13. Auburn

213 48 1
                                    

Hai hai! Sebelum membaca, pastikan kalian mengklik tombol vote, juga jangan lupa meramaikan kolom komentar, yaa.
Happy Reading🌹



Dia datang bak kejora yang memberi cahaya pada kelamnya malam ini.


~☾☼~



Sejak ditetapkan sebagai Vollmond, pagi memang bukan waktu bagi Eric untuk terjaga. Malam hari di istana, Eric mengerjakan semua berkas-berkas kerajaan. Julian juga sedikit membantu, lalu dia pergi tidur karena mengantuk. Selain menjadi pengintai Nebbia, Julian juga menjadi pengawal khusus Raja.

Cahaya matahari pagi di luar menyiram pucuk-pucuk bangunan dan pepohonan. Wajah Eric yang sayu semakin bertambah lemas.

Kemudian kepala Eric jatuh di atas meja-sudah tidak kuat lagi menahan rasa kantuk. Di saat itu juga, Julian datang memasuki ruangan Eric.

Terdengar suara helaan napas pelan. "Sebaiknya kamu tidak memaksa, saudaraku. Aku bisa menggantikanmu."

Tidak ada jawaban sebab Eric tertidur pulas dengan kepala di atas meja kerjanya.

Kemudian Julian memapah tubuh Eric, lalu memindahkan tubuh saudaranya ke atas kasur agar tidurnya lebih nyenyak. Julian juga tidak lupa untuk menyelimutinya.

"Sip. Sekarang..." Julian berjalan menuju meja kerja Eric. Dia memeriksa berkas-berkas yang belum terselesaikan. Karena terlihat mudah, Julian menyelesaikannya dalam sepuluh menit.

Kemudian Julian keluar dari ruangan Eric. Jika rajanya tidur begini, maka Julian tidak ada pekerjaan, juga tidak tahu harus melakukan apa karena tidak ada perintah. Melatih kemampuan berkuda juga membosankan. Berjudi dan bertaruh tiga ratus neb dengan para menteri? Bisa-bisa Julian akan dihabisi oleh Ibu Ratu

"Oh, rupanya kamu Julian." Sebuah suara mengejutkan Julian yang baru saja menutup pintu kamar Eric.

"Ibu Ratu." Julian sedikit membungkukkan badan, memberi hormat.

"Di mana Yang Mulia?" Meredith bersama dengan empat pelayan yang mengawalnya menghampiri si Bungsu.

"Tidur, Ibu. Kemarin dia begadang. Tapi pekerjaannya sudah selesai, kok." Julian berkata terus terang setelah kembali menegakkan tubuhnya.

Meredith menghela napas, memaklumi. Karena kemarin malam Eric baru saja sampai di istana. Wajar jika dia kelelahan.

"Kenapa, Ibu?" Tanya Julian, dia melihat raut wajah Meredith yang tidak tenang.

"Penjaga perbatasan Locastric memberi kabar bahwa ada tamu dari Kota Ferreira, Walikota dan putrinya ingin menemui Yang Mulia," jelas Meredith.

Julian mengernyit. "Eh? Tapi Eric sedang tidur, Ibu. Jika kita jujur kepada mereka, maka reputasi Eric akan jelek nanti."

Meredith bergeming, menggigit bibir. "Coba kamu saja yang menjadi Eric."

Julian melotot. "Lagi, Ibu?"

Seketika empat pelayan Meredith saling bertukar pandang. Mereka bertanya-tanya apakah Pangeran Julian pernah melakukan hal itu sebelumnya? Tapi kapan?

"Iya. Kamu lakukan saja, untuk Eric," hela Meredith.

"Memangnya untuk apa, sih, Walikota Ferreira dan putrinya ingin menemui Eric? Apa ada masalah di kota itu?" sungut Julian.

Meredith menggeleng. "Ibu juga tidak tahu. Mereka datang tanpa memberi kabar, mendadak. Walikota Ferreira itu cukup keras kepala. Sekarang mereka menunggu di depan gerbang. Ibu belum memberi izin sebelum Raja yang memutuskan."

SORROW [Vol. 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang