21. Mother's Feels

156 36 0
                                    

Hai hai! Sebelum membaca, pastikan kalian mengklik tombol vote, juga jangan lupa meramaikan isi komentar, yaa.
Happy Reading🌹


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ibu selalu ada di hati anak-anaknya. Ibu adalah lentera untuk anak-anaknya."

~☾☼~


Meredith sudah kehabisan kesabaran. Para menteri di aula telah lama menunggu kapan Raja Eric akan menghadiri rapat khusus tersebut. Julian juga datang di aula sebagai juru bicara Raja Eric. Padahal luka dalamnya masih belum pulih.

Kemudian Meredith memilih keluar dari aula dengan tergesa-gesa, Julian bergegas mengikuti. Kali ini Meredith pergi tanpa didampingi para pelayannya.

"Ibu mau ke mana?" teriak Julian.

Meredith memejamkan kedua mata, meski begitu, dia tetap melangkahkan kakinya dengan cepat tanpa terlilit gaunnya sendiru. "Ke kamar Eric!"

Seketika Julian melotot. Bagaimana jika Ibu Ratu tahu tentang Eric yang sebenarnya? Apakah isi peradaban istana ini akan hancur?

"Eh, bagaimana jika aku yang menggantikan peran Eric-"

"DIAM!" Meredith berseru ketus, mata birunya menatap tajam ke depan. "Akhir-akhir ini, dia jarang sekali keluar saat pagi. Bukankah biasanya dia berolahraga? Atau menyambut cahaya matahari?"

Julian memilih membungkam mulutnya daripada harus kena semprot Meredith lagi.

Akhirnya mereka telah sampai di tujuan. Meredith membuka pintu setinggi tiga meter itu dengan kasar. Suaranya membuat beberapa pelayan maupun prajurit yang melewati area ruangan itu serempak memekik.

Kemudian Meredith berjalan masuk, dilihatnya Eric sedang terlelap. Kepalanya ada di atas meja, tubuhnya duduk di kursi dengan wajah yang sangat pucat. Meredith selalu hafal dengan rambut Eric yang berwarna kecoklatan, tetapi kini rambutnya berwarna hitam pekat. Meredith sama sekali tidak menyadari hal itu sebelumnya.

Julian menelan ludah. Gawat!

"Eric, bangunlah! Para menteri menunggumu di aula," tegas Meredith-sedikit memaklumi, mungkin putranya itu kelelahan kemarin malam.

Eric tidak menjawab-masih tidur pulas. Meredith mencoba untuk bersabar dengan mengembuskan napasnya. Kemudian Meredith memeriksa apakah Eric sedang sakit atau hanya sekedar mengantuk.

Persis saat Meredith menyentuh dahi Eric dengan punggung tangan, ia memekik karena perasaan dingin yang menusuk. Kemudian Meredith beralih menggenggam tangan Eric, juga sama dinginnya.

"Kenapa tubuh Eric terasa sedingin es?" Meredith pun bertanya, wajahnya menghadap kepada Julian.

Bibir Julian bergetar. Wajahnya tertunduk, tidak berani menatap mata Ibu Ratu di hadapannya.

SORROW [Vol. 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang