💙MAT 12💙

2.4K 116 7
                                    


Akhirnya, 12 jam telah berlalu. Gita melemaskan otot-ototnya yang seharian terus bekerja.

Sepertinya Gita sudah mati rasa karena pegal-pegal. Berasa remuk satu badan. Kemudian Gita mengambil tasnya dan berjalan keluar untuk pulang.

Di depan, ia melihat Gavin tengah berjalan menuju parkiran dengan seorang wanita.

Tentu, Gita kesal melihatnya. Apalagi mengingat perkataannya tadi siang. Wah, ingin sekali Gita membanting tubuhnya itu.

Siapa lagi kalau bukan, Sarah! Perempuan paling menyebalkan yang pernah Gita temui.

Buru-buru Gita segera menghampiri mereka, lebih tepatnya menghampiri Gavin. Karena keduanya tengah masuk ke dalam mobil.

Dengan cepat, tangan Gita langsung membuka pintu mobil belakang dan segera masuk ke dalamnya. Hingga membuat kedua orang di depannya merasa terkejut.

"Gita?" panggil Gavin.

Gita tersenyum lebar. "Kita kan tetangga. Jadi, nggak ada salahnya kan kalau aku nebeng sama Kak Gavin. Eh, maksudnya, Pak Gavin!"

"Tapi, Gita, saya mau---"

"Iya, gapapa, kok! Kak Gavin nganterin sekretaris Kak Gavin dulu aja," potong Gita.

Gavin nampak pasrah dengan tingkah Gita. Namun sepertinya, berbeda dengan Sarah. Bisa dilihat dari raut wajahnya yang datar penuh kekesalan. Bahkan, tangannya mengepal kuat.

Gita yang melihatnya hanya bisa tersenyum senang.

Mobil pun mulai melaju.

'Gagal total rencana gue malam ini buat dapetin Pak Gavin! Awas kamu, Gita!' batin Sarah terus saja menggumam.

Tak ada yang berbicara. Hanya terdengar suara mesin. Sampai akhirnya Gita yang memulai percakapan.

"Sarah, emangnya lo nggak punya supir pribadi, ya?"

Gavin melihat Gita sekilas melalui cermin yang berada di atas.

"Saya nggak suka bahasa kamu, Gita. Tolong lebih sopan."

"Okey ...."

Sarah berdeham. Mungkin dia merasa tidak nyaman. Mungkin.

Gavin melihat ke arah Sarah lalu kembali menatap jalanan.

"Tapi Gita benar, Sarah. Apa kamu belum ada supir pribadi?"

"Saya juga lagi nyari untuk jadi supir saya, Pak. Tapi belum ada yang mau."

Huuuuh, Gita benar-benar merasa bosan. Mau main HP, tapi HP nya lowbat, mati total.

"Kak Gavin, nanti kalau kita libur. Kita nonton, yuk! Udah lama tau gak nonton di bioskop lagi."

"Tenang aja, nanti aku yang bayarin. Sekarang kan aku udah punya gaji."

"Oh, iya. Gimana kalau malam ini aku nginep di rumah Kak Gavin, ya? Ya? Ya?"

"Eh, nggak, deh. Tante Rina kan gak ada di rumah, ya."

"Tapi kalau aku di rumah sendiri, sepi tau. Jadi, kangen Ayah, ibu ...."

Begitulah Gita, tidak bisa diam. Berisik.

"Kak Gaviiiin," panggilnya dengan merengek. "Masih lama nggak, sih?"

Sarah melirik tak suka kepada Gita. Dirinya kesal. Benar-benar kesal.

Gavin sama sekali tidak merespon apa yang diucapkan Gita barusan.

"Kak Gavin, iiiih!"

Gavin menghela nafas. "Sebentar lagi."

"Kak Gavin tiap hari nganterin dia kayak gini?"

My Annoying Tetangga [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang