Narita Airport Terminal 1, Chiba, Jepang.
Ini pertama kalinya Annelis menginjakkan kakinya di Jepang. Meskipun dirinya diseret bagaikan seorang tahanan, sejujurnya Jepang adalah salah satu negara yang Annales masukkan ke dalam list tempat pelariannya apabila ia berhasil melarikan diri. Namun sayangnya Annales tidak pernah diberi kesempatan oleh Tuhannya untuk melarikan diri. Justru Annales kini malah terjebak di Jepang bersama sekelompok Yakuza.
Annales menatap nanar jalanan di depannya, merasa sedih sekaligus kecewa. Annales sedih karena harus meninggalkan negara kelahirannya sekaligus kecewa karena tindakan ayahnya yang menjualnya pada Yakuza ini. Andai saja Annales punya kuasa, sayangnya bagaimana pun Annales hanya perempuan biasa tanpa sang ayah.
"Bisa pelan-pelan tidak jalannya?" Annales masih mengenakan gaun pengantin, belum lagi sepatu heels yang tingginya 7cm itu membuat langkah kaki Annales terseok-seok, mengimbangi langkah para pria pemilik kaki jenjang itu.
Kedua tangannya yang masih terikat rantai, ditarik bagaikan seekor anjing membuat Annales kesal bukan main. Apalagi ini di lingkungan publik. Bandara seramai ini, kenapa tidak ada satupun orang yang mengasihaninya. Mereka semua justru malah menundukkan kepala, membuang muka dan ada pula yang berlari saat menyadari bahwa mereka adalah Yakuza.
"Kare no ashi wa mijika sugiru no ni, naze watashi-tachi o semeru nodesu ka?" (Kakinya terlalu pendek, jadi mengapa menyalahkan kami?)
"Kuso ... shinitai no?" (Sial ... apakah kamu ingin mati?) sambil melihat Oya hati-hati.
Annales mengernyit mendengar percakapan menggunakan bahasa Jepang itu. Menyedihkan sekali. Dirinya benar-benar seperti orang bodoh karena tidak mengerti apa-apa di negeri ini. Apalagi kini Annales sebatang kara, tidak membawa apapun dari Rusia untuk dia jadikan sebagai teman. Rasanya Annales ingin menangis untuk yang pertama kalinya.
Dari kejauhan, Annales bisa melihat tiga buah mobil sudah menunggu mereka. Mobil yang paling depan, bahkan sudah dibukakan pintunya.
"Aku ingin pipis," kata Annales. Dia tidak bohong. Annales bahkan sudah mengapit kedua kakinya sendiri.
Namun Oya tampak tidak peduli. Pria itu tetap memimpin langkah.
"Kazuma... Aku sudah tidak tahan lagi," kali ini memelas ke arah Kazuma--- karena pria itulah yang menarik rantainya.
Kazuma melihat ke arah Oya yang berjalan di depan. "Bos?"
Namun, gerakan Oya yang tiba-tiba malah mengangkat Annales layaknya karung beras membuat perempuan itu memekik. Oya bahkan memukul bokong pengantinnya itu.
"Mr. Yakuza. Turunkan aku! Aku benar-benar butuh toilet sekarang. Bagaimana kalau aku buang air di dalam mobil!" Selain menyedot perhatian umum, teriakan Annales yang menggunakan bahasa asing jelas semakin menambah rasa penasaran orang sekitar.
Apalagi saat mereka semua tahu kalau perempuan asing ada diantara Yakuza. Memakai gaun pengantin.
Bruk!
Tubuh Annales terbanting ke dalam mobil tanpa perasaan. Annales sampai mengusap-usap dahinya sendiri yang terbentur kursi sesaat setelah Oya ikut masuk ke dalamnya.Mobil kemudian melaju, meninggalkan bandara internasional itu.
"Oya.... " Oya mengernyit saat merasakan remasan jemari tangan Annales di pahanya. Kedua matanya yang semula sudah terpejam pun terpaksa ia buka kembali hanya untuk mendapati wajah Annales yang tengah menahan pipis. Kulit pipinya memerah dan seperti seseorang yang akan menangis. "Please....."
Namun Oya malah menyingkirkan tangan Annales dan kembali memejamkan kedua matanya. Namun Annales tidak menyerah, meremas paha Oya lagi. "Aaaa, aku mau pipis! Oya! Aku tidak mau pipis di celana." Annelis menggigit bibir, Oya membuka kedua mata-lalu Annales menggigit lengan atas pria itu sambil bergidik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Yakuza
Romance[21+] Annales ingin keluar dari bayang-bayang gelap dunia Mafia. Namun Ayahnya sendiri malah menjualnya pada bos Yakuza bernama Toyama Natsuke.