17. Little Clumsy

189 43 3
                                    

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 

Hai hai! Sebelum membaca, pastikan kalian mengklik tombol vote, juga jangan lupa meramaikan kolom komentar, yaa.
Happy Reading🌹

 
 

"Ratu, sekarang Anda tinggal di kamar ini."

Pandangan Esther tak berkutik lantaran menatap pintu kamar yang pernah ia kunjungi. Beberapa pelayan membawa barang-barang Esther, dua dari pelayan itu kemudian membuka pintu kamar tersebut.

'Ratu', ya?

"Mari, Ratu Esther, kamar Raja adalah kamar anda juga."

Wajah sayu Esther tersentak pelan, lalu dia mengangguk. Esther harus mau tinggal di dalam kamar itu. Kamar di mana ada seseorang yang pernah mencoba untuk membunuhnya.

Para pelayan menata barang-barang Esther di ruangan itu. Seperti pakaian, riasan, peralatan medis, dan buku-buku. Semua ditata rapi. Esther melihat mereka, sambil sesekali melihat hiasan bunga-bunga yang memperindah kamar luas ini. Bunga khas pengantin baru.

"Umm, permisi," suara Esther.

Tiba-tiba para pelayan serempak menghentikan kegiatan mereka, menoleh ke arah sumber panggilan.

"Eh, jangan memanggilku dengan sebutan 'Ratu'. Panggil aku dengan namaku saja," ujar Esther pelan.

Para pelayan saling bertukar pandang.

"Bukankah itu terdengar lancang?" tanya salah satu pelayan.

"Iya. Kami selalu menghormati anggota Klan Murphy." Rekannya juga berpendapat.

Esther tersenyum tipis. "Kata itu merujuk bahwa aku pantas disandingkan dengan Raja, tapi aku tidak mau seseorang beranggapan demikian."

Para pelayan saling bertukar pandang lagi.

"Lalu bagaimana jika kami memanggil Anda... Lady Esther?" salah satu pelayan yang sejak tadi diam dan menata pakaian, berpendapat.

"Ah, iya. Lady digunakan untuk menyebut seorang wanita dengan kedudukan sosial yang tinggi. Sebutan itu cocok untuk Anda jika tidak mau dipanggil Ratu." Pelayan lain turut setuju.

"Iya iya. Aku juga setuju. Mulai sekarang kita memanggil permaisuri Raja dengan sebutan Lady."

Esther tersenyum, dia duduk di kursi sofa. Dia tidak keberatan dengan panggilan itu. "Terdengar bagus."

SORROW [Vol. 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang