Gavin memegang pelipisnya yang akhir-akhir ini sering terasa sakit. Mungkin dirinya terlalu keras dalam bekerja. Atau terlalu lama menatap layar laptop.Ia menatap jam melalui layar ponselnya yang menunjukkan pukul 11.30 WIB.
Lama ia menatap layar ponselnya yang bergambar dirinya sewaktu kecil, bersama Gita yang waktu itu tengah sama-sama memakan permen lollipop.
Gavin menghela. Ia merasa heran dengan perasaannya sendiri.
Gavin merasa tidak suka jika melihat Gita terlalu dekat dengan lelaki lain. Seperti ada rasa tidak rela kalau itu terjadi.
Disisi lain, Gavin juga hanya menganggap Gita sudah seperti adiknya sendiri, karena mereka sudah lama bertetangga. Jadi, mana mungkin dirinya menyukai Gita sebagai sosok pendamping hidup.
Sampai sekarang Gita tidak menemuinya sejak kejadian semalam.
Baru sehari saja ditinggal oleh Gita. Gavin sudah merasa sepi dalam hidupnya. Seperti ada yang kurang jika tidak ada pengganggu seperti Gita.
Tapi Gavin yakin. Kalau Gita pasti akan kembali lagi pada kebiasaan biasanya.
Tok! Tok! Tok!
Lamunan Gavin terbuyarkan ketika mendengar suara ketukan dari pintu ruangan kantornya.
"Masuk!" suruh Gavin.
Ternyata itu adalah Sarah. Dia melangkah maju ke arahnya.
"Pak Gavin sudah makan siang?"
"Belum," jawab Gavin.
"Kalau begitu, mari makan siang bersama, Pak!"
"Nggak usah."
Sarah nampak terdiam. "Sebaiknya bapak makan dulu, karena setelah ini kita akan menemui klien baru kita. Dan mungkin itu akan memakan waktu yang lama."
"Duluan saja."
"Baik. Saya tunggu bapak di kafe sebelah kantor, ya. Permisi!"
Sarah pun pergi tanpa adanya persetujuan dari Gavin yang akan ke kafe.
Gavin berdiri. Mau tidak mau. Dirinya akan makan bersama Sarah. Lagi pula, apa yang dikatakan Sarah memang benar.
Seberat-beratnya dan sesibuk-sibuknya hidup. Jangan pernah melewatkan jam makan.
💙💙💙
Gavin berjalan menuju kafe yang disebutkan Sarah. Lalu dirinya melihat-lihat di mana keberadaan Sarah.
Tiba-tiba tubuhnya ditabrak dari belakang oleh seseorang.
Gavin pun berbalik menghadap orang itu.
"Eh, maaf-maaf. Saya nggak---" kata orang itu, yang terpotong setelah melihat wajah Gavin.
Entah sebuah kebetulan atau apa. Saat ini jantung Gavin sangat berdebar-debar setelah melihat wajah orang itu, Gita. Namun, ia tak mau jika hal ini bisa terlihat oleh Gita karena dirinya merasa sedikit gugup.
"Kalau jalan itu lihatnya ke depan! Jangan lihat kanan-kiri. Memangnya kamu mau nyebrang?"
"Gita!" Panggil seseorang yang tak jauh dari mereka. Ternyata itu Aldo.
Gita pergi dari sana tanpa berkata sepatah kata pun kepada Gavin.
Gavin melihat ke arah Gita yang tengah menemui Aldo di sana.
"Lama banget, sih!" kata Gita kepada Aldo.
"Ya, maaf!" jawab Aldo, seraya mengacak rambut Gita.
"Ish! Aldo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Tetangga [END]
Cerita Pendek[JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE, DAN KOMEN YA! KARENA DUKUNGAN KALIAN SANGAT BERHARGA💙] "KAK GAVIN, TERIMA AKU JADI PACAR KAKAK SEKARANG JUGA. AKU GAK NERIMA PENOLAKAN, YA!" Gita berteriak dari balkon kamarnya melihat ke bawah. Dimana Gavin baru saja pu...