14. Eclipse

185 50 0
                                    

Hai hai! Sebelum membaca, pastikan kalian mengklik tombol vote, juga jangan lupa meramaikan kolom komentar, yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai hai! Sebelum membaca, pastikan kalian mengklik tombol vote, juga jangan lupa meramaikan kolom komentar, yaa.
Happy Reading🌹

 

 

Ketika matahari memohon sebuah dekapan kepada rembulan, maka terjadilah gerhana.

 

~☾☼~

 

Walikota Ferreira dan putrinya benar-benar sabar menunggu kehadiran Raja Nebbia. Karena pesan ini tidak bisa dititipkan oleh siapapun, harus sampai kepada Raja sendiri—walau Meredith sudah lebih dulu tahu pesan apa yang dimaksud.

Sejak awal Julian menolak menemui mereka, karena firasatnya mengatakan bahwa akan menjadi masalah besar jika dirinya yang datang.

Pertemuan itu harus didatangi oleh Eric sendiri.

Meredith mengatakan kepada Julian tentang apa yang telah dikatakan oleh Walikota Ferreira saat di perjamuan tamu tadi pagi. Julian juga tak kalah terkejut. Ternyata firasat seorang pengintai tak pernah salah.

Hari pun mulai gelap.

"Eric, kamu sudah bangun, kan?" Julian mengetuk pintu ruangan Eric, lalu membukanya.

Dan benar saja, Eric baru saja bangun dari tidur—mendudukkan diri di tepi ranjang. Dia masih berusaha mengumpulkan nyawanya di tepi kasur. Rambutnya berantakan, wajahnya terlihat lesu. Iris matanya merah.

Julian pun menyadarinya. Ini mulai gawat sekali. Terlalu banyak tidur membuat energi Eric bertumpuk melebihi kapasitas raganya, dan boleh saja energinya itu tak terkendali.

"Apa tidurmu belum cukup?" Julian melangkah masuk. Wajahnya mulai serius, bersiap jika Eric mulai menunjukkan gerak-gerik yang mencurigakan.

Eric menggeleng, menggaruk tengkuknya. "Aku lapar."

Ah, itu sudah biasa. "Mau makan apa? Akan aku ambilkan."

"Hmm..., sesuatu yang berwarna merah." Eric sesekali menguap.

Seketika Julian bergeming. Warna merah?

"Ambilkan aku apel merah. Harus yang merah," desah Eric karena masih mengantuk.

"Oh, itu rupanya ..." Julian menghela napas lega. "Akan aku ambilkan. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang harus aku sampaikan kepadamu."

"Hm. Katakan."

"Tuan Solstice dan putrinya ingin menemuimu secara langsung. Sejak pagi tadi mereka menunggumu."

"Tuan Solstice..., Evan Solstice? Walikota Ferreira?" Seketika wajah lesu Eric berubah, seperti tertarik dengan obrolan. Tentu saja Eric hafal semua nama-nama walikota di Kerajaan Nebbia. "Mereka menunggu dari pagi?"

SORROW [Vol. 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang