25. Kehilangan

111 15 0
                                    

KRISAN

Tetap bersikap baik meski semesta tak berbanding lurus dengan kita.

☀ Happy Reading ☀

Hari demi hari Raksa mulai kehilangan sosok Vania yang selalu memberinya perhatian meski hanya sekedar sebotol air mineral seusai latihan. Dirinya mulai merasa jika Vania menjauhinya.

"Apa dia tersakiti ya karna kejadian waktu itu?" tanya pada dirinya sendiri.

Bahkan kegiatan organisasi mulai tidak karuan karna terjadi lost komunikasi antar pengurus, tak lain karena ada drama perasaan antara sang ketua dan sekretaris.

Mungkin Vania tetap mengerjakan tugasnya sebagai sekretaris, masih membantu Raksa tapi hanya sekedar itu, tak lebih. Seusai organisasi ya sudah Vania meninggalkannya. Tak ada percakapan lain.

"Vania..."

langkah kecil Vania terhenti karena panggilan tersebut. Ia pun menoleh ke sumber suara, yang ternyata Raksa lah pemilik suara tersebut.

"Ada apa, Raksa?" tanya Vania dengan wajah yang masih terlukis dengan senyuman itu.

"Gue lupa... tolong buatin surat izin latihan buat tiga hari ke depan karena latihan besok akan lebih lama."

"Iya, itu aja?" tanya Vania yang hanya dapat anggukan kepala dari Raksa.

Vania kembali membalikkan badannya dan lanjut melangkahkan kakinya menjauh dari Raksa.

Raksa tak segan mengikuti langkah itu, saat sudah dekat dengan Vania, ia menahan pergelangannya, "tunggu."

"ada yang kurang?" tanya Vania sembari melirik pergelangan tangannya yang dipegang erat oleh tangan Raksa.

Raksa yang menyadari itu dengan cepat melepaskannya.

"Iya," jawab Raksa.

"Apa?" tanya Vania sedikit bingung.

"Lo."

satu kata yang terdengar oleh telinga Vania. Ia tak salah dengar, kan?
Sekuat hati Vania menahan dirinya untuk terlihat biasa saja. Jangan salting. Susah payah ia menahan berhari-hari untuk menjauh dari Raksa. Masa karna satu kata aja udah mleyot.

Merengutkan kedua alisnya, itulah sedikit respon dari Vania.

"Lo menjauh dari gue?"

Vania hanya diam menatap mata Raksa. Seakan meneliti tatapan tersebut. Mungkin saja ada sosok lain yang terjebak di dalamnya, karena Raksa yang ia kenal adalah sosok yang tidak peka dengan keadaan.

"Lo sakit hati karena gue tolak?"

"Atau ucapan gue menyakiti lo?"

"Van jawab!" Raksa mulai kesal karena cewe di depannya itu hanya diam saja tak bersuara atau berkutik sedikit pun.

"Kamu pasti tau jawabannya jadi gak usah nanya!"

Vania pergi menjauh dari Raksa. Tapi tangannya kembali ditahan oleh Raksa. Seakan Raksa tak membiarkan tubuh itu pergi darinya.

"Gue minta maaf. Gue sadar sikap gue keterlaluan sama lo."

"Gue sadar kalo perasaan lo itu murni. Jangan jauhi gue. Jangan hapus perasaan lo buat gue. Gue mohon..." ujar Raksa menatap penuh harap.

"Kamu curang."

"Maksudnya?"

"Aku ga boleh menghapus perasaan buat orang yang ga mau membalas perasaanku, lalu buat apa perasaan ini dipertahankan?"

KRISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang