang berdiri dari tempat duduknya dan berjalan keluar dari ruangan ini.
Gavin harus segera bertemu dengan Pak Erwin, dan mempertanyakan bagaimana bisa flashdish miliknya ada padanya.
Ya, Gavin yakin kalau flasdish itu adalah miliknya. Dan dia akan mengusut hal ini sampai tuntas.
Ternyata, ada seorang penghianat di perusahaannya ini. Tidak akan Gavin biarkan hal ini terus berlanjut.
Gavin akan menangkap orang itu sampai tuntas!
Bersambung.....
SESUAI JANJI KALO DAH ADA 10 KOMEN AKU BAKALAN UP LAGI🤗
MAKASIH BANYAK MAN-TEMAN💐
TETAP DUKUNG AKU DAN SELALU VOTE SAMA KOMENNYA, YAA💙
SEE U
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Tetangga [END]
Short Story[JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE, DAN KOMEN YA! KARENA DUKUNGAN KALIAN SANGAT BERHARGA💙] "KAK GAVIN, TERIMA AKU JADI PACAR KAKAK SEKARANG JUGA. AKU GAK NERIMA PENOLAKAN, YA!" Gita berteriak dari balkon kamarnya melihat ke bawah. Dimana Gavin baru saja pu...