35. Darkening

104 31 0
                                    


Hai hai! Sebelum membaca, pastikan kalian mengklik tombol vote, juga jangan lupa meramaikan kolom komentar, yaa.
Happy Reading🌹



Siapapun yang ada di dunia ini bisa menjadi teman atau musuh.


~☾☼~


"Dari mana saja?"

Eric hanya diam, tidak menjawab pertanyan Yves ketika baru saja memasuki Nox saat tengah malam.

Eric kembali dari Istana Nebbia saat Esther terlelap di ranjang. Setelah kembali memakai pakaian, menata rambutnya, Eric tidak mengecup dahi Esther karena boleh jadi wanita itu akan terbangun—seperti kejadian tiga tahun silam. Padahal Eric ingin sekali melakukannya.

Tatapan seluruh mata merah Vollmond yang ada di aula tertuju kepadanya. Sejak Eric menginjakkan kaki di Istana Nox, mereka tidak menyukai keturunan Murphy itu. Mereka berpura-pura menghormati Eric karena Malavi. Kali ini, mereka memiliki kesempatan melihat Eric dimarahi habis-habisan oleh pemimpin kaumnya.

"Eric, jika Yves bertanya, maka jawablah! Dari anak tangga, Malavi meyentak. Entah sejak kapan dia ada di sana. Muncul secara tiba-tiba.

Eric mengangkat kedua alisnya. "Bukan urusanmu."

"Padahal sudah aku perintahkan Yves untuk mengawasimu," Kemudian tubuh Malavi muncul di hadapan Eric. "tapi dia tidak bisa mengikuti jejakmu sekarang."

"Lagipula untuk apa kau menyuruh Yves melakukan hal-hal yang tidak perlu?"

"Eric—"

Malavi lebih dulu mengangkat tangan—memotong ucapan Yves. Sikap Eric sejak dulu selalu bandel. Itu sudah biasa. Eric seringkali keluar dari Nox tanpa izin, lalu Yves berhasil mencegahnya keluar dari area Omichlis Barat itu juga demi keamanan Eric sendiri.

Namun, kemarin malam, Eric berhasil menggunakan kemampuan itu setelah tiga tahun berlatih dan mencuri. Tentu saja Yves tidak bisa mengikuti jejak dan bau badannya.

"Yves mengkhawatirkanmu. Hargailah perasaannya sekali saja." Malavi menegaskan ulang. Wajahnya itu semakin mirip dengan Soul saat kesal.

Eric menatap ke arah Yves, lantas tersenyum ramah. Tentu dia sangat menghormati Yves yang selama ini membantu kehidupannya di Nox. Yves sudah seperti saudarinya. Walaupun Yves selalu mentaati perintah suaminya dengan selalu mengawasi Eric.

"Dari mana?" Malavi mengulangi pertanyaan yang sempat diucapkan Yves.

Eric mengembuskan napas, dia mengedikkan dagu. "Menemui istriku. Kenapa?"

Kedua mata Malavi dan Yves membesar. Di aula sana, beberapa Vollmond berbisik-bisik, mengatakan keburukan Eric, mencercanya dengan kata-kata yang hina.

Eric menerima semua kenyataan itu. Dan sekarang, dia sudah sangat lelah.

"Kau... berani ke sana?" Mata merah Malavi melebar.

Eric mengangguk. Dia sudah dewasa, dan rasa takutnya itu sudah lama menghilang. Hari ini dia tidak takut sama sekali jika Malavi memutuskan untuk bertarung dengannya.

"Bodoh! Benar-benar bodoh! Untuk apa kau meninggalkan Istana Nebbia jika kau akan kembali lagi ke sana, hah?" semprot Malavi.

"Aku hanya merindukan istriku." Sorot mata Eric semakin tajam. Nada bicaranya datar.

SORROW [Vol. 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang