Setelah mandi Gita bersiap akan menemui Aldo untuk makan siang di kantor.Lumayan, ditlaktir makan sepuasnya sama Aldo. Kapan lagi coba? Aldo kan termasuk orang yang pelit. Lebih tepatnya, terlalu irit.
Awalnya Gita menolak ajakan Aldo dengan alasan malas. Apalagi kalau nanti di sana dia bertemu dengan laki-laki yang sudah menyia-nyiakan perasaannya selama ini --- Gavin Narendra. Namun, setelah mendengar kata "makan sepuasnya" dari Aldo. Seketika rasa malas itu telah musnah.
Ia segera keluar setelah ojek online yang dipesan sebelumnya sudah tiba di depan rumahnya.
Gita mengenakan stelan kaos hitam pendek dibalut cardingan rajut berwarna hijau matcha dan celana jeans kulot berwarna hitam juga sepatu putih dan tas selempang berwarna putih. Sedangkan rambutnya diikat satu dengan tambahan bandu slayer berwarna senada dengan cardingannya.
Lima belas menit sudah terlewatkan. Gita sudah sampai di depan sebuah gedung yang menjulang tinggi.
Gita segera mengeluarkan ponsel untuk menelpon Aldo.
"Hallo! Gue udah di depan, nih!"
"Ya udah, masuk aja dulu sini."
"Ih, ogah! Nanti yang ada gue malah ketemu sama makhluk yang selama ini sudah membuat gue uring-uringan tiap malam!"
Aldo tertawa pelan. Ia tahu siapa orang yang Gita katakan itu. Ya, Gavin. Siapa lagi?
"Yaudah-yaudah, lo duluan aja ke kafe, ya. Nanti gue nyusul. Nanggung nih, dikit lagi."
"Awas lo kalo lama! Gue bikin jadi ayam geprek lo!"
"Buset! Serem amat, Ta!"
"Yaudah, gue duluan."
"Hmm."
Setelah panggilan selesai. Gita berjalan menuju kafe yang tak jauh dari kantor.
Gita berjalan-jalan sambil melihat meja yang kosong. Karena saat ini kafe sedang ramai pengunjung.
Karena berjalan tanpa melihat sekitar. Gita tak sengaja menabrak seseorang di hadapannya yang membelakangi dirinya.
"Eh, maaf-maaf. Saya nggak---"
Saat orang itu berbalik. Gita terkejut melihat wajahnya. Hatinya berdebar. Nafasnya jadi tak beraturan.
Bayangan semalam yang lalu langsung terbesit di benaknya. Saat Sarah menyandarkan kepalanya di bahu lelaki yang selama ini akan Gita lupakan untuk selamanya.
"Kalau jalan itu lihatnya ke depan! Jangan lihat kanan-kiri. Memangnya kamu mau nyebrang?"
Gita langsung pergi dari sana tanpa bicara lagi. Daripada dia harus terus-menerus merasakan sesak yang ada di dadanya.
"Gita!" Seseorang memanggil namanya. Ia pun langsung berjalan ke arahnya.
"Lama banget, sih!"
"Ya, maaf!" ucap Aldo sambil mengacak rambut Gita.
"Ish! Aldo!"
"Yuk!" Aldo berjalan menuju meja dengan menggenggam tangan Gita.
💙💙💙
Kini mereka berdua sudah duduk berhadapan dengan makanan dan minuman yang tersedia di atas meja.
Aldo bingung, sedari tadi Gita hanya sibuk mengaduk minuman green tea-nya dengan sedotan.
"Lo nggak makan?"
Gita menghela. "Di sini, nih. Pertama gue ngobrol sama Pak Erwin yang akhirnya malah gue difitnah. Lo pikir aja. Buat apa coba gue kasih file perusahaan Kak Gavin ke dia? Gak ada untungnya juga kan buat gue? Unfaedah! Tapi yang bikin gue heran. Kenapa si aki-aki tua itu bilangnya gue ngasih flashdish ke dia coba! Apa sih, masalahnya? Gue bener-bener nggak ngerti sumpah!"
