fell something

290 36 4
                                    

Tak terasa, kini malam berganti pagi. Melisa terpaksa terbangun dari mimpinya karena jam weker nya berbunyi.

Perlahan dirinya berjalan ke lantai bawah, menyiapkan sepotong roti untuk makan pagi dirinya dan Scott.

"Scott. Wake up. Breakfast is ready." Teriak Melisa dari bawah. Namun, setelah beberapa menit menunggu, anak tunggalnya itu tak kunjung ke bawah.

"SCOTT." Teriak Melisa yang langsung saja membuka pintu kamar anaknya, yang tidak terkunci sama sekali.

"Scott, wake up. You have go to school today. Don't be late. I have prepared breakfast downstairs."

"Yes mom." Scott segera bangkit dari tidurnya, mengambil handuk dan segera pergi ke kamar mandi.

Melisa pergi ke bawah, disusul Scott yang sudah selesai mandi. Tak lupa pemuda itu membawa tas sekolahnya, karena habis makan, dia harus segera pergi ke sekolah.

Scott datang rapi, dengan celana hitam dan baju cream favorit nya. Tak lupa, rambutnya yang rapi karena habis disisir, juga membuat Scott menjadi lebih tampan.

"Mom, you know what Will happen to the girl?" Tanya Scott penasaran, membuat Melisa sedikit curiga, namun dia tidak terlalu memikirkan nya.

"Mungkin saat dia sudah sembuh, dia harus kembali menuju panti asuhan lagi. Dia adalah yatim piatu, Scott."

Scott yang mendengar itu sedikit terkejut.

"Mungkin dia akan berubah menjadi werewolf saat di panti asuhan." Mereka berdua saling melempar pandang. Tentu mereka khawatir kalau hal itu mungkin akan terjadi.

"Apakah kau tak ingin mengadopsi nya saja?" Melisa kaget, Mendengar perkataan anaknya barusan. Apa? Mengadopsi anak itu? Mengurusi Scott saja sudah cukup melelahkan bagi Melisa.

"Aku tidak keberatan jika memiliki adik perempuan."

"No, Scott. Kita tak bisa."

"Why?" Scott mengerutkan dahinya.

"Karena pasti akan sulit baginya untuk menerima keluarga baru. Dia baru saja kehilangan keluarga yang ingin mengadopsi nya Scott. Kau tahu itu?"

"Kalau begitu, dia pasti butuh seseorang disampingnya bukan?" Scott berusaha membujuk ibunya.

"Scott, jika aku berada di posisi gadis itu, pasti akan butuh waktu baginya untuk bisa menerima keluarga baru. Kau tak tahu kalau dia sering kali berganti keluarga adopsi."

Scott menatap ibunya itu, merasa kasihan dengan gadis itu. Pasti berat baginya untuk terus berpindah dari rumah ke rumah.

"Dia juga pasti mengalami sedikit trauma karena kecelakaan yang baru saja gadis itu alami."

"Siapa nama gadis itu lagi?" Melisa menatap putranya itu.

"Evelyn."

"Evelyn. Nama yang indah. Aku harap gadis itu bisa menjadi kuat seperti namanya."

..........

Melisa datang ke rumah sakit, dan seperti biasa, dia merawat para pasiennya. Dari mulai mengganti perban, mengganti infus, sampai menjahit luka. Tak ada pasien darurat di hari itu, membuat Melisa memiliki waktu luang untuk menjenguk Evelyn.

"Anda mau kemana dok?" Tanya salah satu rekan dokter Melisa.

"Mau menjenguk gadis itu."

"Anda tidak beristirahat?" Iya, pasalnya jam sudah menunjukan pukul 12 siang. Ini adalah waktu dimana dokter pergi untuk makan ataupun merilekskan tubuhnya.

"Saya akan segera berisitirahat setelah menjenguk gadis itu." Pamit Melisa.

Melisa datang ke ruangan Evelyn, beberapa polisi masih bersiaga di depan kamar gadis itu, hanya untuk memastikan kalau gadis itu dalam keadaan aman. Mereka harus memastikan kalau gadis itu baik baik saja. Karena Evelyn merupakan satu satunya saksi mata yang hidup dari kecelakaan mengerikan itu.

Teen wolf - The Last GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang