Setelah puas menonton televisi. Gita berjalan ke kamar tamu untuk tidur.Mungkin, sekarang kamar tamu itu sudah menjadi miliknya. Karena Gita sudah merubahnya seperti kamar miliknya sendiri.
Saat melewati ruang kerja Gavin yang pintunya tidak tertutup. Gita melihat Gavin sedang menatap layar laptop.
Gita berbalik badan menuju dapur untuk membuatkan Gavin segelas coklat panas.
Ini sudah menjadi kebiasaannya sejak dulu. Tak peduli dengan larangan dan penolakan Gavin yang terus-menerus.
Setelah selesai membuatnya. Gita kembali ke ruang kerja Gavin lalu menaruh gelas itu di meja kerja Gavin.
"Kak Gavin belum tidur?"
Gavin melihat wajah Gita sekilas.
"Saya gak minta untuk dibikinin minum, ya, Gita."
"Udah, tinggal diminum aja apa susahnya sih, Kak? Nggak aku kasih apa-apa, kok."
Gita beralih untuk duduk di sofa yang ada di sana.
"Ngapain masih di sini?"
"Nemenin calon suami aku kerja lah!"
"Jangan ngada-ngada kamu, Gita."
"Siapa yang ngada-ngada. Aku serius."
Gavin kembali fokus pada layar laptopnya. Daripada harus meladeni gadis seperti Gita.
Keheningan yang terjadi setelahnya. Gita dibuat fokus dengan Gavin yang kini tengah bekerja di depan layar laptopnya.
Menurutnya, Gavin terlihat sangat cool, macho dan seksi tentunya. Heheh.
"Kak Gavin kok bisa ya, ketampanannya bisa berlipat ganda kayak gini kalau lagi serius kerja," ucap Gita memperhatikan Gavin sambil menopang dagunya.
Gavin melihat sekilas ke arah Gita. Lalu menghela nafas dalam-dalam.
"Kak Gavin itu udah kayak cowok-cowok yang ada di wattpad tau gak? Udah mah CEO, kaya, tampan. Alis tebel, idung mancung, rambutnya rapi dan glowing, tinggi. Beuhh! Idaman aku banget," ucap Gita sambil tersenyum lebar.
"Nanti pas kita nikah, aku mau mahar yang kayak ada diwattpad, ya, Kak? 10 mansion mewah, 4 kapal pribadi, 5 pulau, 13 villa, dan uang 100 dolar!"
Gavin langsung menatapnya. "Kekayaan saya aja gak nyampe segitu. Kenapa kamu gak nikah aja sama cowok yang diwattpad?"
"Kalau mereka nyata nih, ya, Kak. Udah aku borong semua mereka. Dari yang badboy, goodboy, coolboy, ketua geng motor, ketua OSIS juga mentep, Pak CEO, Pak Dosen. Udah aku embat semuanya!"
"Bisa gila kamu lama-lama, Gita!"
"Justru aku udah gila! Gila sama pesonanya Kak Gavin."
"Kamu ini terlalu kebanyakan membaca cerita romance. Kayaknya otak kamu geser, deh. Sana, cari kerja! Jangan cuma bisa jadi beban hidupnya!" ucap Gavin panjang kali lebar.
Gita menghela. Memang benar apa yang dikatakan Gavin. Gita memang benar-benar sudah menjadi beban orangtuanya sejak lahir.
Bahkan, pekerjaan mereka saja hanya sebatas karyawan biasa. Jadi, Gita harus secepatnya mencari pekerjaan untuk bisa menghidupi kedua orangtuanya yang sudah tak muda lagi usianya.
Iya, Gita memang beban. Beban keluarga. Beban masyarakat, karena sudah banyak ia melamar kesana-kemari, tetapi hanya penolakan yang ia dapat.
Terlebih lagi, Gita juga bebannya Gavin.
"Aku udah ngelamar kok, beberapa hari yang lalu. Sekarang tinggal nunggu keputusan dari sana," kata Gita dengan perasaan sedih.
Sebuah email tiba-tiba masuk ke ponselnya. Gita segera membuka, ternyata itu adalah balasan dari perusahaan yang Gita lamar tempo hari yang lalu.
Seketika wajah Gita menjadi riang. "Ya ampun! Ini dari kantor yang aku lamar waktu kemarin!"
Gita segera melihat isi emailnya. Namun, sepersekian detik berikutnya wajahnya terlihat murung.
"Ditolak lagi?" tebak Gavin yang melihat ekspresi wajah Gita.
Gita mengangguk lesu.
Bersambung .....
Nanti kalo aku gada halangan up-nya tiap weekend ya, gess!
Thanks, see u next part🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Tetangga [END]
Short Story[JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE, DAN KOMEN YA! KARENA DUKUNGAN KALIAN SANGAT BERHARGA💙] "KAK GAVIN, TERIMA AKU JADI PACAR KAKAK SEKARANG JUGA. AKU GAK NERIMA PENOLAKAN, YA!" Gita berteriak dari balkon kamarnya melihat ke bawah. Dimana Gavin baru saja pu...