9. Letter

240 62 0
                                    

Hai hai! Sebelum membaca, pastikan kalian mengklik tombol vote, juga jangan lupa meramaikan isi komentar, yaa.
Happy Reading🌹

 
 

 


"Aku terlalu kejam untuk diriku yang tenang."

~☾☼~

   

"Apa laki-laki selalu menyukai pertarungan?"

Sebagai jawaban, Eric hanya meringis menahan rasa sakit.

Soul terpaksa menghentikan latihan saat Eric pingsan, tubuhnya hanyut terbawa arus sungai. Beruntung Soul cekatan menarik laki-laki itu, lalu membawanya ke Rumah Tamu.

Eric siuman tiga puluh menit yang lalu. Saat ini Ennoia tengah mengobati luka goresan di punggung Eric. Percaya tidak percaya, Ennoia merajuk dengan Soul. Jika Ennoia sudah merajuk, dia tidak akan mengajak bicara orang yang telah dia anggap sebagai ayahnya sendiri itu.

Ennoia sangat berhati-hati saat mengobati luka-luka di tubuh Eric. Kali ini bukan kemampuan mengirim energi hangat yang mengalir ke tubuh yang disentuhnya, melainkan pengobatan tradisional yang dilakukan secara manual, tanpa ada sihir atau kemampuan khusus Sonne. Hal ini agar tidak berdampak pada Ennoia sebagai penyembuh seorang Vollmond.

"Terima kasih, Ennoia. Tapi ini waktumu tidur."

Di belakang punggung Eric, Ennoia tersenyum. "Hanya aku, Grita, dan Vi yang ahli dalam meracik obat-obatan tradisional di generasi sekarang. Tapi mereka berdua sedang bekerja di luar desa. Aku yang mengobatimu."

"Bekerja di luar desa?" ulang Eric. "Kenapa aku tidak tahu?"

"Mereka berangkat saat siang tadi. Bersama dengan Rombongan 1."

Eric manggut-manggut. Lagi-lagi wajahnya meringis menahan rasa sakit saat Ennoia mengoles dengan kain yang sudah dibalur racikan obat ke luka-lukanya.

"Maaf," Ennoia menyadari—meskipun dia tidak mendengar suara Eric saat kesakitan.

Rumah Tamu itu lengang seketika.

"Ennoia, terima kasih," ucap Eric memecah keheningan.

Ennoia tersenyum. Pengobatan tradisional itu sudah selesai. "Itulah gunanya aku."

Eric memutar tubuh, membuatnya duduk berhadapan dengan Ennoia. Sesaat Eric menatap lamat-lamat iris mata kuning Ennoia yang menyala di ruangan yang remang ini.

"Sekali lagi, terima kasih."

Wajah Ennoia memerah ditatap Eric dalam jarak sedekat ini. "Eh, ehm, tidak masalah. Aku memang penyembuh."

Tiba-tiba Eric tercekat, teringat sesuatu. "Apakah masih ada rombongan desa ini yang akan pergi ke kota?"

Ennoia mengangguk—masih salah tingkah. "Mereka akan pergi ke Kota Locastric saat fajar besok."

"Istana Nebbia ada di Kota Locastric. Eh, bisakah mereka mengantar surat ke istana? Aku ingin memberi kabar Julian. Kumohon ...,"

Kedua alis Ennoia terangkat. Untuk kali ini dia tidak bisa menolak permohonan Eric. "Eh, aku ada kertas, tinta, dan kuas. Sebentar," kemudian Ennoia berdiri dari duduknya, lalu berjalan cepat meninggalkan Rumah Tamu.

Tak sampai dua menit, Ennoia kembali dengan benda yang sebelumnya dia sebutkan. Ennoia memberikan benda-benda tersebut kepada Eric.

Eric dengan senang hati menerima, dia mencelupkan ujung kuas ke dalam wadah tinta hitam, kemudian mulai menulis satu per satu kata di atas kertas yang telah disediakan.

SORROW [Vol. 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang