40. Kindness

108 33 0
                                    

Hai hai! Sebelum membaca, pastikan kalian mengklik tombol vote, juga jangan lupa meramaikan isi komentar, yaa.
Happy Reading🌹




Manusia selalu diajarkan berbuat kebaikan. Jika dia menjadi tidak benar, maka bertanyalah pada lingkungan di mana ia dibesarkan.

~☾☼~


Soul sejak tadi waspada, menyuruh para keturunannya untuk masuk dan kembali ke dalam rumah masing-masing setelah mendengar suara gaduh dari luar wilayah Lux.

"Soul, aku ikut bersamamu." Ennoia berlari menghampiri ayah asuhnya itu.

"Seharusnya kau di rumah saja, menjaga Fann."

"Fann sudah tidur nyenyak. Kamu jangan khawatir, Soul. Jika ada sesuatu yang mencurigakan di luar, sudah menjadi tugasku untuk memeriksanya."

Soul tersenyum tipis.

Fann adalah nama putra Ennoia dan Brian yang berusia tiga tahun. Karena Brian sedang ada pekerjaan di luar desa dan baru akan kembali besok, tidak ada yang menjaga Fann di rumah selain Ennoia. Namun, karena Fann sudah tidur nyenyak, akhirnya Ennoia bisa meninggalkannya sebentar untuk memeriksa kondisi di luar wilayah Lux.

Untuk Soul, sebenarnya dia baru saja kembali dari desa—mengingat dia memiliki jadwal bekerja yang sama dengan Brian. Namun, Soul kembali lebih awal karena mengangkut barang belanjaan bulanan untuk para keturunannya.

Kemudian Soul dan Ennoia keluar dari dinding tebing Desa Lux. Walaupun suara kegaduhan itu sudah tidak terdengar lagi, tetapi Soul merasa penasaran. Apa yang menjadi penyebab suara itu?

Dua sosok itu terbang dengan sepasang sayapnya. Sesekali bulu-bulu mereka berguguran. Tampak indah. Sayap-sayap mereka diselimuti cahaya kuning dan putih yang lembut.

"Soul!" Ennoia berteriak saat matanya menangkap sosok yang tengkurap dan tak sadarkan diri di bawah sana.

Soul mengangguk paham. Kemudian kedua kaki mereka mendarat dengan lembut ke tanah, sepasang sayapnya langsung menguncup.

Ennoia melotot. "Seorang Vollmond?"

Tanpa ragu-ragu, Soul mendekat lantas berjongkok di dekat sosok itu. Kemudian Soul membalikkan tubuhnya untuk melihat siapakah Vollmond yang dimaksud Ennoia.

Ennoia langsung menutup mulut. Mata Soul membesar. Benar-benar tidak menyangka apa yang telah mereka saksikan.

"Eric?" Ennoia bergidik ngeri, pasalnya wajah Eric penuh luka dengan pakaian yang lusuh tak karuan.

Soul langsung berdiri. Matanya memeriksa sekitar. Ada jejak pertarungan di daerah ini, seperti batang pohon yang tergores secara tidak alami. Darah kering yang ada di tanah—tentu saja Soul tahu darah siapa itu—ialah darah kakaknya sendiri.

Akhirnya Soul memahami kondisi. Suara gaduh yang sempat ia dengar disebabkan oleh pertarungan Eric dan Malavi. Entah apa alasan mereka bertarung sesengit itu.

Kemudian mata Soul menangkap benda lain yang cahayanya nyaris redup—tergeletak sekitar dua meter dari tempat Eric. Soul tahu itu Sielleux. Namun kenapa senjata itu jadi ada sepasang?

"Dia masih hidup." Ennoia lega saat memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan Eric.

Soul masih terdiam. Dia menatap suasana gelapnya malam.

"Soul, kita harus menolong Eric." Ennoia menyentuh kepala Eric yang terasa sedingin es. Kedua tangannya mengeluarkan cahaya putih lembut, memulai teknik penyembuhan.

SORROW [Vol. 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang