"Daddy!"
Annales berlari saat melihat Ayahnya duduk di sofa kediaman Oya. Masih dengan kedua tangan terikat Annales langsung menubrukkan tubuhnya dalam pelukan tubuh tua pria Mafia itu.
"Apa yang kau lakukan kali ini, Annales?"
"Dia mencampurkan obat tidur dalam kopi anak buahku dan mencoba kabur dengan menyamar sebagai pelayan rumah ini," jelas Oya, tepat saat pria itu mendudukkan dirinya sendiri di kursi sofa yang berseberangan langsung dengan tempat duduk Annales dan Simon.
Anak buah dari masing-masing kubu tampak berdiri berjajar diluar pintu saling berhadapan. Meski akan terikat hubungan keluarga karena ikatan pernikahan Annales dan Oya sebentar lagi, kedua kelompok mafia besar itu tampaknya masih belum mempercayai satu sama lain. Ya, meski bagaimana pun juga, musuh akan tetap menjadi musuh di dunia bawah.
"Berhentilah Annales, jalani saja takdirmu dengan menjadi gadis penurut."
"Daddy sudah mengatakan itu lebih dari jutaan kali. Dan aku akan mengatakan untuk yang kesekian kalinya, bahwa kata menyerah tidak akan pernah ada dalam daftar kamus hidupku."
Annales mengangkat tangannya, memamerkan tali yang sebelumnya masih mengikat pergelangan tangan perempuan itu yang berhasil ia putus secara diam-diam menggunakan pisau lipat yang terselip di balik jas yang Simon kenakan. Melihat itu, anak buah Oya maupun Simon sudah bersiap untuk mengejar Annales yang berlari namun Oya langsung menahan mereka dengan mengangkat satu tangan.
"Biarkan saja."
Alih-alih kabur dan melarikan diri, Annales justru masuk ke dalam kamarnya di dalam mansion itu.
Menyadari Annales yang diam-diam mengambil pisau lipat yang selalu ia bawa untuk memotong tali yang menjeratnya tadi, Simon pun mendengus. Kecerdikan Annales jelas menurun darinya dan tentu hal itu bisa dibaca dengan mudah oleh Simon. Namun ia biarkan saja Annales melakukan segala tingkah kekanakannya itu.
"Inilah resiko yang kumaksud. Sebelumnya aku sudah pernah memperingatkanmu tentang Annales yang senang sekali kabur. Dia bukan gadis penurut yang dengan senang hati mau menuruti perkataanmu."
Toyama menatap Simon penuh maksud. Namun di detik berikutnya, lelaki muda itu pun tersenyum dan mencondongkan tubuhnya ke arah pria tua itu dengan kedua siku bertopang pada lutut. Duduk tenang dengan kedua tangan menyatu-- menunggu tujuan sebenarnya dari kedatangan calon mertuanya itu.
"Annales sekarang adalah milikku. Kau tidak perlu mencemaskannya karena aku yakin tidak akan lama lagi Annales akan tunduk padaku. Katakan saja apa tujuan sebenarnya dari kedatanganmu, Mr. Gonsalves?"
Simon tertawa pelan. Namun pria tua itu rupanya setuju untuk tidak membuang-- buang waktu dengan mengeluarkan sesuatu dari saku mantelnya dan meletakkannya diatas meja, tepat dihadapan Oya.
"Ini formula baru. Aku ingin ini juga mendapatkan ijin peredarannya di wilayahmu."
Oya mengambil benda itu dengan kedua jarinya. Tatapan kedua matanya lurus menatap Simon meremehkan. "Aku bahkan belum menyentuh Annales, tapi kau sudah meminta lebih."
Oya melemparkan benda itu ke atas meja bagaikan sampah. Benar-benar merendahkan lawan bicaranya hanya dengan sekali tindakan. Sikapnya memang begitu arogan sejak dulu. "Berikan salah satu milikmu yang paling berharga. Maka barang itu akan ku izinkan peredarannya di beberapa jaringanku."
"Kau pikir harga Annales serendah itu." Simon mencengkram lengan Oya. Matanya menyiratkan kemarahan yang membara. "Annales bahkan masih tidak sebanding dengan apa yang kudapatkan. Ingat, aku masihlah Ayah dari gadis itu dan mengambil Annales kembali bukanlah hal yang sulit buatku, Oya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Yakuza
Romance[21+] Annales ingin keluar dari bayang-bayang gelap dunia Mafia. Namun Ayahnya sendiri malah menjualnya pada bos Yakuza bernama Toyama Natsuke.