20. The History of Nebbia Kingdom

162 37 0
                                    

Sejarah ditulis untuk dikenang, sebagai pelajaran dan pedoman kehidupan manusia di masa depan.

~☾☼~

~☾☼~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Peta Kerajaan Nebbia. Ini aku bikin di Inkarnate website🤞🌹

~☾☼~

Esther mengenakan gaun coklat dengan rambut auburn panjang yang dikepang indah, terlihat di belakang punggungnya. Walaupun rambut Esther sangat susah dikepang karena keriting dan mengembang, tetapi hasilnya sangat bagus jika yang mengerjakannya adalah para pelayan muda dan bertalenta.

"Terima kasih, aku menyukainya," ucap Esther kepada para pelayannya.

Eric yang sibuk dengan berkasnya yang baru saja datang pagi ini, sempat melirik Esther. Di situlah Eric melihat senyuman Esther yang begitu menyukai gaya rambutnya yang dikepang. Eric cukup senang karena Esther menghargai pekerjaan pelayannya. Karena dari yang Eric lihat di biodata itu, Esther lebih suka rambutnya dibiarkan terurai.

Para pelayan itu pamit undur diri setelah melayani Lady Esther. Mereka sempat membungkuk di depan sang Raja, dan Eric balas mengangguk, mempersilakan mereka kembali.

"Kenapa kamu membiarkan rambutmu dikepang oleh mereka?" tanya Eric.

Esther menoleh, tersenyum. "Kepangan mereka sangat nyaman di kepala, Eric. Sangat berbeda jika aku yang mengepang rambutku sendiri. Sangat susah."

"Karena rambutmu keriting."

Dahi Esther mengkerut, bibirnya mengerucut. "Kamu baru saja meledekku, ya?"

Eric terkekeh. "Tapi rambutmu memang keriting, kan?"

Wanita itu mengembuskan napas kasar.

Tak lama setelah itu, Ratu Meredith datang bersama para pelayannya, seolah menghentikan pertikaian kecil mereka.

"Ibu Ratu?" Eric berdiri dari duduknya, membungkuk, memberi hormat kepada sosok yang lebih tua.

Esther juga melakukan hal yang sama seperti Eric.

Meredith ikut membungkukk kepada Eric—kepada seorang Raja. "Selamat pagi. Apa tidur kalian nyenyak?" sapanya.

Esther (berpura-pura) mengangguk. Sedangkan Eric tetap diam, karena sepanjang malam tadi dia tidak tidur. Hari ini dia sudah mengantuk, tetapi kedatangan Meredith membuatnya masih terjaga.

Meredith berjalan menuju kursi sofa—ada di paling pojok di dekat bangku kerja Eric. Di sofa itu juga ada meja. Tempat itu juga dikhususkan agar Eric bisa mengobrol santai dengan tamu secara pribadi.

Para pelayan Meredith membawa nampan berisikan beberapa benda. Kemudian nampan-nampan itu diletakkan di atas meja.

"Esther, kemarilah," pinta Meredith dengan lembut.

SORROW [Vol. 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang