28. Trust

135 30 1
                                    

Hai hai! Sebelum membaca, pastikan kalian mengklik tombol vote, juga jangan lupa meramaikan kolom komentar, yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai hai! Sebelum membaca, pastikan kalian mengklik tombol vote, juga jangan lupa meramaikan kolom komentar, yaa.
Happy Reading🌹






Lebih sulit mempertahankan daripada
mendapatkan.

~☾☼~

Sebelumnya Eric meminta untuk tidak dikawal oleh prajurit saat menemani Esther ke Rumah Sakit. Untuk hari ini saja, Eric ingin 'berbaur' di hadapan rakyatnya. Eric hanya memakai celana hitam panjang dan kemeja yang dipadukan dengan vest, juga pin berlambangkan Kerajaan Nebbia di dada kirinya sebagai identitas. Sederhana.

"Sungguh kehormatan besar Yang Mulia mengunjungi Rumah Sakit kami di cuaca dingin seperti ini." Seorang penjaga rumah sakit memberi hormat.

Eric tertawa kecil. "Aku hanya menemani istriku. Selama ini dia selalu ke Rumah Sakit bersama para pelayannya."

"Mari, Yang Mulia, biar saya beri tempat duduk yang-"

"Tidak perlu." Eric tersenyum. "Aku bisa duduk di tempat biasa. Dan tolong jangan terlalu formal. Aku hanya menemani istriku. Tidak ada urusan politik di sini."

Penjaga itu mengangguk-angguk. Alangkah rendah hatinya raja baru mereka yang baru saja empat puluh hari bertakhta. Sifat rendah hatinya itu sama seperti mendiang kakeknya, Raja Ian III.

Sementara itu, Esther sudah memasuki ruangan. Di dalam sana, Esther didampingi oleh pelayannya, termasuk Paradisa. Karena dirinya adalah asisten pribadi Lady Esther, dia telah mempelajari hal-hal yang berbau medis. Esther sangat berterima kasih kepada mereka yang dengan senang hati membantu.

Eric duduk di depan ruangan, menunggu proses persalinan. Karena laki-laki yang bukan pihak keluarga pasien dilarang masuk. Eric harus mematuhi peraturan, meski kedudukannya di sini jauh lebih tinggi.

Kemudian terdengar suara tangisan bayi. Eric turut bahagia. Itu tandanya bayi yang dilahirkan dalam keadaan sehat.

"Selamat selamat, seorang putri telah lahir. Paradisa, ambilkan kain."

"Baik, Lady."

Eric bisa mendengar suara lembut Esther dari luar. Suara yang terdengar bahagia.

Dua puluh menit kemudian, Esther keluar dari ruang operasi.

"Semua berjalan lancar. Bayi dan ibunya sehat. Suami dari Ibu juga merasa bahagia di dalam ruangan. Dia selalu memberi semangat kepada istrinya saat persalinan berlangsung. Sangat setia," ungkap Esther yang juga merasa bahagia.

"Syukurlah."

Esther duduk di sebelah Eric setelah melepas jubah dan masker medisnya. "Ini untuk pertama kalinya aku dipercaya untuk membantu pasien melahirkan. Karena saat di Ferreira, aku selalu ditugaskan mengobati orang terluka atau mengoperasi pasien. Padahal aku sekolah di bidang persalinan juga."

SORROW [Vol. 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang