KRISAN
Mengabaikan yang datang memilih menikmati yang pergi. Cewe memang suka mencari penyakit hati
☀ Happy Reading ☀
☀
☀
☀
Sudah hampir petang latihan masih berlanjut. Terlihat akan pulang sedikit lebih lambat dari biasanya. Vania sungguh merasa kelelahan. Perutnya juga mulai kelaparan.
Tepat pukul lima lebih lima belas menit latihan pun diakhiri. Semuanya bergegas berkemas dan pulang. Vania masih duduk di halte depan sekolah menunggu jemputannya. Namun, sudah lima belas menit ia menunggu supirnya tak kunjung terlihat juga. Ia mulai sedikit marah. Ia sudah sangat lelah tapi masih disuruh menunggu lama.
Ia hendak menelpon supirnya tapi sialnya hapenya lowbat. Ia mendengus kesal. Saat ia menunduk tiba-tiba ada cahaya dari arah kanan. Ternyata hadirlah Raksa dengan motor hitamnya.
"Mau bareng gue?" tawaran dari Raksa cukup mengejutkan Vania.
Vania ga salah dengar kan? Atau dia halu karna kelelahan.
"Van!"
Lamunan Vania buyar. Ternyata ia tidak halu. Memang beneran ada Raksa. Kesambet apa Raksa? Kenapa tiba-tiba baik?
"Iya aku ma--"
"Raksa ayo pulang," ujar Moza tiba-tiba.
Raksa pun menoleh ke belakang. Moza sudah duduk di jok belakangnya.
Vania tersenyum tipis. Baru saja ia senang. Baru saja mulutnya hendak menjawab mau. Memang manusia tidak boleh larut dalam kesenangan yang terlalu lama.
"Kamu kenapa ga pulang dari tadi?" tanya Raksa dengan nada super lembutnya.
Vania sangat ingin menutup telinganya rapat-rapat agar tak bisa mendengar obrolan dua manusia itu. Tapi tetap saja masih terdengar.
"Hmm.. di rumah gak ada orang. Aku takut jadi nungguin kamu pulang deh. Kamu temenin aku di rumah, ya?"
Raksa mengangguk. Vania melihat jelas betapa manjanya Moza kepada Raksa. Dan betapa nurutnya Raksa pada Moza. Tawaran dari Raksa sudah tidak berlaku untuknya karena sudah jelas Raksa akan mengantar pulang Moza.
"Van maaf ya gue harus nganter Moza."
"Oke gapapa. Hati-hati ya."
Raksa pun pergi dengan Moza dibelakangnya yang sudah menautkan kedua tangannya untuk memeluk Raksa dari belakang.
Rasanya dada Vania nyeri. Ia kembali duduk di halte. Tak tau bagaimana nasibnya hari ini. Ia akan menunggu sepuluh menit lagi jika supirnya tidak kunjung datang ia jalan kaki saja.
"Woi ayo! Lo mau nginep sini?"
Ntah dari mana tiba-tiba Darel muncul begitu saja. Vania langsung mendongak. Ntah mengapa setiap ia kesulitan selalu Darel yang datang. Seperti tim sosial ya.
"Mau kemana lo? Kok tiba-tiba di sini?"
"Gue mau nongkrong sama Arsel Langit. Gue lewat sini kok ada cewe melas sendirian."
"Enak aja mulut lo kalo ngomong!"
"Lo pulang ga?! Gue tinggal nih!" ancam Darel.
"Iya-iya!"
Mereka pun meninggalkan halte sekolah. Hanya ada keheningan diantara mereka. Hanya terdengar suara angin yang memecah keheningan itu.
Vania mulai kebingungan ketika yang seharusnya arah rumahnya lurus tapi Darel malah belok kanan. Emang seharusnya ga percaya sama Darel. Darel tetaplah Darel yang selalu iseng.
KAMU SEDANG MEMBACA
KRISAN
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA KARENA SEBAGIAN CERITA AKAN DI PRIVATE Vania Ayyara, perempuan dengan keberaniannya menyatakan perasaannya secara langsung pada Raksa Dirgantara. Jatuh cinta pada Raksa berawal dari tatapan mata yang dimilikinya terlihat sama...