25. Two-Eyed Heritage

143 34 0
                                    

Hai hai! Sebelum membaca, pastikan kalian mengklik tombol vote, juga jangan lupa meramaikan isi komentar, yaa.
Happy Reading🌹



"Tidak ada kata tidak bisa sebelum mencoba."

~☾☼~

Anahita mengayunkan tangannya dengan lentik, dia memerintahkan air sungai untuk mendorong tubuh Soul, Eric, Julian, dan Meredith kembali ke daratan.

Mereka berempat serempak menarik napas. Soul bergegas mendudukkan diri, memegang kepalanya yang terasa pening. Begitu juga dengan Eric dan Julian. Tubuh mereka basah kuyup.

Sementara itu, Meredith termenung setelah mengetahui kebenaran yang selama ini ia tanyakan. Ayahnya wafat demi melindungi istri dan anaknya.

Anahita tersenyum kepada mereka berempat. Eric berdiri dari duduknya, lantas dia bersama Julian membantu Meredith berdiri.

"Kenapa aku harus diperlihatkan masa lalu itu?" Soul bertanya pelan, mengusap wajahnya yang basah.

"Itu karena Meredith menganggapmu seperti ayahnya. Bukankah kamu yang selama ini mendidik dan membesarkan Meredith?" Anahita yang menjawab—dan jawaban itu mewakili isi hati Meredith selama ini.

Soul tersenyum tipis.

"Putriku telah kehilangan ayahnya sewaktu kecil. Soul, kehadiranmu di dunianya sungguh sangat berarti." Nada Anahita begitu lembut.

Soul tertawa, wajahnya memerah karena tersipu. Andai saat itu Soul tidak memiliki sekecil rasa simpati saja, maka kisah ini sudah berbeda.

Eric maju selangkah menghampiri Anahita. "Nona—eh, maksudku Nenek... Bolehkah Nenek menjelaskan siapa wanita yang ada di dalam alam bawah sadarku selain Vollmond?"

Meredith menggaruk pelipisnya. Bergumam pelan, "Nenek, ya..."

Anahita tersenyum, tidak keberatan dipanggil dengan sebutan nenek. "Dialah energi Elf yang ada di dalam tubuhmu. Wujudnya saja yang terlihat seperti seorang wanita. Itu tergantung bagaimana kamu membayangkannya. Sama seperti kamu melihat bentuk energi Vollmond-mu."

Eric mengangguk samar. Akhirnya dia mendapatkan jawaban itu.

"Apa Nenek tidak bosan hidup di alam air terus?" celetuk Julian. Ikut memanggil Anahita dengan sebutan nenek.

"Sama sekali tidak, Nak. Justru tanpa air, energi Nenek akan cepat terkuras, dan butuh waktu sangat lama untuk memulihkannya. Seperti peristiwa ini... Nenek mengumpulkan energi selama tiga ratus tahun untuk menunjukkan semua kenangan masa lalu itu kepada kalian," ujarnya dengan lembut, dia mudah sekali akrab dengan kedua cucunya.

"Jadi... itu alasan Ibu meninggalkanku?" Meredith menyahut.

Raut wajah Anahita seketika berubah sedih. Lantas dia mengangguk. "Maafkan, Ibu, Mer—"

Meredith langsung memeluk Anahita, erat sekali. Anahita balas mengusap pelan rambut Meredith yang hitam bergelombang. Rambut seindah itu, Meredith selalu menyembunyikannya di balik penutup kepala.

Soul ikut tersenyum, kedua matanya terasa perih karena terharu. Akhirnya Meredith tidak merahasiakan apapun dari orang terdekatnya. Eric dan Julian baru pertama kali melihat ibu mereka sebahagia ini. Biasanya Meredith selalu menunjukkan tampang galaknya kepada siapapun.

Meredith melepas pelukannya setelah lima menit. Dia menyeka pipinya. Berpelukan dengan sang Ibu membuat hati Meredith lega.

"Sekarang..." Anahita bersuara. Kemudian dia menggerakkan jemarinya dengan lentik.

SORROW [Vol. 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang