Simon tidak tahu harus mengatakan apa setelah mendengar informasi itu. Oya sendiri juga membisu, lalu dokter kembali melanjutkan bicaranya.
"Ini hanya kemungkinan terburuknya...."
"Kalau memang seperti itu pada akhirnya. Lebih baik kita aborsi saja daripada bayi itu lahir menjadi aib."
Oya meradang mendengar kalimat itu keluar dari mulut Simon Gonsalves. Dengan kedua mata memerah, Oya mencengkram kerah baju yang Simon kenakan dan mendorong tubuh Ayah mertuanya itu hingga punggung Simon Gonsalves menabrak dinding tembok rumah sakit dibelakangnya.
Tatapan Oya, tampak seperti seekor singa yang seakan ingin melahap siapa pun yang dilihatnya. "Berani kau berpikir untuk menghabisi anakku Simon?"
"Lalu apa? Kau lebih memilih membiarkan bayi itu lahir dalam keadaan cacat? Tidak Oya. Selain hanya akan menyusahkan kita semua, bayi itu hanya akan membuat putriku sedih. Aku tidak bisa melihat Annales sekali lagi tersakiti karena harus melahirkan bayi cacat seperti itu."
"Kau tidak punya hak memutuskannya. Aku adalah ayah dari bayi itu. Dan sepertinya kau perlu ku ingatkan sekali lagi Simon, bahwa setelah kau sepakat menjual Annales padaku waktu itu, putrimu adalah milikku. Hanya aku yang berhak atas diri Annales saat ini."
"Tolong jangan membuat keributan tuan-tuan. Ini rumah sakit." Dokter itu akhirnya memberi penjelasan lebih lanjut. "Saya tidak ingin membenarkan perkataan tuan Simon. Tapi, memang sebagian besar pasien saya memilih melakukan aborsi setelah tahu janin mereka tidak sempurna. Tapi untuk kasus Nyonya Annales... Mr. Gonsalves, Mohon maaf tapi, kondisi pasien saat ini tidak memungkinkan untuk melakukan aborsi. Resikonya terlalu besar, justru bisa berakibat fatal seperti bisa membunuh ibu sekaligus janinnya," jelas dokter tersebut.
Oya kemudian melepaskan cengkeramannya pada kerah baju yang Simon kenakan. "Tidak akan ada aborsi. Bayi itu harus tetap lahir ke dunia ini," kata Oya final. Lalu satu tangannya menyentuh bahu sang dokter laki-laki itu saat kedua kakinya berjalan. Kemudian Oya berbisik tepat di telinga dokter itu. "Jangan beritahu istriku dokter, atau nyawamu jadi taruhannya."
Simon mengepalkan tangannya dan memukul tembok disana tepat setelah Oya melangkah pergi meninggalkan tempat itu. Sedangkan dokter yang tadi langsung berlari pergi meninggalkan tempatnya berdiri sebelumnya karena tidak ingin terlibat lebih jauh lagi dengan para kriminal dunia itu.
"Aku menyesal Annales. Sungguh aku sangat menyesal telah menikahkan mu dengan bajingan Yakuza itu." Desis Simon Gonsalves sambil menggertakkan gigi.
***
"Bos?" Kazuma pikir ia akan menemukan raut wajah Oya yang berseri-seri karena bahagia setelah tahu istri dan calon bayinya selamat. Namun yang Kazuma lihat saat ini, ekspresi Oya justru jauh lebih gelap lagi.
Seakan amarah yang sebelumnya belum padam, malah kembali disiram bensin. Ia hendak membukakan pintu mobil, karena Kazuma pikir Oya ingin pergi ke suatu tempat. Namun pria Yakuza itu justru mengangkat satu tangannya, menyuruh Kazuma untuk mendekat. "Apa kau bawa ganja, Kazuma?"
Kazuma merogoh kantong celananya—- hendak memberikan barang yang Oya maksud. Oya bukan pecandu. Sekalipun dia adalah bos Yamaguchi-Gumi, Oya hanya akan mengkonsumsi benda haram itu seperlunya, untuk menenangkan diri saat sedang dalam keadaan amarah.
Namun saat Kazuma baru ingin menyerahkan benda itu, Oya langsung menginterupsi. "Tidak jadi." Oya terlihat memijit pelan pelipisnya yang berdenyut nyeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Yakuza
Romance[21+] Annales ingin keluar dari bayang-bayang gelap dunia Mafia. Namun Ayahnya sendiri malah menjualnya pada bos Yakuza bernama Toyama Natsuke.