31. Pasar Malam

65 8 0
                                    

KRISAN

lihatlah aku yang berada di sampingmu, bukan mengejar dia yang jauh

Happy Reading




Gemerlap lampu warna-warni telah menyala menghiasi malam itu. Banyak permainan yang telah berputar. Bahkan ada yang antre panjang untuk menikmati keseruan itu. Jajanan berjajar lengkap. Pasar malam sangat ramai dan meriah.

"Kamu suka?" tanya Raksa kepada Vania, mata cewe itu terus berbinar melihat suasana pasar malam.

Vania menghadapkan wajahnya ke arah Raksa. "Suka banget."

"Kalo kamu, suka?" Raksa bergantian bertanya pada Moza yang kini telah berdiri di samping kanan.

Moza tersenyum dan mengangguk. Raksa mengajak Vania bermain dan menikmati jajanan di pasar malam sebagai tanda permintaan maafnya karena kemarin meninggalkan Vania. Namun, Raksa juga mengajak Moza. Ia ingin menghibur Moza. Sekaligus Moza juga ingin minta maaf pada Vania.

Moza berpindah tempat di samping Vania lalu memegang tangannya. "Vania... Aku minta maaf sama kamu perihal kemarin. Aku juga minta maaf kalau malam ini aku ikut jadinya kamu gak bisa berduaan sama Raksa."

"Gak papa santai aja, malahan aku seneng jadi kita bisa main bareng. Kalo sama Raksa membosankan. Dan aku juga seneng kalo kalian tetap dekat artinya, kehadiranku gak merusak hubungan kalian," jawab Vania. Memang, Vania tak keberatan sama sekali melihat kedekatan Raksa dan Moza terlebih lagi mereka lebih kenal dari dulu. Vania sadar diri bahwa dirinya lah pendatang di antara mereka.

Raksa melihat dan mendengar pembicaraan dua cewe kesayangannya itu. Ia lega bahwa mereka bisa akur. Malam ini, dirinya bertugas untuk membahagiakan keduanya.

"Moza, kamu mau rambut nenek, gak?" Vania bertanya ketika mereka telah berjalan beberapa langkah kemudian melihat ada seorang bapak penjual arum manis rambut nenek.

Moza mendengarnya sambil tertawa kecil lalu berkata, "rambut Vania aja boleh, gak?"

Vania pun ikut tertawa. Mereka kini saling berhadapan saling melempar candaan.

"Rambut aku gak manis, Za. Yang manis senyumku," timpal Vania sembari memamerkan senyuman.

Di belakang mereka berdirilah Raksa.

"Aku seperti seorang ayah yang sedang menemani anaknya," cetus Raksa namun hanya mendapat lirikan dan senyuman dari kedua cewe itu.

Raksa menghela napas panjang. "Kalian kalau mau beli langsung beli aja, gak perlu stand up comedy."

"Baik, Ayah," kata Moza lalu berlari meninggalkan Vania dan Raksa.

Vania melihat wajah Raksa yang sepertinya kesal dipanggil seperti itu oleh Moza. Ia menarik tangan Raksa agar ikut dengannya menghampiri Moza yang sudah berdiri di depan penjual rambut nenek.

Dalam sekejap tangan mereka telah penuh dengan beberapa makanan. Mulai makanan manis hingga asin. Kini mereka duduk di sebuah kursi dengan posisi Moza ada di antara Vania dan Raksa. Mereka memilih menghabiskan makanan dulu. Anggap saja mengisi energi baru memulai mencoba permainan.

"Sa... Coba ini deh, enak," ujar Moza dengan tangan kanannya yang sudah berada di depan mulut Raksa sambil membawa kue putu.

Raksa menurut, ia membuka mulutnya. Vania diam terpaku melihat adegan Moza yang menyuapi Raksa.

KRISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang