Gavin mengerjap-ngerjapkan matanya. Tak terasa hari sudah pagi. Namun, saat dirinya membuka mata. Sepertinya tempat ini agak asing menurutnya, bukan seperti kamar yang tiap hari ia lihat seperti biasanya.Bukan tembok warna abu-abu atau pun barang-barang yang ada di kamarnya. Melainkan meja dan sofa yang ada di hadapannya.
Tunggu, ini seperti ... ruang tamu rumah Gita.
Gavin melihat ke sekeliling lalu hendak bangun dari sofa yang ia duduki. Tetapi, saat Gavin melihat ke bawah. Di sana Gita masih terlelap dari tidurnya dengan paha Gavin sebagai bantalannya.
Beberapa detik Gavin terus memperhatikan wajah tenang Gita.
Gavin jadi teringat akan kejadian semalam. Dimana Gita terus saja mengoceh tak ada habisnya untuk menceramahi Gavin karena lelaki itu telat makan.
"Kak Gavin belum makan dari siang? Aigoo! Kenapa bisa sampe gak makan sih, Kak? Aku kan udah bilang untuk prioritasin makan daripada kerjaan! Ngeyel banget, sih!" ucap Gita malam itu.
Bukannya membantu, Gavin malah sibuk memperhatikan Gita yang tengah menyiapkan makanan untuk keduanya. Bahkan, dirinya tak menyadari kalau bibirnya terangkat menjadi sebuah senyuman kecil.
Gita yang menyadari hal itu membuatnya tersenyum jahil kepada Gavin.
Gavin kembali menetralkan ekspresinya setelah sadar apa yang sudah ia lakukan diluar kesadarannya.
"Kenapa senyum-senyum gitu?" ucap Gita sembari menaik turunkan alisnya.
"Mulai suka, ya?"
"Mulai terpesona, ya?"
"Mulai jatuh cinta, ya?"
Gita terus saja menggoda Gavin sambil memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri dengan ekspresi yang seimut mungkin.
Gavin menyingkirkan wajah Gita dengan kelima jarinya agar menjauh dari wajahnya.
"Siapa? Siapa yang mulai suka, terpesona, jatuh cinta, sama kamu?"
"Kak Gavin!"
"Makan!"
"Cieee salting, niiih!"
"Kalau kamu ngoceh terus. Ini kita kapan makannya?"
"Oke-oke, daripada aku liat Kak Gavin pingsan karena salting. Mending kita makan aja kali, ya?"
"Saya nggak salting!"
"Iya, deh, iya! Nih, nih, nih! Aaaa!" Gita menyodorkan sesendok makanan kepada Gavin, tapi Gavin sama sekali tidak sedikit pun membuka mulutnya.
"Buka mulutnya!"
"Nggak, Saya bisa makan sendiri!"
"Sekali ini aja."
"Nggak, Gita. Kamu makan sendiri aja."
Gita memanyunkan bibirnya karena penolakan Gavin.
"Kak Gavin nggak asik! Gak kayak Aldo! Dia kalau aku suapin pasti selalu mau."
"Saya nggak suka lauk yang itu. Coba ambilkan lauk yang satunya lagi, yang itu tuh!"
"Nggak, ah!"
"Ambilkan, Gita!"
"Ambil aja sendiri!"
"Kamu nih, nggak ada terimakasihnya sama sekali, ya? Saya udah bawain makanan buat kamu, lho!"
"Oh, jadi Kak Gavin merasa terpaksa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Tetangga [END]
Historia Corta[JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE, DAN KOMEN YA! KARENA DUKUNGAN KALIAN SANGAT BERHARGA💙] "KAK GAVIN, TERIMA AKU JADI PACAR KAKAK SEKARANG JUGA. AKU GAK NERIMA PENOLAKAN, YA!" Gita berteriak dari balkon kamarnya melihat ke bawah. Dimana Gavin baru saja pu...