"Mr. Yakuza kau kenapa?" Annales mengerutkan kening saat menyadari Oya yang sudah terbangun. Namun yang membuat Annales heran adalah Oya yang saat ini tengah menutup wajah menggunakan satu lengannya yang telapak tangannya sudah mengepal. Pria itu seperti tengah menahan sesuatu, membuat Annales bangun untuk menyingkirkan lengan pria itu menjauh. "Apa kau baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja." Namun pria itu malah berguling, membelakangi Annales. Annales yang tidak senang, langsung menarik tubuh pria itu agar telentang menghadap kearahnya lagi. "Jangan hiraukan aku Annales."
"Apa kau mual? Mungkinkah kau mengalami morning sickness?"
Oya tidak langsung menjawabnya. Namun keterdiaman pria itu sudah merupakan jawaban bagi Annales. Pria dengan gengsi setinggi langit itu sudah pasti malu memperlihatkan sisi lemahnya pada Annales. "Jadi benar kau yang mengalami morning sickness?"
"Tidak."
"Oh ya?" Oya menggeram, menyingkirkan Annales dari atas tubuhnya. Ia buru-buru berdiri saat perutnya semakin bergejolak tidak tertahankan lagi. Sial! Oya tidak ingin harga dirinya jatuh dihadapan Annales.
"Aku tidak selemah itu."
"Akui saja Mr. Yakuza. Aku bisa memakluminya karena sekuat dan sehebat apapun fisikmu, kau tetap tidak bisa melawan hormon...."
Oya memukul tembok dengan kepalan tangannya membuat Annales terkesiap melihat itu. Ia buru-buru mendekati pria Yakuza itu dan mengambil tangannya yang buku-buku jari tangannya kini membiru. "Kenapa kau memukul tembok?"
Lalu pria itu meletakkan keningnya di bahu Annales. "Ini sangat menyiksaku," bisik Pria itu.
Annales ingin tertawa kini. Namun dia berusaha menahannya karena tidak ingin membuat Oya semakin emosi. Tangan kiri Annales menyentuh sisi kanan wajah itu sementara satu tangannya yang lain terangkat-- mengusap-usap punggung Toyama Natsuke.
"It's okay, Mr. Yakuza. Aku akan minta bibi Sofiya membuatkan sesuatu untuk meredakan mualnya." Annales kemudian menyuruh Oya untuk duduk di atas ranjang kamar. "Aku akan segera kembali," setelah mengusap pipi Oya sebentar, Annales langsung pergi keluar kamar dengan sandal bulunya.
Tepat setelah Annales menutup pintu, Oya langsung berlari menuju kamar mandi. Ia muntah dan berkumur di sana. Sekaligus membasuh wajahnya dengan air yang mengalir. Sungguh-- Oya tidak pernah sakit sampai separah itu. Baru kali kali ini rasanya dia sampai ingin mati.
Oya memandang wajahnya dari balik pantulan cermin. Mengasihani dirinya sendiri yang tampak memelas kini. Tampang garangnya benar-benar hancur hanya dengan morning sickness.
Tok.. Tok..
"Mr.Yakuza, aku membawakanmu biskuit dan soda jahe. Bibi Sofiya bilang, perbanyak ngemil bisa mengurangi mual." Suara Annales terdengar dari balik pintu kamar mandi. Oya memandang tubuhnya sendiri karena ia memang masih belum memakai baju kini. Perut kotak-kotaknya akan lenyap kalau ia terlalu banyak makan. Namun rasa mual yang tidak tertahankan membuat Oya mau tak mau mencoba saran itu.
Dengan gontai, Oya membuka pintu kamar mandi dan mendapati Annales yang berdiri dengan nampan ditangannya. Perempuan itu tersenyum, namun dimata Oya itu seperti senyum mengejek. "Suara muntahan mu terdengar sampai diluar tadi."
Oya melewati Annales dan menatap hanya melalui ekor matanya. Ia memberikan serupa tatapan sinis karena Annales yang jelas-jelas bahagia diatas penderitaannya kini.
"Jangan marah. Aku tidak bermaksud mengejekmu."
Oya duduk di kursi sofa yang terletak di dalam kamar itu. Annales kemudian menyusul, duduk disampingnya. "Minum soda jahenya dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Yakuza
Romance[21+] Annales ingin keluar dari bayang-bayang gelap dunia Mafia. Namun Ayahnya sendiri malah menjualnya pada bos Yakuza bernama Toyama Natsuke.