47. The Ancient's Sorrow

128 51 0
                                    

Hai hai! Sebelum membaca, pastikan kalian mengklik tombol vote, juga jangan lupa meramaikan kolom komentar, yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai hai! Sebelum membaca, pastikan kalian mengklik tombol vote, juga jangan lupa meramaikan kolom komentar, yaa.
Happy Reading🌹



Semakin besar kekuatan, semakin besar pula risikonya. Tetapi ini bukan hanya soal kekuatan.

~☾☼~

Eric tersenyum, menyeka darah di wajahnya yang mulai mengering dengan lengan. Dia menatap Malavi dari kejauhan.

"Aku tahu kelemahanmu, Malavi..."

Dahi Malavi terlipat, terkekeh. "Jangan menggertakku. Kalau kalah, ya, kalah saja."

Eric menggeleng pelan. "Sejak Soul memancarkan cahayanya kepadamu... aku terus memikirkan apa kelemahanmu..." Eric mengambil kembali salah satu Sielleux yang sempat ia jatuhkan.

Senyuman di wajah Malavi seketika memudar.

Kepala Eric yang penuh goresan luka itu terangkat. "Semakin besar kekuatan, semakin besar pula risikonya. Ya! Aku baru saja tahu risiko dari kekuatan teleportasi yang selalu kau gunakan itu!" Eric dengan sepasang senjatanya berseru tegas.

Dahi Malavi terlipat.

Sesekali Eric meringis menahan rasa sakitnya. "Pengguna kekuatan teleportasi berisiko pada penglihatannya, hingga membuatnya buta. BUKANKAH BEGITU, MALAVI?!"

Malavi tercengang, matanya memelotot.

"Ya! Penglihatanmu sangat buruk!" Eric berseru lantang sekuat tenaga. Napasnya tersengal-sengal. "Bahkan cahaya Soul tidak mempan terhadapmu! Bukankah seorang Vollmond sangat rentan terhadap cahaya?"

Tubuh Malavi bergetar.

Apa yang dikatakan Eric memang benar. Selama ini Malavi tidak bisa melihat dengan jelas. Dia telah merahasiakan risiko penggunaan kekuatan teleportasi ini selama ribuan tahun. Karena itu, Malavi menggunakan pendengarannya ketika mencari mangsa, atau bertarung dengan Eric seperti saat ini.

Tatapan Malavi mungkin terlihat bad ass saat bertarung dengan lawannya. Namun, tidak ada yang tahu kebenaran di balik mata merahnya yang indah nan tajam itu. Malavi melihat dunia dengan mata kaburnya selama dua ribu tahun—sejak dia menguasai teknik teleportasi di usianya yang masih lima tahun. Wajah dari orang-orang terkasih seperti mendiang Ibu, istri, Ayah, bahkan adiknya, sama sekali tidak terlihat jelas. Semuanya tampak kabur-bahkan pernah sesekali hanya terlihat kegelapan.

Sejak dia memukuli Soul beberapa menit yang lalu, Malavi telah sempurna kehilangan penglihatannya. Pandangannya gelap total hingga detik ini. Penglihatannya tidak bisa merespons cahaya apapun di hadapannya.

Tangan Malavi gemetar, dia sudah sangat cemas. Malavi lupa bahwa putra sulung Aran memiliki otak yang cerdas—Eric benar-benar cerdas mengamati lawannya.

SORROW [Vol. 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang