8. Residing Soul

264 62 1
                                    

Hai hai! Sebelum membaca, pastikan kalian mengklik tombol vote, juga jangan lupa meramaikan kolom komentar, yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai hai! Sebelum membaca, pastikan kalian mengklik tombol vote, juga jangan lupa meramaikan kolom komentar, yaa.
Happy Reading🌹


Terkadang jiwa dan raga memiliki rasa yang berbeda.


~☾☼~


Eric baru tidur saat fajar menyingsing. Saat siang hari, Ennoia berkali-kali menengok—memastikan apakah Eric sudah bangun atau belum. Dia sudah tidak sabar untuk menyambut temannya itu.

Dan ketika langit barat mulai berwarna jingga, Ennoia datang dengan membawa nampan berisikan makanan dan minuman untuk Eric. Ternyata laki-laki itu sudah bangun.

"Selamat pagi—eh, sore Eric." Ennoia menyeringai, dia melangkah masuk ke Rumah Tamu.

Eric mengusap wajah pucatnya. Rambut hitamnya berantakan, dia seperti bukan Raja Eric yang selalu rapi dengan rambut kecokelatan. Darah Vollmond di tubuhnya membuatnya sangat malas merapikan rambut.

Mata Eric yang masih mengantuk itu menyipit. "Ennoia ...?"

"Tidurmu lama sekali. Nyaris dua belas jam, lho. Apa tubuhmu tidak tambah sakit?" Ennoia duduk bersimpuh di depan Eric.

Eric tersenyum, matanya menatap sayu. "Tapi aku juga terjaga dua belas jam setelahnya."

"Ya ya ya ... Sekarang makanlah. Kalau tidak, Soul akan memarahimu dan memukul tengkukmu lagi." Ennoia menyodorkan nampannya kepada laki-laki itu.

Eric terkekeh—yang terdengar seperti dengusan. Kemudian dia menerima nampan itu. Makanan yang sama seperti kemarin, makanan yang Eric suka. Kali ini wajah sayu laki-laki itu menjadi bersemangat menyantap makanan.

Namun, wajah ceria Eric yang asyik menyantap makanan, mendadak berubah ketika melihat seseorang yang berdiri di ambang pintu Rumah Tamu.

Ennoia juga menyadari. "Soul?"

Pria berwajah dingin itu menatap Eric. "Habiskan makananmu secepatnya. Setelah itu kau akan berlatih di Sungai Lux."

Eric meletakkan sendok—seketika selera makannya berkurang.

"Latihan? Bagaimana Eric akan latihan saat dia baru saja bangun tidur? Beri dia waktu, Soul," ujar Ennoia, kurang setuju.

"Tidur lama membuat tubuh semakin lemah. Jangan mengambil alasan lain," cetus Soul.

"Ennoia, sudah, aku tidak apa-apa. Lagipula Soul benar. Aku tidur terlalu lama tadi." Eric segera berbicara sebelum Ennoia terus-terusan membelanya.

Ennoia menatap prihatin wajah Eric.

SORROW [Vol. 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang