32. Throne

98 31 0
                                    

Hai hai! Sebelum membaca, pastikan kalian mengklik tombol vote, juga jangan lupa meramaikan kolom komentar, yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai hai! Sebelum membaca, pastikan kalian mengklik tombol vote, juga jangan lupa meramaikan kolom komentar, yaa.
Happy Reading🌹



Waktu dan manusia bisa saja berubah.


~☾☼~

Kabar kepergian Eric dari istana terdengar sampai di telinga Soul dan para keturunannya. Ini karena Meredith memberi pengumuman kepada seluruh penduduk Nebbia, bahwa Julian Raphael Murphy yang sebelumnya bergelar Grand Duke of Nebbia, akan naik takhta sebagai Raja setelah Raja Eric melepaskan jabatan dan status kebangsawanannya terhadap Klan Murphy.

Soul tidak habis pikir. Sebenarnya apa yang dipikirkan Eric? Namun, Soul lebih dulu mencurigai Malavi yang boleh jadi berbuat sesuatu, sehingga Eric tidak mempercayai dirinya sendiri dan membuat keputusan itu.

"Bagaimana keponakanku?" Ennoia turut sedih mendengarnya. Dia lebih mengkhawatirkan kondisi Esther.

Meredith menggeleng. "Dia demam. Aku memerintahkan beberapa pelayan untuk menjaganya, sementara aku dan Julian datang ke sini memberi pengumuman."

Ennoia menghela napas, cemas. Dia ingin sekali menemui Esther. Ennoia tidak tega.

"Tapi kita bisa menjemput Eric, kan? Soul, ayo antar kita ke tempat tinggal Vollmond! Pasti dia ada di sana!" usul Julian.

Soul menggeleng. "Bukankah Eric yang memutuskan? Biarkan saja si Bodoh itu bersama dengan berandalan lainnya."

Julian mengaduh pelan, menoleh kepada Meredith. "Bagaimana ini, Ibu?"

"Apa yang dikatakan Soul ada benarnya. Eric telah melepas lencananya, itu berarti dia dengan sengaja meninggalkan kita semua." Meredith menghela napas kasar.

"Ibu? Ibu juga satu pemikiran dengan Soul?!" Julian berteriak. Saat ini dia hanya ingin menjemput saudaranya kembali.

Meredith menundukkan pandangan, pasrah akan keadaan.

"Jadi..., sekarang Eric adalah musuh kita?" Brian yang duduk di sebelah Ennoia, bertanya. Setiap hari dia menemani ke mana pun istrinya itu pergi.

"Aku tidak tahu apa rencananya. Kita tidak bisa dengan cepat menyimpulkan." Soul menjawab cepat.

Dahi Meredith terlipat. Hatinya bimbang sekali.

Terutama Julian. Dia hanya ingin saudara kembarnya itu kembali. Julian tidak mempermasalahkan takhta Raja, tetapi dia tidak mau jauh-jauh dari saudaranya. Karena mereka selalu bersama sejak kecil.

Hanya di waktu ini, Julian sama sekali tidak bisa memahami pola pikir Eric yang telah memutuskan meninggalkan istana.

"Soul," panggil Meredith, dengan suara yang sangat pelan. Bahkan Ennoia dan Brian yang memiliki pendengaran tajam pun, tidak bisa mendengarnya.

SORROW [Vol. 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang