43. All About Past

117 44 0
                                    


Hai hai! Sebelum membaca, pastikan kalian mengklik tombol vote, juga jangan lupa meramaikan kolom komentar, yaa.
Happy Reading🌹






"Tak perlu menyalahkan masa lalu, sesungguhnya tanpa masa lalu, masa depan ini tidak akan pernah ada."

~☾☼~

Eric selalu melatih kemampuan bersenjatanya saat malam hari. Hanya soal waktu ia akan unjuk gigi di hadapan para Vollmond, dan Eric tidak akan bersembunyi lagi dari mereka.

Meredith tetap menginap di Desa Lux. Bukan hanya menjaga Esther, tetapi juga melihat perkembangan Eric dengan pusaka berharga Enam Elemen itu. Eric semakin lincah, bahkan mata biru Meredith tidak bisa menangkap gerakannya yang supercepat. Perlahan senyuman terukir di wajah Meredith, ujung matanya berair, mengetahui bahwa Eric benar-benar bisa menjaga pusaka pemberian neneknya.

Kondisi kandungan Esther semakin sehat. Setiap hari Ennoia menjadi tabib pribadi keponakannya itu—dan Esther sama sekali tidak keberatan jika seorang dokter dilayani oleh tabib—apalagi Ennoia itu bibinya, bibi terbaik di dunia. Ketika kedua tangan Ennoia bercahaya dan melakukan teknik penyembuhan, rasa lelah Esther perlahan terobati.

Satu bulan telah berlalu. Perut Esther kian membesar. Kandungannya sudah memasuki usia sembilan bulan. Kurang hitungan hari saja, bayi itu akan lahir. Eric dan Esther akan menjadi Ayah dan Ibu secara resmi.

Namun, ada kegelisahan tersendiri yang Eric simpan.

Begitu senja telah lenyap di ufuk barat, hari tergantikan oleh gelapnya malam. Esther dan Eric duduk santai di teras Rumah Tamu seraya merasakan udara segar serta pemandangan malam Desa Lux.

Selama ini Eric selalu gelisah jika pada suatu hari dia akan bertarung dengan Malavi lagi. Darah di tubuhnya masih belum bangkit setelah memakan ratusan Vollmond dalam waktu tiga tahun.

Namun, Eric juga tidak akan mengandalkan mutasi darahnya yang masih belum ada kepastian, kapan dan bagaimana. Eric memilih meningkatkan kemampuan Ombre da Sielleux beserta kecerdasan yang dimilikinya.

Eric mengusap lembut perut Esther. "Karina, cepat lahir, ya, Sayang. Ayah sudah tidak sabar melihatmu."

Esther tertawa kecil. "Kamu juga percaya kalau dia perempuan?"

"Karena aku ayahnya."

"Iya iya. Kami percaya kalau kau ayahnya." Sebuah suara mengejutkan mereka berdua. Itu suara Soul yang datang dari arah rumahnya.

Eric langsung melepaskan tangannya dari perut Esther dengan wajah yang bersemu merah.

Pria itu mendengus, duduk bersila di teras seraya bersedekap. Wajahnya masygul. "Ibumu itu menata rumahku yang berantakan. Malam-malam begini seharusnya dia bersantai saja."

"Kenapa rumahmu berantakan, Soul?" Eric tergelak.

Soul mengembuskan napas. "Aku mencari gelang emas milik istriku dulu. Aku lupa menaruhnya di mana."

"Apa sekarang sudah ketemu?" tanya Esther.

Soul tersenyum tipis. Mengangguk. "Meredith menemukannya di bawah kotak pakaian. Aku lupa karena sudah lama memindahkan tempat penyimpanannya."

Lucu sekali melihat Soul dengan wajahnya yang masygul seperti itu. Eric jadi tertarik mengenai kehidupan ibunya saat tinggal di Desa Lux. Pasti setiap hari selalu beradu argumen dengan Soul. Dan Soul jelas mengalah karena dia tidak mau ambil pusing. Seperti halnya sekarang ini, dia membiarkan Meredith menata rumahnya yang berantakan.

SORROW [Vol. 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang