Annales menatap Oya yang terus menarik tangannya tanpa mengatakan apapun sejak tadi. Namun ekspresi yang tergambar di wajah pria itu, Annales yakin bukan hanya karena marah padanya. Ada ekspresi lain yang Annales Tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya.
Annales pun menurut kali ini, alih-alih berontak atau berteriak heboh seperti tadi waktu keluar Kelab. Annales mengerutkan kening saat Oya menariknya menuju kearah kamarnya, tidak di kamar pria itu lagi.
Baru ingin membuka mulut, tubuh Annales sudah didorong masuk, Oya kemudian mengunci pintu dari dalam.
Annales pikir Oya akan menguncinya—- mengurung Annales di dalam kamar ini sebagai bentuk hukuman. Namun Oya malah ikut mengunci diri di dalam kamar Annales.
"Minta maaf," Kata Oya sambil melepaskan dasi dan kancing kemejanya satu persatu sambil melangkah mendekati Annales yang spontan bergerak mundur menjauh. Perempuan itu bahkan terbelalak saat melihat Oya yang kini turut pula membuka ikat pinggangnya.
"Maaf!" Teriak Annales karena takut dengan ekspresi pria Yakuza dihadapannya kini. Namun Oya malah mengerutkan keningnya, sepertinya semakin kesal dengan tingkah Annales.
"Bukan maaf yang seperti itu."
Annales tidak mengerti. Oya kemudian menarik kursi dan duduk di atasnya. Annales mengamati cara Oya duduk namun malah salah fokus dengan gundukan di celana depan Oya yang mengembung.
"Dasar mesum!" Teriak Annales lagi. Oya sampai heran mendengar itu, apalagi saat melihat wajah Annales yang wajahnya sudah merah padam kini.
"Apa?" Oya menaikkan satu alisnya. Annales kemudian menjulurkan jari telunjuk tangannya, menunjuk milik Oya yang mengembung sempurna. "Itu. Milikmu bangun."
"Ini milikmu Annales." Oya malah membuka kedua kakinya semakin lebar dengan sengaja. "Akan jadi favoritmu sebentar lagi."
Wajah Annales semakin memerah kini. Perempuan itu lalu membuang muka namun Oya tidak membiarkannya. Oya sedang dalam suasana hati yang buruk. Ia sedang tidak ingin menggoda ataupun sekedar bercanda sekarang.
"Kemari, pijat tubuhku."
Annales baru ingin membuka mulut, menolak perintah itu. Dia bukan babu. Namu belum sempat melakukannya tatapan mata tajam Oya sudah lebih dulu membuat Annales nyali menciut. Annales harus mengakui kalau Oya punya aura dominan yang sangat kuat. Tak heran kalau pria ini bisa menjadi bos dari segala bos di dunia gelap.
Annales berdiri di belakang kursi yang Oya duduki, meletakkan kedua tangannya di bahu Oya dan mulai memijat dengan hati-hati. Kulit Oya tidak seperti pria Yakuza pada umumnya. Oya justru memiliki kulit yang agak lebih gelap serta otot-otot tubuh yang menggiurkan.
Annales menelan ludah saat merasakan bisep Oya di kedua telapak tangannya. Keringat yang muncul di kulit Oya membuat licin.
Namun Oya sepertinya tidak puas dengan pijatan Annales yang terlalu hati-hati, karena itu dia langsung meraih tangan Annales dan meremasnya kuat-kuat membuat Annales terkejut.
"Pijat dengan benar Annales."
"Aku belum pernah melakukannya."
Oya menoleh ke arah Annales yang masih berdiri di balik punggungnya. "Mau ku beri contoh?"
***
Seharusnya Annales menolak saat Oya menawarkan 'memberi contoh' tadi.
Annales menggigit bibir. Berusaha menahan desahannya saat merasakan tekanan kuat Oya di punggungnya, kemudian lengan atasnya sebelum turun menuju pinggul. Pria itu duduk diatas punggung Annales yang tengah berbaring telungkup dengan hanya mengenakan tanktop. Rasanya, badan Annales seperti mau remuk namun juga nikmatnya pijitan tangan Oya pada tubuhnya malah membuat Annales mendesah saking nikmatnya sensasi itu.
"Ah!"
"Berhentilah mendesah Annales." Annales membungkam mulutnya sendiri menggunakan tangan. Namun tetap saja ia masih belum bisa berhenti mendesah saat lagi-lagi Oya memberikan tekanan kuat kali ini di pinggang ramping Annales.
Annales sampai tidak bisa membedakan rasa sakit dan nikmat yang ia rasakan secara bersamaan karena pijatan Oya yang sangat terampil.
"Sudah mengerti sekarang?" Tanya Oya berbisik tepat disamping telinga Annales, sambil menekan belakang tengkuk leher Annales dengan hati-hati, kulit Annales yang lembut dan seputih pucat itu malah membuat Oya tertarik untuk meninggalkan banyak bekas gigitan berwarna ungu di permukaannya.
"Hum." Annales mengangguk.
Saking nikmatnya pijatan itu, Annales mulai mengantuk. Bahkan saat jemari tangan Oya menyusup masuk ke bawah punggung dan meremas kedua payudara Annales, perempuan itu tidak mengeluarkan protes sama sekali. Annales malah meremas sprei dengan kedua mata terpejam sambil mendesah lirih.'Ahh."
"Jangan tidur Annales." Oya dengan sengaja menggigit cuping telinga Annales membuat Annales bergidik dan terpaksa membuka kedua matanya lagi. Oya kemudian menarik tubuh Annales hingga posisinya kini berbalik, Annales duduk di atas perut Oya kini.
"Aku tidak bisa memijat sebaik dirimu Mr. Yakuza." Annales kemudian menguap, menutup mulutnya sendiri menggunakan tangan. "Dan aku mengantuk sekali."
"Kau masih belum menerima hukumanmu." Oya menarik lengan Annales hingga tubuh Annales terjatuh keatas tubuh Oya. Kedua bola mata Annales membulat saat merasakan sesuatu yang menonjol dibawah pantatnya. Apalagi saat mendengar erangan pria Yakuza di bawahnya itu "Jika kau tidak bisa memijat tubuhku. Kau bisa menggantinya dengan benda itu. Kau pasti tahu caranya bukan?"
Annales menelan ludah dengan susah payah. Membayangkan milik Oya yang panjang dan sekeras itu di dalam genggaman tangannya, Annales mungkin masih bisa bernapas. Namun Annales tidak yakin Oya akan puas tanpa kejantanannya di mulut Annales.
Sepertinya Annales akan kehilangan napas.
(Adegan dewasa sudah tersedia di Karyakarsa. Berisi adegan🥵Aku yakin semua pembacaku udah dewasa dan bisa menanggapinya dengan bijak. Link Karyakarsa ada di bio profil wattpad ku ya.. Dosa ditanggung masing-masing)
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Yakuza
Romance[21+] Annales ingin keluar dari bayang-bayang gelap dunia Mafia. Namun Ayahnya sendiri malah menjualnya pada bos Yakuza bernama Toyama Natsuke.