33. Cold-Blooded Killer

94 30 0
                                    

Hai hai! Sebelum membaca, pastikan kalian mengklik tombol vote, juga jangan lupa meramaikan kolom komentar, yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai hai! Sebelum membaca, pastikan kalian mengklik tombol vote, juga jangan lupa meramaikan kolom komentar, yaa.
Happy Reading🌹

 

 


Orang baik bisa menjadi jahat, pun sebaliknya.

~☾☼~
 


Malam telah berubah pagi. Keadaan Eric telah membaik setelah beristirahat dan memakan masakan Yves. Dan inilah waktu yang tepat untuk Eric melatih kembali kemampuan Sielleux-nya.

Lelaki itu duduk di tepi kasur, mengambil Sielleux yang sempat ia sembunyikan di bawah tempat tidur. Kemudian Eric memangku Twinblade itu, mengusap pelan gagang dan bilahnya yang sedikit berdebu.

Kemudian Eric berdiri dari duduknya. Tangan kanannya mulai mengayunkan pelan gagang Sielleux seperti yang diajarkan oleh Julian. Semakin lama, putaran itu semakin cepat laksana baling-baling. Di saat itu pula, cahaya biru di gagang Sielleux bersinar.

Pintu ruangan terbuka. Untuk sesaat, Eric terkejut melihat seseorang berdiri di ambang pintu.

"Apa keadaanmu sudah membaik?" Malavi bertanya.

"Hm." Eric menjawab singkat, menghentikan ayunan Sielleux-nya.

"Malam nanti ikut aku berburu. Tidak selamanya kau akan memakan masakan Yves. Kau butuh darah agar staminamu terjaga," ujar Malavi, tanpa ada rasa ingin melawan. Dia menganggap Eric adalah rekannya.

Genggaman tangan Eric dengan Sielleux semakin erat. "Darah siapa?"

"Manusia." Malavi tersenyum lebar.

Eric menggertakkan giginya.

"Sekarang kau tidur saja." Malavi menguap lebar, lantas tersenyum. "Jangan keluar dari ruangan, atau kau akan menjadi debu."

Kemudian tubuh Malavi menghilang dari ambang pintu, laksana kilat.

Eric mendengus kasar, meletakkan senjatanya di atas tempat tidur.

"Aku tidak bisa membunuh manusia..." Dia mengeluh pelan.

Kedua tangan Eric terkepal, menatap ke arah jendela kaca yang berembun tipis. Jika Eric menolak ajakan Malavi, entah apa yang terjadi. Namun, seharusnya Eric mengkonsumsi darah agar staminanya terjaga. Darah manusia lebih baik untuknya.

Eric semakin cemas. Kedua tangannya bergetar. Keringat membasahi dahinya.

"Aku tidak bisa terus-terusan bersantai di tempat ini. Aku harus melakukan sesuatu..." Dia bergumam seraya meremas jemari.

Beberapa saat kemudian, Eric terkesiap. Dia dengan pemikirannya yang liar itu berkata, "Jika aku tidak bisa memakan darah manusia, maka aku bisa memakan darah Vollmond."

SORROW [Vol. 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang