Gita terus melangkah menuju ruangan Gavin. Sampai pada di depan pintu. Dirinya berhenti sejenak untuk mengambil nafas sebanyak-banyaknya lalu mengeluarkannya dengan perlahan.Tok! Tok! Tok!
"Masuk!" Terdengar suara berat Gavin dari dalam sana.
Gita mulai membuka pintu lalu masuk dengan perlahan. Ia melihat Gavin tengah berdiri sambil menompang kedua tangannya di atas meja dan melihat dirinya dengan tatapan datar penuh kekesalan.
"Ada apa?" tanya Gita, bernada datar.
"Saya bener-bener gak habis pikir ya, sama kamu, Gita." Gavin menegakkan tubuhnya, lalu menghembuskan nafas dengan gausar.
Gita mengnyeritkan dahinya. "Apa?"
"Kamu itu di sini cuma sebatas OG, gak lebih! Jadi tolong! Jangan bertindak seolah-olah kamu ini penguasa di sini, Gita!" tekan Gavin.
Gita benar-benar dibuat pusing dengan perkataan Gavin. Maksudnya apa?
"Apa sih, Kak!"
"Saya di sini sebagai atasan kamu!"
"O--oke. Pak Gavin!"
"Sikap kamu itu tidak bisa saya toleransi. Jangan samakan bisnis sagya dengan kepribadian kamu yang sangat murahan itu!"
Gita merasakan desiran aneh didalam tubuhnya. Dadanya naik turun terasa sangat sesak. Saat laki-laki yang sangat ia kagumi tega berkata seperti itu. Murahan?
"Murahan? Kak Gavin ngomong apa, sih!" tanyanya dengan nada sedikit tinggi, matanya mulai berkaca-kaca.
Gita benar-benar tak habis pikir dengan lelaki ini. Apa dia sadar telah mengatakan hal itu?
"Menurut kamu, dengan kamu memberikan flshdish kepada Pak Erwin untuk melanjutkan kerjasamanya dengan saya. Menurut kamu saya akan terkesima, Gita? Tidak!"
Flashdish? Sungguh! Gita benar-benar dibuat pusing delapan keliling dengan kata-kata Gavin.
"M--maksudnya?"
"Kamu tau? Flahdish itu berisi data perusahaan. Gara-gara ulah kamu memberikan flshdish itu kepada Pak Erwin, klien saya dari Singapura pun membatalkan kerjasamanya, Gita!" ucap Gavin penuh amarah.
"H--hah? A--aku gak ngasih apa-apa kok, sama dia! Bahkan aku berani sumpah!"
"Jelas-jelas Pak Erwin sendiri yang mengatakannya pada saaya. Dan Sarah juga melihat kamu memberikan flashdish itu ke Pak Erwin di kafe!"
"Sarah?" Seketika Gita tersenyum getir. "Jadi Kak Gavin lebih percaya sama perempuan itu dibanding aku yang udah Kak Gavin kenal sejak lama!"
"Ini bukan soal saya mengenal seseorang lama atau baru. Karena seseorang bisa saja berubah dalam hitungan detik!"
"Mulai hari ini. Kamu saya pecat!"
Gita menatap ke arah Gavin. Menatap matanya seolah mencari kebenaran dengan apa yang diucapkannya barusan.
"Ya, Kak Gavin yang dulu aku kenal sekarang udah berubah." Gita mengedip-ngedipkan matanya ke arah kiri, menahan air mata yang mungkin akan jatuh jika tidak ditahan.
"Mulai sekarang jangan datangi saya lagi. Karena saya tidak ingin melihat perempuan yang berbuat seenaknya, sesuka hatinya. Bahkan! Terlalu cepat untuk bertindak tanpa tau resikonya akan seperti apa. Kamu itu terlalu gampangan, Gita!"
Gita merasakan sesak lagi di dadanya. Air mata yang sedari ia tahan pun akhirnya luruh. Gagal sudah prinsip yang ia jaga selama ini --- Sesakit apapun perkataan dan perlakuan Kak Gavin. Dirinya tidak akan pernah menangis di hadapannya. Namun, kali ini prinsip itu benar-benar runtuh.
"Tadi murahan sekarang gampangan. APA AKU SEHINA ITU DIMATA KAK GAVIN? HAH!"
Air matanya mengalir deras. Tak lama, ia menghapusnya dengan kasar. "Atas dasar apa kamu bisa menilai aku serendah itu, Kak?"
Alih-alih menyebutnya dengan sebutan Kak Gavin. Gita mengubahnya dengan sebutan kamu.
Gavin hanya diam tak menjawab.
"Apa jadi OG membuat aku jadi rendahan?"
Gavin menarik nafas. "Keluar."
"Jawab aku, Kak! Atau Kak Gavin kena hasutan perempuan gila itu? Sarah?"
"KELUAR!" teriak Gavin. Gita sedikit terkejut mendengarnya.
Gita menarik tag nama yang berada di dadanya. Lalu menyimpannya dengan kasar di atas meja Gavin.
"Sepertinya emang bener. Waktu bisa mengubah seseorang dalam hitungan detik. Dan detik ini, Kak Gavin udah berubah. Dan detik ini juga. Aku pastiin. Ini detik terakhir aku bicara sama Kak Gavin! Aku bakal pastiin itu! Maaf, dan terimakasih, Pak Gavin!"
Gita pun berbalik berjalan keluar. Baru dua langkah, langkahnya terhenti dan berbalik lagi ke arah Gavin.
"Jangan nyesel kalau udah tau kebenarannya!"
Setelah itu, Gita melanjutkan kembali langkahnya.
Bersambung .....
Haiiii! Apa kabar kalian semuaaa?
Lama ya, nunggu update-nya?
Eh, sekalinya update malah pendek.Maapin atuh, ya👐
Ini aku pilek, gess. Jadi, mohon doanya, ya. Supaya aku, Nur Hayati. Dan kalian semua. Tetap selalu diberikan kesehatan. Aaamiin🤲
See u💙
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Tetangga [END]
Short Story[JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE, DAN KOMEN YA! KARENA DUKUNGAN KALIAN SANGAT BERHARGA💙] "KAK GAVIN, TERIMA AKU JADI PACAR KAKAK SEKARANG JUGA. AKU GAK NERIMA PENOLAKAN, YA!" Gita berteriak dari balkon kamarnya melihat ke bawah. Dimana Gavin baru saja pu...