Aldo ikut menghela setelah mendengar ocehan Gita. "Jadi, di sini pertemuan lo sama Pak Erwin?"
"Hm."
"Ya udah," jawab Aldo, melanjutkan makannya dengan santai.
Gita mengnyeritkan alisnya. " Ya udah? Gitu doang respon lo?"
"Terus?"
"Gila! Sebenernya lo itu temen gue bukan, sih?"
"Bukan."
"Parah!"
"Gue ini kan pacar masa dep---"
Gita mengambil beberapa kentang goreng dan memasukkannya ke mulut Aldo, sebelum laki-laki itu melanjutkan perkataannya.
"Diem lo!"
Aldo menatap sebal kepada Gita dengan mengunyah kentang goreng tersebut.
Lima belas menit sudah terlewatkan. Keduanya sudah menghabiskan makanannya masing-masing.
"Habis ini lo mau ke mana?" tanya Aldo.
"Pulang lah. Ngapain lagi?"
"Bener-bener cuma numpang makan gratisan doang lo, ya!"
"Lah, lo yang ngajak!"
"Pulang pake apa?"
Gita berdiri sambil menenteng makanan yang sudah ia pesan sebelumnya. "Naik pesawat pribadi! BTW, thanks, ya. Buat makanan bungkusannya."
"Gak tau diri lo! Mentang-mentang gue telaktir, lo malah ngambil makanan banyak banget. Edan!"
"Ya, kapan lagi? Mumpung ditelaktir, kan?" balas Gita seraya tertawa kecil.
Aldo cuma bisa geleng-geleng kepala setelah mendengar perkataan Gita.
"Lagian lo baru gajian, kan? Gini, dong! Cuma ditelaktir tiap bulan juga gue mah nggak apa-apa. Ikhlas!"
"Ini yang pertama dan untuk yang terakhir kalinya. Kedepannya, nggak ada acara telaktir-telaktiran. Bisa jadi gelandangan gue kalau tiap bulan telaktir lo. Ini juga udah mahal banget. Lo makan sama minum doang udah abis tujuh ratus ribu ege! Bisa terbengkalai cicilan gue kalau tiap bulan harus telaktir lo. Kecuali."
Aldo menatap intens kepada Gita.
"Apa!" sarkas Gita.
"Kecuali kalau lo mau jadi istri gue. Nikah sama gue. Gaji bulanan gue buat lo, buat kita. Punya empat anak. Dan hidup bahagia."
Gita tersenyum terpaksa. "Hidup bahagia? Kita nikah dengan menggabungkan cicilan gue dan cicilan lo. Setelah itu kita hidup bahagia? Hidup bahagia dengan cicilan. Iya?"
Gita pun pergi dari sana dengan berjalan cepat.
Aldo menatap kepergiannya. "Jadi, ini cuma soal cicilan aja, kan?"
Ah, Aldo jadi teringat dengan perkataan Gita tentang pertemuannya dengan Pak Erwin.
Mumpung dirinya sedang berada di sini. Sekalian saja Aldo mencari tau kebenaran yang terjadi pada Gita.
Bersambung ......
ALDO TUH SEBENERNYA SWEET CUMA KEHALANG PELIT😩
SPAM KOMEN NEXT DI SINI💙
TEMBUS 15 KOMENTAR, GASS UPDATE LAGI🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Tetangga [END]
Conto[JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE, DAN KOMEN YA! KARENA DUKUNGAN KALIAN SANGAT BERHARGA💙] "KAK GAVIN, TERIMA AKU JADI PACAR KAKAK SEKARANG JUGA. AKU GAK NERIMA PENOLAKAN, YA!" Gita berteriak dari balkon kamarnya melihat ke bawah. Dimana Gavin baru saja pu...