12. Mistress of Angry

196 50 0
                                    

Istana Nebbia di pagi hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Istana Nebbia di pagi hari

 

Hai hai! Sebelum membaca, pastikan kalian mengklik tombol vote, juga jangan lupa meramaikan kolom komentar, yaa.
Happy Reading🌹

 

 

~☾☼~


Dua kuda dengan masing-masing penunggangnya itu melaju cepat. Dua ratus meter lagi mereka akan memasuki gerbang Istana Nebbia.

Sementara Julian mengernyit ketakutan dengan wajah pucatnya. "Ibu pasti akan marah, Eric. Kita harus jujur."

Eric menyeringai tipis—sebenarnya dia juga sedang ketakutan. Akan terjadi perang dunia ketika melihat Ibu Ratu Meredith marah.

Mereka berdua akhirnya memasuki gerbang Istana Nebbia. Sebelumnya Julian memakai penutup wajah, sedangkan Eric mengekspos wajahnya. Seketika prajurit penjaga gerbang menekuk kedua lutut mereka ketika melihat sang Raja Eric datang—bersama dengan pengintainya.

Sejenak para penjaga gerbang itu kebingungan. Sejak kapan Raja Eric keluar dari istana?

Dua kuda putih itu meringkik, kemudian dua penunggangnya kompak melompat turun di depan kandang kuda. Eric langsung melepas jubah hitamnya. Julian pun melakukan hal yang sama, kemudian ia mengurus dua kuda putih itu ke kandang.

"Akhirnya. Aku tidak lagi berpura-pura menjadi Raja Eric yang wajahnya selalu lemas seperti tidak pernah tidur." Julian menghela udara segar setelah keluar dari kandang kuda.

Eric tersenyum simpul. "Aku akan selalu merindukan suasana dunia luar."

"Oh ya? Kamu merindukan dunia luar atau merindukan orangnya?"

Seketika wajah Eric memerah. "Eh, ehm ..."

Julian berhadapan dengan Eric, dia menyeringai sembari memainkan kedua alisnya naik-turun. Selalu menyenangkan menggoda saudaranya. "Hayo, Eric, apa kamu jatuh cinta? Apakah gadis di desa itu? Hm, maksudku gadis yang berusia lima puluh tahun itu? Aku benar, kan? Kan? Kan?" Kemudian Julian tertawa terbahak-bahak. "Tidak apa-apa, Eric. Meski usianya jauh, tetapi hatinya dekat denganmu."

"Sok tahu!" Eric berseru—wajahnya menghangat.

"Sudahlah. Jujur saja. Kiw kiw." Julian mengangkat kedua alisnya—tidak berhenti usil dengan Eric.

Eric tersenyum—jadi salah tingkah mengingat senyuman Ennoia yang sangat candu, meracuni isi kepalanya.

Akan tetapi..., senyuman Eric perlahan memudar ketika melihat seseorang di hadapannya—yang berdiri tepat di belakang Julian.

Julian tertawa lepas, suaranya itu menggelegar sampai ke halaman istana. "Akhirnya saudaraku jatuh cinta! Ada sisi baiknya juga Raja Eric keluar dari istana, kemudian aku yang berwajah sama dengannya ini berlakon sebagai Raja Eric. Itu menyenangkan sekali, tapi juga merepotkan. Eh, tapi aku juga senang karena lebih dihormati saat memakai jubah Agung Raja Nebbia. Benar, begitu, kan, Eric?"

SORROW [Vol. 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang