Annales menyentuh kedua lututnya dengan napas tersengal. Perempuan itu menggunakan handuk kecil yang melingkar di lehernya untuk melap keringat yang menetes di kening. Annales bukannya tidak pernah jogging, tentu saja ia pernah melakukannya meskipun hanya sesekali. Namun, jogging bersama Oya bukanlah hal yang bisa Annales imbangi. Pria itu jelas memiliki stamina yang baik sehingga tidak kelihatan lelah sama sekali meskipun mereka telah berputar mengelilingi lapangan sebanyak 30 kali.
Oya yang melihat Annales malah duduk di atas rerumputan, langsung menghampiri dan berkacak pinggang di hadapan perempuan itu. "Kau tidak bisa ikut dalam misi kalau lemah begini."
"Lima menit saja. Biarkan aku beristirahat dulu."
"Berdiri Annales. Lanjut lari."
Annales menghentakkan kedua kakinya yang lurus kedepan, sebelum pada akhirnya tetap berdiri—melototi Oya dan melanjutkan larinya lagi. Sementara Oya langsung mengikuti perempuan itu lagi, mengawasi Annales yang tidak kunjung menyerah padahal Oya sudah berharap perempuan itu akan berhenti dengan sikap keras kepalanya. Ia tidak bermaksud menyiksa Annales seperti ini. Oya hanya sedang melakukan berbagai cara untuk menghentikan keinginan perempuan itu dalam mengikuti misi yang berbahaya ini.
"Aw..."
Annales tersandung tepat di depannya. Perempuan itu meringis saat menyadari lututnya berdenyut nyeri. Oya menghela napas dan langsung mengambil posisi jongkok dihadapan perempuan itu.
"Sepertinya aku tidak bisa berdiri Mr. Yakuza. Kakiku terkilir dan lututku berdarah."
"Maka kau tidak bisa ikut dalam misi."
"Aku tetap akan ikut sekalipun aku tidak punya kaki." Annales mengulurkan kedua tangannya kearah pria Yakuza itu. "Gendong aku, Daddy." Annales tersenyum miring.
"Bukankah setelah jogging, kegiatan ku yang selanjutnya adalah berlatih menembak lagi. Aku akan melakukannya diatas gendongan mu. Bagaimana?"
Oya menggendong Annales dan tidak mengatakan apapun. Saat melihat lutut Annales yang berdarah, Fumiko Sora—asisten pribadi Annales langsung mengambil kotak P3K tanpa diminta dan memberikannya kepada Oya yang kini sudah mendudukkan Annales di kursi. Pria Yakuza itu dengan cekatan langsung membersihkan luka Annales dengan cairan antiseptik dan membalutnya dengan plaster.
"Kau akan latihan menggunakan target objek sungguhan."
Annales terbelalak melihat Oya yang tiba-tiba memberi kode anak buahnya untuk berdiri menggantikan papan target dengan buah apal diatas kepalanya. Oya kemudian mengeluarkan pistol pribadinya dan mengulurkan tangan kearah Annales. "Kemarilah."
"Kau serius? Bagaimana kalau tembakanku meleset nanti?"
"Maka, anak buahku itu akan mati." Annales menelan ludahnya kini. Ia menatap pria yang dijadikan target, meskipun wajahnya tampak datar, kedua kakinya yang sedikit bergetar tetap terlihat. Annales yakin pria itu pasti berpikir ini adalah hari terakhir baginya menghirup udara di bumi.
"Tunggu apa lagi. Bukankah kau mau melatih skill menembak mu? Tunjukkan pada seluruh anak buahku, sama seperti saat kau melakukannya di lapangan tembak saat itu."
Annales menelan ludah lagi. Namun ia tetap mengambil alih pistol yang Oya ulurkan padanya. Oya memegang kedua bahu Annales, berdiri dibelakang perempuan itu kemudian berbisik. "Kau tidak boleh membiarkan perasaan mu menguasai mu. Lihat apel itu sebagai jantung dari musuh."
Hembusan napas Oya yang mengenai kulit lehernya membuat bulu kuduk merinding. Namun Annales tetap mengambil posisi, dengan kedua tangan mengarahkan moncong pistolnya ke titik buah apel diatas kepala pria disana. "Jangan pedulikan yang lain. Tembak sekarang Annales."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Yakuza
Romance[21+] Annales ingin keluar dari bayang-bayang gelap dunia Mafia. Namun Ayahnya sendiri malah menjualnya pada bos Yakuza bernama Toyama Natsuke.