Hachuu...
Annales mengusap hidungnya yang terasa gatal kini, dengan kedua kaki diatas sofa, ia memeluk tubuhnya sendiri. Dari tempatnya itu, Annales menatap punggung Oya yang penuh tato, berdiri membelakanginya-- tengah sibuk memasak sesuatu.
Padahal orang itu sedang sakit. Namun karena Annales yang tertular sakit, Oya jadi harus mengurus Annales sekaligus dirinya sendiri.
Oya berbalik dengan membawa sesuatu di tangannya. Mengenakan celemek berwarna merah muda, penampilan sangarnya malah terlihat menggemaskan kini. Annales tanpa sadar tersenyum geli.
"Apa yang kau tertawakan?" Oya mengulurkan semangkok sup rumput laut yang masih mengepul kearah Annales kemudian menempati kursi duduk di seberang wanita itu.
"Kau tampak lucu mengenakan celemek itu, Mr. Yakuza." Annales menerima semangkok sup itu.
"Hm, makanlah."
Annales menyuap sup rumput laut itu ke mulutnya sendiri, lalu menyuapi Oya menggunakan sendok yang sama. Terus seperti itu sampai habis. Oya kemudian mengambil obat untuk mereka berdua. Namun saat Oya meminta Annales membuka mulutnya, wanita itu justru menggeleng--mengatupkan mulut serapat mungkin.
"Minum obatmu sebelum demamnya semakin menjadi-jadi."
"Obatnya pahit. Aku tidak suka."
Oya kemudian memasukkan obat kedalam mulutnya sendiri. Namun ternyata itu hanyalah strategi karena bukannya segera menelannya untuk dirinya sendiri, Oya malah menarik kepala Annales dan menyatukan mulut mereka berdua. Oya memasukkan obat itu secara paksa menggunakan lidahnya, mendorong masuk hingga Annales pun terpaksa menelan obat itu.
Annales langsung meraih gelas berisi air putih di atas meja, saat Oya melepaskan ciumannya. "Sialan kau Mr. Yakuza!" Teriak Annales kesal yang hanya ditanggapi Oya dengan seulas senyum miring, sebelum menelan obatnya sendiri.
Annales melihat jakun Oya yang bergerak naik turun saat meminum air putih sisa Annales di gelas tadi. Annales tanpa sadar menyentuh leher pria itu.
"Jadi, apa sekarang kita akan saling merawat, Mr. Yakuza?"
"Aku yang akan merawatmu." Oya menahan tangan Annales yang mengelus jakunnya, kemudian memboyong perempuan itu keatas gendongannya. Bak pasangan pengantin baru, Oya membawa Annales dan membaringkan perempuan itu keatas kasur.
"Tidurlah lagi. Akan ku bangunkan saat jam makan siang."
"Kau mau kemana?" Annales menahan satu tangan pria itu. Kemudian menepuk-nepuk sisi kasur. "Kau juga masih sakit Mr. Yakuza. Berbaringlah disini."
"Aku perlu membeli tambahan obat untuk persediaan kita berdua."
"Nanti saja, kita bisa pergi bersama." Oya mengerutkan keningnya karena tingkah manja Annales itu. Tidak biasanya.
"Apa saat sakit otakmu juga bermasalah?"
"Berbaring saja." Annales menggeram gemas, menarik Oya secara paksa hingga tubuh pria itu ambruk hampir menindih tubuhnya. Untungnya dengan sigap, Oya menggunakan kedua tangannya untuk menahan bobot tubuhnya sendiri, agar tidak menindih dan menyakiti Annales.
Annales kemudian mengalungkan kedua lengannya di leher pria yang memerangkap tubuhnya itu, membalik posisi hingga kini Annales di atasnya. Menduduki perut pria itu.
Saat Annales ingin menyentuh dada Oya dengan telapak tangannya Oya langsung menahan pergelangan tangan wanita itu. "Istirahat Annales. Kau masih sakit."
"Kita berdua sudah sama-sama sakit." Annales mendekatkan wajahnya mengecup pipi pria Yakuza itu. "Terima kasih Mr. Yakuza. Karena kau telah menjadi suami ideal karena bersedia merawatku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Yakuza
Romance[21+] Annales ingin keluar dari bayang-bayang gelap dunia Mafia. Namun Ayahnya sendiri malah menjualnya pada bos Yakuza bernama Toyama Natsuke.