Ferdi mulai melenguh pelan. Matanya mengerjap beberapa kali sebelum bisa melihat dengan benar. Dirinya ketiduran di atas sofa setelah entah sampai jam berapa hanya duduk termenung di sana. Ferdi tidak menutup tirai kemarin, hingga sekarang dapat terlihat jika matahari sudah cukup tinggi.
Ferdi bangkit lalu mengusap wajahnya. Ia melihat sekitar. Ruangan ini terasa begitu hampa. Tidak ada sarapan di meja, tidak ada omelan, tidak ada senyum manis yang selalu membuatnya merasa senang. Bahkan di selama hidupnya, dia tidak menyangka akan menemui pagi sekosong ini.
Ferdi pernah kehilangan begitu dalam saat mamanya meninggal, tapi ada wanita itu di sampingnya yang membuat dirinya tegar. Ferdi benar-benar baru menyadari jika sepenting itu memang wanita itu menyangga hidupnya.
"Zi ...." Ferdi bergumam dengan lirih. Dia ingin Rista kembali, Tuhan. Ferdi ingin memutar waktu. Ia akan terima jika Rista dengan pria lain, asal wanita itu tetap di sampingnya. Ferdi tidak akan serakah lagi.
Ponsel yang berbunyi membuat Ferdi terperanjat. Ia segera mengambil benda itu dengan harap Rista menghubunginya. Kekecewaan pun ia dapat begitu nama orang lain yang tertera di sana. Ferdi menolak panggilan itu.
Tak berselang lama ponselnya itu kembali berbunyi. Ferdi pun memilih mode hening dan melempar ponsel itu ke sembarang tempat. Ferdi menengadah dan menatap langit-langit dengan kosong.
oOo
Kayla dan karyawan lainnya hanya bisa diam-diam mencuri pandang tanpa berani sedikit pun bertanya pada Ferdi yang 180 derajat berubah aneh. Wajah murung, pakaian tidak rapi--bahkan pola dasi salah. Sejak datang dia bahkan belum mengeluarkan satu patah kata pun. Meskipun bukan tipe friendly, tapi setidaknya dia suka memberi sapaan saat berpapasan. Sekarang tubuh Ferdi hadir, tapi jiwanya seolah tidak ada di sini.
"Apa karena lamarannya gagal?"
Kayla langsung membekap mulut wanita di sampingnya. Meskipun hanya bisikan, itu terlalu sensitif untuk dibahas sekarang. Kayla pun menggiringnya untuk berjalan menjauh.
"Pak Ferdi beneran terpuruk, lo jangan jadi kompor, Mbak. Kasian," ucap Kayla memperingatkan wanita itu.
Sang lawan pun mengangguk pertanda dirinya mengerti. Kayla perlahan melepaskan tangannya. Wajahnya merenung dengan iba. "Bayangin bertaun-taun mendem perasaan buat seseorang, tapi setiap mau ngungkapin selalu gagal." Kayla benar-benar kasihan dengan kisah percintaan Ferdi. Pasti sakit sekali ada di posisi itu.
"Mungkin itu yang disebut bukan jodoh, Kay."
Kayla melirik wanita di sampingnya dengan sinis. "Mulut lo keterlaluan loh, Mbak." Meskipun Ferdi itu kadang menjadi atasan yang menyebalkan, tapi melihat bagaimana usahanya selama ini untuk Rista, Kayla benar-benar kasihan.
"Nah loh, pada gosip di sini."
Kedua wanita itu sama-sama terlonjak kaget. Mereka menoleh ke belakang dan mendapati Galih di sana. Pria itu mendekap beberapa tumpuk kertas. Menjadi alasan juga kenapa keberadaannya di sini padahal berbeda divisi.
"E-enggak kok, Pak," elak Kayla.
"Keadaan Ferdi makin parah ya?"
Kedua wanita itu sempat dibuat kaget dan saling pandang satu sama lain. "Maaf, Pak. Kita nggak maksud ngomongin di belakang."
Galih menggeleng-geleng. "Nggak papa, lagian itu bukan hal yang bisa ditutupi. Sekarang Ferdi ada di ruangannya 'kan?"
Kayla mengangguk.
"Oke, thanks."
oOo
Galih berhasil membawa Ferdi ke area merokok. Seperti desas-desus yang beredar, keadaan pria itu kacau. Galih bahkan cukup terkaget. Ia pikir dirinya sudah terbiasa dengan raut terpuruk Ferdi, tetapi hari ini Galih benar-benar menemukan bagaimana titik rendah pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationshit [TAMAT]
RomantikFerdi berjiwa keabangan. Rista berjiwa keibuan. Ferdi kehilangan ibunya. Rista yang menemani di titik terendahnya. Ferdi itu sarampangan. Rista yang buat hidup Ferdi tertata. Ferdi nyaman dengan semua sikap Rista. Tapi Rista tetap berdeklarasi sebag...